Mihrab

Pentingnya Belajar Ilmu Kalam

Ilmu kalam ini juga untuk menolak syubhat tentang ketuhanan, kenabian dan perkara-perkara  ghaib yang diwahyu atau disabdakan oleh para rasul.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
FOR SERAMBINEWS.COM
Ketua Umum DPP ISAD Aceh dan Guru Aqidah Islamiyah Dayah Darul Ihsan Abu Krueng Kalee, Tgk Mustafa Husen Woyla, S.Pd.I 

Pentingnya Belajar Ilmu Kalam

SERAMBINEWS.COM - ILMU Kalam atau disebut juga teologi Islam, merupakan ilmu pokok dalam keislaman yang lahir dari hasil penalaran dan dialektika yang Panjang.

Ilmu ini mencakup atas penetapan keyakinan melalui dalil bersifat yakin untuk meneguhkan keimanan akan eksistensi dan Ke-Esa-an Allah Ta’ala serta utusan-Nya.

Menurut Ketua DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Tgk Mustafa Husen Woyla SPdI, ilmu kalam ini juga untuk menolak syubhat tentang ketuhanan, kenabian dan perkara-perkara  ghaib yang diwahyu atau disabdakan oleh para rasul.

“Dalam menjalankan misi dakwah ketauhidan, ada saja masalah internal dan eksternal. Pada awal masa keislaman, orang beriman cukup meyakini kandungan Surah Al-Ikhlas, bahwa Allah ada, tanpa beranak dan tanpa diperanakkan serta tidak ada sekutu bagi-Nya, juga diyakini Allah tidak serupa dengan makhluk dalam berbagai  hal,” kata dia.

Seiring dengan perkembangan, lanjut Tgk Mustafa, maka permasalahan seputar dakwah pun menuai berbagai masalah, baik internal maupun masalah eskternal.

Masalah Internal, awal terjadinya firqah Islam yang dimulai dari perbedaan politik tentang kekhalifahan.

Tragedi itu membuat Islam terbagi kedalam tiga arus besar, kaum rasionalis (akal),  intuisi (dzuq/perasaan) dan kaum  tektualis (literal).

“Dari tiga corak inilah lahir firqah besar dalam menafsirkan teks suci dengan rasio, lahir Muktazilah dengan intuisi, jabariyah, syiah, dan sufi falsafi, dan dengan tektualis lahir khawarij dan Salafi Wahhabi,” ujarnya.

Guru Aqidah Islamiyah Dayah Darul Ihsan Abu Krueng Kalee menyebutkan, maka dari itu muncul manhaj al-Asy'ari dan al-Maturidi yang berprinsip Tawassuth, Tawazun, I'tidal, dan Tasamuh, tidak ekstrim kanan dan tidak ekstrim kiri dalam menafsirkan teks suci.

Dan telah menjadi jamaah sawadul a'dham (golongan mayoritas) di dunia islam dari dulu, sekarang dan kelak.

Dari segi masalah eksternal, ketika Islam tersebar dan berbaur dengan berbagai peradaban dunia, Islam dihadapkan dengan berbagai tantangan dari filsafat  Yunani, Barat, Persia dan India.

Para ilmuan Muslim membangun dialektika baru untuk mereka yang tidak percaya nash suci dengan cara Islamisasi filsafat.

“Maka lahirlah ilmu teologi islam atau lebih makruf dengan ilmu kalam pada masa Abbasiah pada akhir abad kesatu dan awal abad kedua hijriah,” jelas Tgk Mustafa.

Mungkin selama ini ilmu kalam tidak begitu diminati karena kajiannya tentang hal yang abstrak, ghaib dan terkesan pelik serta sukar dipahami karena ada unsur filsafatnya, dan ini menjadi sebuah tantangan tersendiri.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved