Internasional

800 Desa Kurdi di Irak Telah Ditinggalkan Oleh Penduduknya, Milisi Pro-Iran Lakukan Perlawanan

Warga Kurdi yang tinggal di Irak terus merasa terancam atas kehadiran pasukan Turkiye.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Pecahan drone yang jatuh di jalanan Kota Irbil, Irak. 

Pemerintah Bagdad telah mengeluh tentang serangan Ankara tetapi memiliki sedikit otoritas di utara yang sebagian besar Kurdi.

Sedangkan Partai Demokrat Kurdistan yang berkuasa di kawasan itu tidak memiliki senjata untuk menantang PKK, meskipun melihatnya sebagai saingan yang kuat dan populis.

KDP secara historis bekerja sama dengan Turkiye tetapi memiliki pengaruh terbatas atas tetangga yang memiliki kekuatan militer dan ekonomi yang jauh lebih besar.

“Kami meminta semua kelompok militer asing, termasuk PKK untuk tidak menyeret Wilayah Kurdistan ke dalam konflik atau ketegangan apa pun,” kata juru bicara KRG Jotiar Adil.

“PKK sebagai alasan utama mendorong Turkiye memasuki wilayah kami di Wilayah Kurdistan," ujarnya.

Baca juga: Pasukan Kurdi Dukungan AS Tangkap Komandan Lokal ISIS di Raqqa, Suriah Timur

"Oleh karena itu, menurut kami PKK harus keluar,” tambahnya.

“Kami bukan pihak dalam konflik berkepanjangan ini dan kami tidak berencana untuk berada di pihak mana pun," jelasnya.

Perdana Menteri Kurdi Irak Masrour Barzani mengatakan konflik antara Turkiye dan PKK adalah masalah yang memprihatinkan, tetapi tidak seberat ancaman dari ISIS.

Hariam Mahmoud, seorang tokoh terkemuka dalam Gerakan Pembebasan Kurdistan, sebuah kelompok oposisi sipil di Irak yang dipengaruhi oleh gagasan pemimpin PKK yang dipenjara Abdullah Ocalan, mengatakan tidak peduli berapa banyak Turkiye menekan mereka, mereka akan terus melawan.

“Menurut pendapat kami, ini adalah pendudukan dan melawan adalah hak yang sah,” kata Mahmoud, yang tinggal di distrik Garmiyan di selatan Sulaimaniya.

Warga sipil, sementara itu, terus membayar harganya.

Ramzan Ali (72) sedang mengairi ladangnya di Hirure beberapa km dari Sararo pada tahun 2021, ketika mendengar ledakan besar.

Hal berikutnya yang dia ingat, jatuh ke tanah dengan kondisi berlumuran darah.

Dia mengatakan peluru Turki telah menghantam rumahnya, sebuah kejadian biasa ketika pasukan Turkiye menanggapi serangan PKK dengan artileri.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved