Muhammadiyah Sudah Tetapkan Awal Puasa Ramadhan 2023 atau 1 Ramadhan 1444H, Jatuh Pada Tanggal Ini
Berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hari Raya Idul Fitri jatuh
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Amirullah
Terkait apakah metode hilal dan hisab dalam menentukan awal Ramadhan, berikut adalah penjelasan lengkapnya.
Baca juga: Niat dan Hukum Puasa Qadha Ramadhan, Tata Cara Membayar Utang Meninggalkan Puasa
1. Metode Rukyatul Hilal
Menurut Lapan, metode rukyat atau rukyatul hilal adalah aktivitas pengamatan hilal dengan melihat secara langsung atau menggunakan teleskop.
Semetara dilansir dari laman Bali.kemenag.go.id, hilal adalah nampaknya bulan sabit muda pertama setelah terjadinya konjungsi (ijtimak atau bulan baru) di arah Matahari terbenam yang dijadikan acuan jatuhnya awal bulan dalam kalender Hijriah termasuk Ramadhan.
Waktu pengamatan hilal yaitu pada hari ke-29 untuk menentukan apakah hari berikutnya sudah terjadi pergantian bulan atau belum.
Jika menggunakan metode rukyat, maka visual hilal yang teramati akan menjadi tanda bahwa esok hari akan jadi hari pertama bulan dalam kalender Hijriah.
Namun jika hilal tidak terlihat maka disepakati bahwa lusa adalah waktu jatuhnya awal bulan.
Hal itu juga berlaku untuk penentuan kapan awal Ramadhan 2023 dan bulan-bulan lain termasuk Syawal.
Hal ini disebut dengan istikmal yaitu melakukan pembulatan jumlah hari sampai tiga puluh hari sebelum dimulainya bulan yang baru.
2. Metode Hisab
Dilansir dari laman Suaramuhammadiyah.id, metode hisab adalah serangkaian proses perhitungan yang salah satunya bertujuan menentukan posisi geometris benda langit.
Kemudian mengetahui waktu di mana benda langit menempati posisi tersebut atau mengetahui apakah suatu siklus waktu sudah mulai atau belum.
Cara menentukan awal bulan, termasuk kapan awal Ramadhan 2023 menurut Muhammadiyah ini berguna dalam menentukan awal bulan pada kalender Qamariah atau bulan dalam kalender Hiriyah.
Tarjih Muhammadiyah diketahui meyakini hisab hakiki dengan acuan ijtimak atau konjungsi (Bulan dan Matahari berada di satu garis edar) sebagai batas kulminasi awal dan akhir bulan Qomariyah.
Metode hisab Muhammadiyah diketahui menggunakan tiga kriteria yaitu telah terjadi ijtimak Bulan-Matahari, ijtimak terjadi sebelum terbenam Matahari, dan Bulan di atas ufuk atau belum terbenam pada saat Matahari terbenam.
Kemudian, hilal dianggap sudah wujud (terlihat) apabila Matahari terbenam lebih dahulu daripada terbenamnya hilal walaupun hanya berjarak kurang dari satu menit.
Sementara penetapan hasil hisab yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan dikeluarkan sebagai maklumat untuk kemudian digunakan oleh umat.
(Serambinews.com/Yeni Hardika)
BACA BERITA LAINNYA DI SINI
IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS
Pengakuan Jokowi Soal Ijazah, Ada Agenda Politik hingga Orang Level 3 Negara Akui Ijazahnya Palsu |
![]() |
---|
Kampung Kesehatan Jadi Ikon Baru Lewat Kehadiran Pusat Jajanan Taman Asri |
![]() |
---|
Akhirnya, Gaji 920 PPPK Kankemenag Pidie Dibayar Secara Rapel |
![]() |
---|
Ribuan Warga Malaysia Turun ke Jalan, Tuntut PM Anwar Ibrahim Mundur |
![]() |
---|
Cuaca di Abdya Hari Ini 26 Juli Dominan Berawan, Suhu Capai 30 Derajat Celcius |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.