PKL Kena Pukul
Mengaku Kena Pukul Saat Ricuh di Mon Geudong, Pedagang Laporkan Satpol PP ke Polres Lhokseumawe
Mereka mengaku dipukul oleh beberapa oknum petugas Satpol PP yang kala itu sedang ikut pembongkaran lapak PKL tersebut...
Penulis: Zaki Mubarak | Editor: Eddy Fitriadi
Laporan Zaki Mubarak | Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE – Sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) di Lhokseumawe melapor ke Sentra Pengaduan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Lhokseumawe, terkait dugaan menjadi korban pemukulan beberapa oknum petugas Satpol PP, Selasa (17/1/2023).
Para PKL itu biasa berjualan di area Jalan Pase dan Simpang H Ramli Ridwan, Desan Mon Geudong, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe.
Mereka mengaku dipukul oleh beberapa oknum petugas Satpol PP yang kala itu sedang ikut pembongkaran lapak PKL tersebut yang berujung ricuh.
"Kami melaporkan karena dipukul oleh oknum petugas Satpol PP Kota Lhokseumawe, saat ingin membongkar lapak PKL pada Senin kemarin,” kata salah satu PKL, Muni (39), kepada Serambinews.com, Selasa (17/1/2023).
Ia menceritakan, sebelum peristiwa pemukulan itu terjadi, para petugas Satpol PP sedang melakukan pembongkaran lapak PKL yang berada di Jalan Pase dan Simpang H Ramli Ridwan tersebut.
Namun karena situasi memanas sehingga terjadi kericuhan antara PKL dan petugas Satpol PP.
Padahal, menurut Muni, saat aksi emak-emak menggunakan kayu balok adang petugas ricuh karena usai terjadi aksi dorong-dorongan dengan petugas Pol PP dan WH.
“Sehingga berujung ricuh dan ada beberapa pedagang terkena pukul oknum petugas Satpol PP,” jelasnya.
Muni menambahkan, ada 7 PKL yang membuat laporan ke Mapolres Lhokseumawe, yaitu dua pria dan 5 kaum emak-emak.
“Hari ini kami bertujuh sudah resmi melapor ke Polisi terkait pemukulan oleh oknum petugas Satpol PP yang telah memukul kami,” demikian Muni.
Sementara itu, Plh Satpol PP dan WH, Heri Maulana, mengatakan, sampai saat ini mengaku tidak terjadi kekerasan terhadap PKL saat pembongkatan lapel pedadang pada Senin kemarin. Karena petugas tidak membawa atribut apapun di lokasi.
“Termasuk sangkur, pentungan, karena kemarin ada pihak tertentu yang ingin memanasi situasi saat pembongkaran lapak sehingga terjadi ricuh,” jelas Hari, kepada Serambinews.com, Selasa (17/1/2023).
Pun demikian, Heri akan menanyakan hal itu ke personel terkait ada pelaporan dari PKL terhadap anggotanya, yang kala itu sedang bertugas untuk melakukan pembongkaran lapak PKL.
“Sepertinya kemarin ada pelaku atau provokator, seperti ada suara toa dari Mesjid, mengumumkan warga untuk keluar ikut menolak pembongkaran lapak pedagang tersebut,” tutup Heri.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.