Internasional

Militan Al-Shabab Ingin Berdamai Saat Digempur, Minta Negoisasi Dengan Pemerintah Somalia

Pemerintah Somalia mengklaim kelompok ekstremis Al-Shabab untuk pertama kalinya meminta negosiasi.

Editor: M Nur Pakar
AP
Militan al-Shabab bersenjata naik pikap saat bersiap melakukan perjalanan ke ibu kota Mogadishu, Somalia pada 8 Desember 2008. 

SERAMBINEWS.COM, MOGADISHU - Pemerintah Somalia mengklaim kelompok ekstremis Al-Shabab untuk pertama kalinya meminta negosiasi.

Hal itut terjadi di tengah serangan militer yang digambarkan pemerintah sebagai perang total.

Tidak ada pernyataan langsung dari Al-Shabab, afiliasi Al-Qaeda yang selama lebih dari satu dekade telah melakukan pengeboman besar-besaran di ibu kota Somalia.

Bahkan, menguasai bagian-bagian wilayah tengah dan selatan negara itu.

Sehingga, mempersulit upaya membangun kembali wilayah yang dulunya negara gagal setelah puluhan tahun konflik.

"Al-Shabab meminta membuka negosiasi dengan pemerintah Somalia, tetapi ada dua kelompok di dalam Al-Shabab," kata Wakil Menteri Pertahanan Abdifatah Kasim kepada wartawan di Mogadishu.

Baca juga: Tentara Somalia Berhasil Bebaskan Hotel dari Militan Al-Shabab, Seorang Warga Inggris Tewas

“Bagian pertama orang asing, dan bagian kedua orang lokal Somalia," jelasnya.

"Penduduk setempat itu memiliki kesempatan untuk membuka negosiasi," katanya.

"Tetapi orang asing yang menginvasi negara kita tidak berhak untuk berbicara," tambahnya.

"Satu-satunya pilihan adalah kembali ke tempat asal mereka,” tegasnya.

Wakil Menteri Pertahanan menambahkan Somalia siap menerima mereka, karena bersedia menyerahkan diri kepada pemerintah Somalia.

Tetapi, harus mengikuti instruksi pemerintah, berintegrasi kembali dengan masyarakatn atau menghadapi Tentara Nasional Somalia di garis depan.

Baca juga: Menteri Somalia Selamat, Melarikan dari Pintu Belakang Hotel, Sebelum Bom Bunuh Diri Meledak

Ini menjadi pertama kalinya pemerintah federal Somalia mengatakan kelompok ekstremis itu meminta pembicaraan.

Pada September 2022, selama kunjungan AS, Presiden Hassan Sheikh Mohamud mengatakan tidak mau bernegosiasi.

Dia menekankan siap untuk berbicara dengan mereka dan telah mengirimkan pesan tentang hal itu.

Al-Shabab berjumlah beberapa ribu pejuang, termasuk orang asing yang tidak diketahui jumlahnya, baik dari negara-negara regional seperti negara tetangga Kenya dan sekitarnya.

Ekstremis telah melakukan beberapa serangan tingkat tinggi selama bertahun-tahun di Kenya, termasuk di ibu kota, Nairobi, dan di pangkalan militer yang digunakan oleh AS.

Al-Shabab telah lama berupaya memberlakukan undang-undang yang ketat di Somalia dan berupaya menarik pasukan asing yang beroperasi di negara Tanduk Afrika itu.

Baca juga: Putra Mahkota Arab Saudi Terima Kunjungan Pemimpin Arab, Dari Perdana Menteri Lebanon Sampai Somalia

AS memiliki kehadiran militer di Somalia untuk memerangi para ekstremis, bersama dengan Turki dan pasukan multinasional Uni Afrika.

Presiden Somalia setelah terpilih tahun lalu melancarkan serangan militer terhadap Al-Shabab dengan dukungan beberapa milisi lokal yang telah mendapatkan kembali kendali atas beberapa komunitas dari para ekstremis.

Presiden dalam pidato Tahun Baru berjanji untuk melenyapkan Al-Shabab.

Para ekstremis, di bawah tekanan karena pemerintah berupaya memeras sumber pembiayaannya.

Sebuah pemboman Oktober 2022 di persimpangan sibuk di Mogadishu menewaskan sedikitnya 120 orang.

Kemudian, sepasang pemboman di sebuah wilayah di jantung serangan pemerintah menewaskan sedikitnya 35 orang.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved