Internasional
800 Desa Kurdi di Irak Telah Ditinggalkan Oleh Penduduknya, Milisi Pro-Iran Lakukan Perlawanan
Warga Kurdi yang tinggal di Irak terus merasa terancam atas kehadiran pasukan Turkiye.
SERAMBINEWS.COM, BAGHDAD - Warga Kurdi yang tinggal di Irak terus merasa terancam atas kehadiran pasukan Turkiye.
Menurut seorang pejabat Pemerintah Daerah Kurdistan Irak, konflik telah mengosongkan 800 desa sejak 2015.
Terutama, seusai gencatan senjata antara Turkiye dan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) gagal, membuat ribuan orang meninggalkan rumah mereka.
Di luar dampak kemanusiaan, serangan Turkiye berisiko memperluas konflik dengan memberikan kekuasaan penuh kepada saingan regional Iran untuk meningkatkan operasi intelijen di Irak.
Bahkan, dapat mengambil tindakan militernya sendiri, kata pejabat Kurdi.
Teheran telah menembakkan rudal ke pangkalan kelompok Kurdi yang dituduh terlibat dalam protes pembatasan terhadap perempuan, menggusur ratusan Kurdi Iran dan membunuh beberapa.
Milisi pro-Iran di Irak juga memiliki dalih untuk menanggapi kehadiran Turkiye, kata para analis, meningkatkan prospek eskalasi antara pasukan Turkiye dan kelompok selain PKK.
Baca juga: Pemimpin Kurdi Dikerangkeng, Sempat-Sempatnya Serukan Persatuan Melawan Presiden Erdogan
Hamdi Malik, spesialis milisi Syiah Irak di Institut Washington, mengatakan kelompok pro-Iran terus melakukan perlawanan.
Dikatakan, seperti Liwa Ahrar Al-Iraq (Brigade Rakyat Irak Bebas) dan Ahrar Sinjar (Orang Bebas Sinjar) mengganti nama mereka tahun lalu sebagai perlawanan terhadap kehadiran pasukan Turkiye.
Menurut laporan Institut Washington, serangan terhadap fasilitas militer Turki di Irak meningkat dari rata-rata 1,5 serangan per bulan pada awal 2022 menjadi tujuh serangan pada April 2022.
"Jika kelompok-kelompok itu, yang sangat bermusuhan dengan Washington meningkatkan operasi, maka akan melemahkan pengaruh AS dan 2.000 tentaranya di Irak, kata Mustafa Gurbuz, seorang rekan di Arab Center Washington.
“Turkiye meremehkan kekuatan oposisi," ujarnya.
"Faktanya, fasilitas ini akan menjadi target di masa depan dan terlebih lagi ketika permusuhan meningkat,” kata Sajad Jiyad, analis The Century Foundation, sebuah think tank AS yang berbasis di Baghdad.
Baca juga: ISIS Serang Penjara Kurdi, Targetkan Bebaskan Rekannya, Enam Pejuang dan Dua Militan Tewas
Politik Irak Utara yang terfragmentasi, baik pemerintah federal di Baghdad maupun otoritas regional KRG tidak cukup kuat untuk menantang kehadiran Turkiye.
Atau untuk memenuhi tujuan Ankara menahan PKK sendiri.
Pemerintah Bagdad telah mengeluh tentang serangan Ankara tetapi memiliki sedikit otoritas di utara yang sebagian besar Kurdi.
Sedangkan Partai Demokrat Kurdistan yang berkuasa di kawasan itu tidak memiliki senjata untuk menantang PKK, meskipun melihatnya sebagai saingan yang kuat dan populis.
KDP secara historis bekerja sama dengan Turkiye tetapi memiliki pengaruh terbatas atas tetangga yang memiliki kekuatan militer dan ekonomi yang jauh lebih besar.
“Kami meminta semua kelompok militer asing, termasuk PKK untuk tidak menyeret Wilayah Kurdistan ke dalam konflik atau ketegangan apa pun,” kata juru bicara KRG Jotiar Adil.
“PKK sebagai alasan utama mendorong Turkiye memasuki wilayah kami di Wilayah Kurdistan," ujarnya.
Baca juga: Pasukan Kurdi Dukungan AS Tangkap Komandan Lokal ISIS di Raqqa, Suriah Timur
"Oleh karena itu, menurut kami PKK harus keluar,” tambahnya.
“Kami bukan pihak dalam konflik berkepanjangan ini dan kami tidak berencana untuk berada di pihak mana pun," jelasnya.
Perdana Menteri Kurdi Irak Masrour Barzani mengatakan konflik antara Turkiye dan PKK adalah masalah yang memprihatinkan, tetapi tidak seberat ancaman dari ISIS.
Hariam Mahmoud, seorang tokoh terkemuka dalam Gerakan Pembebasan Kurdistan, sebuah kelompok oposisi sipil di Irak yang dipengaruhi oleh gagasan pemimpin PKK yang dipenjara Abdullah Ocalan, mengatakan tidak peduli berapa banyak Turkiye menekan mereka, mereka akan terus melawan.
“Menurut pendapat kami, ini adalah pendudukan dan melawan adalah hak yang sah,” kata Mahmoud, yang tinggal di distrik Garmiyan di selatan Sulaimaniya.
Warga sipil, sementara itu, terus membayar harganya.
Ramzan Ali (72) sedang mengairi ladangnya di Hirure beberapa km dari Sararo pada tahun 2021, ketika mendengar ledakan besar.
Hal berikutnya yang dia ingat, jatuh ke tanah dengan kondisi berlumuran darah.
Dia mengatakan peluru Turki telah menghantam rumahnya, sebuah kejadian biasa ketika pasukan Turkiye menanggapi serangan PKK dengan artileri.(*)
Agni-V Meluncur! Perlombaan Rudal India dan Pakistan Memanas, India Kirim Sinyal Keras ke China? |
![]() |
---|
Satria Kumbara Meringis Kesakitan, TNI Tegaskan Tak Lagi Bertanggung Jawab Kepada Pengkhianat Negara |
![]() |
---|
The Fed Siap Tekan Suku Bunga, Wall Street Bergairah, Trump Ngamuk Lagi? |
![]() |
---|
Korea Selatan Hujani Peluru Peringatan, Tentara Korut Kabur dari Perbatasan! |
![]() |
---|
Misteri Kematian Zara Qairina: Sidang Penentuan Pemeriksaan Digelar Hari Ini, 195 Saksi Diperiksa! |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.