Opini
Mengelola Potensi Diri dalam Perspektif Islam
Potensi atau yang lebih dikenal dalam Islam dengan istilah “fitrah” ini, memang harus diaktualisasikan dan ditumbuhkembangkan dalam kehidupan nyata.
Dorongan ini berguna bagi manusia agar eksistensinya terjaga supaya tetap hidup. Kemudian dorongan yang kedua, yaitu dorongan untuk mempertahankan diri.
• UPDATE TERKINI KM 80 BANDA ACEH-SIGLI - Longsor Kian Parah, Jalan Terbelah, Terjadi Antrean Panjang
Bentuk dorongan ini dapat berupa nafsu marah, bertahan atau menghindar dari gangguan yang mengancam dirinya baik oleh sesama makhluk maupun oleh lingkungan alam.
Adapun dorongan yang ketiga, berupa dorongan untuk mengembangkan jenis yaitu naluri seksual.
Dengan adanya dorongan ini manusia dapat mengembangkan jenisnya dari satu generasi ke generasi sebagai pelanjut kehidupan. 2). Hidayat al-Hassiyat (potensi inderawi).
Potensi inderawi erat kaitannya dengan peluang, manusia untuk mengenal sesuatu di luar dirinya. Melalui alat indra yang dimilikinya, manusia dapat mengenal suara, cahaya, warna, rasa, bau dan aroma maupun bentuk sesuatu.
Indra berfungsi sebagai media yang menghubungkan manusia dengan dunia di luar dirinya.
Potensi indrawi yang umum dikenal sebagai indra penglihat, pencium, peraba, pendengar dan perasa.
Namun di luar itu masih ada sejumlah alat indra dalam tubuh manusia yang difungsikan melalui pemanfaatan alat indra yang sudah siap pakai seperti mata, telinga, hidung, lidah, kulit, otak maupun fungsi syaraf. 3).
Hidayat al-Aqliyyat (Potensi akal). Berbeda dengan dua potensi di atas, potensi akal ini hanya dimiliki oleh manusia. Adanya potensi ini menyebabkan manusia dapat meningkatkan dirinya melebihi makhluk lain ciptaan Allah.
Potensi akal memberi kemampuan kepada manusia untuk memahami simbol-simbol, hal-hal yang abstrak, menganalisis, membandingkan maupun membuat kesimpulan dan akhirnya memilih maupun memisahkan antara yang benar dari yang salah.
Kemampuan akal mendorong manusia berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan kebudayaan serta peradaban. Manusia dengan kemampuan akalnya mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mengubah serta merekayasa lingkungannya menuju situasi kehidupan yang lebih baik, aman dan nyaman. 4). Hidayat al-Diniyyat (Potensi keagamaan).
Pada diri manusia sudah ada potensi keagamaan, yaitu berupa dorongan untuk mengabdi kepada sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuasaan yang lebih tinggi.
Dorongan untuk mengabdi ini terjadi dari berbagai macam unsur emosi, seperti perasaan kagum, perasaan ingin dilindungi, perasaan tak berdaya, perasaan takut, perasaan bersalah dan lain-lain.
Bentuk potensi ini menunjukkan bahwa manusia sejak asal kejadiannya membawa potensi beragama yang lurus dan ini merupakan fondasi dasar dalam agama Islam untuk mengarahkan potensi-potensi yang ada dari insting, inderawi dan aqli.
Keempat potensi ini terangkum pada potensi dasar manusia, yaitu: jasmani, akal, nafs dan ruh. Hidayat al-Ghariziyyat dan Hissiyat terdapat dalam diri manusia sebagai makhluk biologis (basyr dan nafs).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.