Berita Nasional

Fenomena Aneh, Pulau Baru Muncul di Tengah Laut Usai Gempa 7,5 Guncang Tanimbar, Warga Takut Tsunami

Fenomena aneh, pulau baru muncul usai Gempa 7,5 guncang Tanimbar, Maluku. Warga memilih mengungsi ke tempat yang lebih tinggi karena takut tsunami.

Penulis: Sara Masroni | Editor: Muhammad Hadi
IST/Tribun Ambon
Fenomena aneh, pulau baru muncul usai Gempa 7,5 guncang Tanimbar, Maluku. Warga memilih mengungsi ke tempat yang lebih tinggi karena takut tsunami. 

SERAMBINEWS.COM - Fenomena aneh, pulau baru muncul usai Gempa 7,5 guncang Tanimbar, Maluku.

Warga sekitar memilih mengungsi ke tempat yang lebih tinggi karena takut hal ini pertanda tsunami.

Sejumlah pihak kemudian memberikan konfirmasi, mulai dari Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) hingga Polres Kabupaten Kepulauan Tanimbar.

Kepala Dinas Kominfo Tanimbar, Junus Frederick Batlayeri membenarkan adanya fenomena aneh yang muncul pasca gempa tersebut.

“Kami lihat ada timbul keanehan-keanehan setelah gempa,” kata Frederick melalui telepon dikutip dari Tribun Ambon, Selasa (10/1/2023).

 

 

Fenomena aneh berbentuk pulau itu diduga material lumpur karena guncangan gempa yang begitu dahsyat.

“Jadi mungkin gempanya cukup besar sehingga muncul keanehan ini,” ungkap Kepala Dinas Kominfo Tanimbar.

Baca juga: Update Gempa Dahsyat di Maluku Semalam, BMKG Catat 22 Wilayah Rasakan Guncangan

Meski demikian, pihaknya meminta agar masyarakat tidak termakan hoaks dan selalu waspada.

“Jangan sampai termakan hoaks yang bukan-bukan,” pungkasnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kapolres Kepulauan Tanimbar, AKBP Umar Wijaya menanggapi fenomena pulau baru muncul itu.

"Iya benar, awalnya ada dalam laut, tiba-tiba muncul di permukaan," kata Kapolres kepada Tribun Ambon, Selasa kemarin.

Ada kekhawatiran akan adanya tsunami, sehingga warga setempat memilih mengungsi tempat yang lebih tinggi.

"Mereka khawatir itu tanda tsunami," kata AKBP Umar Wijaya.

Baca juga: BMKG Cabut Peringatan Dini Tsunami di Maluku Tiga Jam Usai Gempa Magnitudo 7,5

BMKG Cabut Peringatan Dini Tsunami, 22 Wilayah Rasakan Guncangan

Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sempat mengumumkan potensi tsunami di Maluku dan Sulawesi Tenggara (Sultra).

Hal ini usai gempa magnitudo 7,5 mengguncang Maluku Tenggara Barat pada Selasa (10/1/2023) pukul 00.47 WIB tengah malam.

Baca juga: Kisah Azka, Bocah Selamat Terkubur Reruntuhan 3 Hari saat Gempa Cianjur, Berbekal Feeling Ayah

Namun peringatan tsunami tersebut dicabut kembali BMKG tiga jam pascagempa.

"Peringatan tsunami disebabkan oleh gempa 7,9, tanggal 10 Januari 2023 pukul 00:47:33 WIB dinyatakan telah berakhir," demikian tulis BMKG di Twitter resminya.

Menurut keterangan BMKG, gempa berada di lokasi 148 Km barat laut Maluku Tenggara Barat dengan kedalaman 131 Km.

Baca juga: Kisah Dede Sumiati, Ibu Hamil 9 Bulan yang Meninggal dalam Reruntuhan Gempa Cianjur

Masih berdasarkan keterangan BMKG, gempa tersebut dirasakan hingga 22 wilayah meliputi MMI V Saumlaki, III-IV Sorong, III-IV Kaimana, II-III Merauke, II-III Nabire, II-III Tanah Merah.

Kemudian MMI II-III Wamena, II-III Bakunase, II-III Kolhua, II-III Sabu, II-III Rote, II-III Ende, II-III Amarasi Selatan, II-III Kota Kupang, III-IV Alor, III-IV Waingapu.

Selanjutnya MMI III-IV Waijelu, III-IV Lembata, II Ambon, II Piru, IV Dobo dan MMI IV Tiakur.

Baca juga: Istri Ferdy Sambo Berurai Air Mata di Persidangan, PC Ceritakan Detik-Detik Dirudapaksa Yosua

Memahami arti Skala MMI

MMI merupakan singkatan dari Modified Mercalli Intensity.

Dikutip dari laman resmi BMKG, skala Mercalli adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi.

Satuan ini diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli pada tahun 1902.

Skala Mercalli terbagi menjadi 12 pecahan berdasarkan informasi dari orang-orang yang selamat dari gempa tersebut dan juga dengan melihat serta membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut.

Skala Mercalli adalah sangat subjektif dan kurang tepat dibanding dengan perhitungan magnitudo gempa yang lain.

Oleh karena itu, saat ini penggunaan Skala Richter lebih luas digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi.

Tetapi skala Mercalli yang dimodifikasi, pada tahun 1931 oleh ahli seismologi Harry Wood dan Frank Neumann masih sering digunakan.

Terutama apabila tidak terdapat peralatan seismometer yang dapat mengukur kekuatan gempa bumi di tempat kejadian.

Berikut arti dari Skala MMI mulai dari MMI I sampai MMI XII:

I MMI

Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa orang.

II MMI

Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

III MMI

Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.

IV MMI

Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.

V MMI

Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.

VI MMI

Getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak, kerusakan ringan.

VII MMI

Tiap-tiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik. Sedangkan pada bangunan yang konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur, cerobong asap pecah. Terasa oleh orang yang naik kendaraan.

VIII MMI

Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. Retak-retak pada bangunan dengan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh, air menjadi keruh.

IX MMI

Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus.

X MMI

Bangunan dari kayu yang kuat rusak,rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah terbelah rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang curam.

XI MMI

Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Jembatan rusak, terjadi lembah. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali.

XII MMI

Hancur sama sekali, Gelombang tampak pada permukaan tanah. Pemandangan menjadi gelap. Benda-benda terlempar ke udara.

(Serambinews.com/Sara Masroni, TribunAmbon.com/Mesya Marasabessy, Fandi Wattimena)

Baca juga: Tragedi Rumoh Geudong Aceh 1989, Peristiwa Kelam yang Diakui Negara Sebagai Pelanggaran HAM Berat

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved