Internasional
Pengungsi Suriah di Turkiye Menghadapi Pelecehan dan Rasis Setelah Gempa, Diusir dan Dipukul
Para pengungsi Suriah di Turkiye yang juga menjadi korban gempa mulai menghadapi pelecehan dan rasisme.
"Dan tentu mencuri bukan perkara mudah saat ini, tapi tetap saja, saya tidak pernah merasakan tingkat rasisme inisebelumnya,” kata Usamah.
Banyak warga Suriah bersusah payah menunjukkan pihak berwenang telah menyediakan layanan untuk mereka dan mereka telah menerima dukungan dari teman dan kolega Turkiye.
“Majikan saya memberi kami gaji tanpa penundaan dan mengirimi kami perlengkapan pemanas ketika kami berada di tempat penampungan,” kata Mustafa, seorang petugas kebersihan berusia 31 tahun di Kilis.
Tetapi hanya sedikit yang membantah, sentimen anti-Suriah telah menjadi perhatian yang berkembang di negara itu selama beberapa tahun, seperti dilansir Los Angeles Times, Kamis (16/2/2023).
Ketika perang saudara meletus di Suriah pada 2011, Turki menjadi tujuan utama bagi mereka yang melarikan diri dari kekerasan.
Mengakomodasi merekamenjadi kebijakan pusatpemerintah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang telah menghabiskan $40 miliar untuk menampung para pengungsi.
Termasuk memberi mereka akses ke pekerjaan, pendidikan, dan perawatan kesehatan.
Bagi kebanyakan orang Suriah, Turkiye seharusnya menjadi perhentian sementara menuju suaka di Eropa atau tempat menunggu sampai situasi di rumah membaik untuk kembali.
Tetapi dengan langkah-langkah Eropa untuk membatasi migrasi, dan dengan konflik yang macet, banyak yang bertahan.
Ketika ekonomi Turki merosot parah dalam beberapa tahun terakhir, masalah pengungsi menjadi medan pertempuran politik utama.
Pihak oposisi melihatnya sebagai cara untukmenggulingkan Erdogan yang sudah lama menjabat.
Menjelang pemilu, pesan dominan dari tiga partai oposisi terkemuka memulangkan warga Suriah, kata Begum Basdas, seorang peneliti hak asasi manusia dan migrasi di Pusat Hak Fundamental di Sekolah Hertie di Berlin.
Dia menambahkan lama sebelum gempa 6 Februari 2023, orang-orang benar-benar frustrasi dengan ketidakmampuan pemerintah untuk memberikan solusi yang tahan lama.
Para pengungsi itu sendiri menjadi kambing hitam yang nyaman, kata Basdas.
"Skenario klasik yang sebenarnya tidak menargetkan pihak berwenang tetapi mereka yang rentan karena sebagai target yang lebih mudah," jelasnya.
Peraturan pemerintah yang dimaksudkan untuk membatasi pergerakan warga Suriah di sekitar Turkiye menambah masalah masyarakat.(*)
Dewan HAM PBB Akan Gelar Debat Mendesak Soal Serangan Udara Israel di Qatar |
![]() |
---|
Ini Usulan Terakhir Trump Untuk Akhiri Perang di Gaza, Begini Tanggapan Hamas dan Israel |
![]() |
---|
Sisa Rumah Firaun di Bawah Tanah Mesir Beredar Luas Media Sosial, Apa yang Sebenarnya Terjadi? |
![]() |
---|
Vietnam Tingkatkan Tunjangan Guru 70 Persen Hingga 100 Persen Bagi Guru di Wilayah Tertinggal |
![]() |
---|
Agni-V Meluncur! Perlombaan Rudal India dan Pakistan Memanas, India Kirim Sinyal Keras ke China? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.