Berita Banda Aceh
DPRA Curiga Ada Sindikat Dibalik Terdamparnya Imigran Rohingya, Perlu Dilakukan Investigasi
Terdamparnya imigran Rohingya di Aceh yang terus saja berulang menimbulkan kecurigaan adanya sindikat perdagangan manusia (human trafficking)
Hal ini dikatakannya, perlu dilakukan mengingat selama ini banyak etnis Rohingya yang melarikan diri dari tempat penampungan sementara yang telah disediakan pemerintah.
"Seperti baru-baru ini di Lhokseumawe, mereka melarikan diri.
Ini menunjukkan bahwa mereka tidak murni sebagai pencari suaka politik.
Lalu siapa yang memfasilitasi pelarian mereka? Siapa yang menampung mereka? Kemana mereka melarikan diri? Ini juga harus diselidiki dan harus diusut secara tuntas," tegas Iskandar.
"Apakah benar ada indikasi, misalnya terlibat sindikat human trafficking.
Mereka punya agen di Aceh dan Indonesia, kemudian mereka dibawa melalui Sumatera Utara dan masuk ke Malaysia dan di Malaysia mereka mencari kerja," imbuh Ketua Komisi I DPRA.
Iskandar menegaskan, kondisi ini harus diselidiki sehingga Aceh tidak terus menerus dijadikan sebagai zona transit oleh imigran etnis Rohingya dengan berbagai alasan kemanusiaan seperti boat rusak dan BBM habis.
"Kita juga tidak bisa serta merta mendengar dan mengakui apa yang mereka sampaikan ke kita.
Berbulan-bulan di laut.
Baca juga: IOM Kirim Tim Asesmen Tangani Imigran Rohingya, belum Pastikan Kesamaan Kelompok di Ladong dan Pidie
Inikan seperti ada persoalan baru di mana menjelang akhir tahun selalu ada kejadian ini.
Bukan terdampar ke daerah lain, khusus ke Aceh," terang dia.
Menurutnya, pemerintah tidak bisa serta merta menampung etnis Rohingya, sementara banyak kondisi ekonomi masyarakat Aceh yang juga membutuhkan perhatian dari pemerintah.
Sebagaimana diketahui, sebanyak 58 imigran Rohingya terdampar di bibir pantai kompleks Cagar Budaya Indrapatra, Gampong Ladong, Aceh Besar, Minggu (25/12/2022).
Sehari kemudian, Senin (26/12/2022), sebanyak 174 orang lainnya (sebelumnya dilaporkan 185) kembali terdampar di pantai Ujong Pie, Kecamatan Muara Tiga (Laweung), Pidie.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) yang dikonfirmasi Serambi belum bisa memastikan apakah mereka yang terdampar di Pidie merupakan bagian dari kelompok yang terdampar di Aceh Besar.