Berita Subulussalam

Nestapa Petani Sawit di Kota Subulussalam, Harga TBS Naik, Tapi Produksi Menurun, Ini Penyebabnya

Sayangnya, kenaikan harga TBS sawit tersebut tampaknya belum mampu mendongkrak ekonomi petani di tengah kondisi ekonomi yang makin sulit lantaran saat

Penulis: Khalidin | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM/KHALIDIN
Pekerja sedang membongkar Hasil  Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit milik petani di Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam untuk dibawa ke Pabrik Minyak Kelapa Sawit baru-baru ini 

Sayangnya, kenaikan harga TBS sawit tersebut tampaknya belum mampu mendongkrak ekonomi petani di tengah kondisi ekonomi yang makin sulit lantaran saat ini hasil panen menurun. 

Laporan Khalidin I Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit di Kota Subulussalam dalam sebulan terakhir mulai menunjukan kenaikan, bahkan terkini mencapai Rp 2.135 per kilogram di level pabrik.

Sayangnya, kenaikan harga TBS sawit tersebut tampaknya belum mampu mendongkrak ekonomi petani di tengah kondisi ekonomi yang makin sulit lantaran saat ini hasil panen menurun. 

Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam Netap Ginting, Kamis  (23/2/2023) mengupdate harga TBS di daerah yang mengalami kenaikan.

Di sisi lain, produksi atau hasil panen kebun petani justru mengalami penurunan. Alhasil, petani tetap belum mampu menikmati harga tinggi lantaran produksi mereka menurun, sehingga pendapatan tidak juga bergerak.

 ”Harga memang naik, tapi produksi turun, hasil panen anjlok. Ini karena beberapa faktor mulai cuaca hingga perawatan,” kata Sabar, petani sawit di Subulussalam.

Baca juga: Harga TBS Sawit Naik, Berikut Harga di Sejumlah Pabrik di Subulussalam, Petani Harap Bisa Rp 3.500

Saat ini, ada penurunan produksi, dikarenakan faktor cuaca, kurang hujan menyebabkan proses matangnya TBS di pohon melambat. Masalah faktor cuaca menurut pengalaman petani diperkirakan BMKG hingga September 2023. 

Faktor cuaca ini, sangat berdampak pada produksi TBS. Jika sebelumnya hasil produksi sebanyak 1.500 kilogram per dua minggu, saat ini hanya 1.100 kilogram atau turun berkisar 30 persen dari biasa.

Dikatakan, dalam dunia perkebunan kelapa sawit juga ada masa buah melimpah dan trek. Trek merupakan musim di mana tanaman sawit tidak berproduksi maksimal. Kondisi tersebut diakibatkan, kondisi iklim, terutama cuaca yang tidak menentu.

Saat memasuki masa pembungaan buah sawit pasokan air hujan kurang maksimal. Meski telah dilakukan pemupukan, hasil TBS atau brondolan menurun. Nah, sesuai hasil penelitian masa trek terjadi dalam kurun waktu Oktober-Maret.

Masa itu merupakan proses pembungaan dan terjadi tren trek hingga produksi menurun. Kondisi ini, diperparah oleh tidak terawatnya kebun petani akibat harga yang sejak dua tahun terakhir anjlok.

Baca juga: Wow! Harga TBS Sawit di Aceh Singkil Makin Menggairahkan, Capai Rp 2.300/Kg di PMKS

”Dunia sawit ada musim buah dan tren trek. Ini memang terjadi tiap akhir tahun hingga Maret.

'Tapi masalah ini semakin diperparah oleh harga yang kemarin anjlok, sehingga kebun petani tidak terawat, seperti pemupukan yang menjadi hal wajib bagi tanaman sawit,” terang Netap Ginting, Ketua Apkasindo Subulussalam.

Lebih jauh dikatakan, imbas trek yang diakibatkan oleh perubahan cuaca sangat terasa pengaruhnya. Produksi tandan buah segar serta harga yang juga menurun, membuat penghasilan pekebun sawit berkurang.

Diterangkan juga bila harga TBS sawit rendah, pasti berdampak luar biasa bagi petani. Saat musim trek yang menjadi masa paceklik di dunia petani kelapa sawit.

Kondisi ini memaksa petani untuk melakukan perawatan kebun semampunya, bahkan ada yang mulai tidak melakukan pemupukan, lantaran ketiadaan dana untuk membelinya.

Meski demikian, pekebun di Kota Subulussalam hingga kini masih menjadikan tanaman tersebut sebagai tumpuan untuk penghasilan rutin setiap dua pekan sekali.

Sebab, komoditas kelapa sawit sudah menjadi tanaman paling banyak dilakoni para petani termasuk para pemodal di Kota Sada Kata itu.

Kemudian, kala produksi atau panen kelapa sawit melimpah di atas Maret-September, pada saat itu pula terjadi penurunan harga. Sering kali terjadi penurunan harga di tengah melimpahnya hasil panen TBS kelapa sawit.

Hal yang paling lazim terjadi terutama menjelang lebaran Idul Fitri atau Idul Adha hingga menjelang Agustus.

 ”Jadi memang menjadi dilema bagi petani, harga naik hasil panen petani menurun. Pas produksi melimpah, harga pada masa itu sering pula  anjlok,” pungkas Netap. 

Harga TBS kelapa sawit

Sebagaimana diberitakan Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Kota Subulussalam sebulan terakhir terus bergerak naik.

Pantauan Serambinews.com, Kamis (23/2/2023) harga TBS kelapa sawit di level Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) kembali mencapai Rp 2.370 per kilogram.

Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam Netap Ginting merilis harga TBS kelapa sawit di daerah tersebut.

Rata-rata pabrik pabrik mulai menaikkan antara Rp 30 per kilogram hingga Rp 50 per kilogram.

Di PMKS PT Samudera Sawit Nabati (SSN) misalnya, harga TBS naik Rp 50 per kilogram. 

Harga TBS di PMKS PT SSN pun menjadi Rp 2.370 dan ini berlaku Selasa (21/2/2023).

Kemudian harga di PMKS PT SSN kembali naik Rp 30 per kilogram sehingga menjadi Rp 2.400 per kilogram.

Hal serupa juga terjadi di PMKS PT Global Sawit Semesta (GSS)  pada tanggal 23 Februari 2023 naik Rp 30 per kilogram.

Sementara di PMKS PT Rundeng Putra Persada (RPP) menginformasikan per tanggal  23 Februari harga naik menjadi Rp 2.335 per kilogram.

Berikutnya di PMKS PT SSM harga TBS kelapa sawit naik Rp 40 per kilogram atau menjadi Rp 2.315 per kilogram.

Kemudian harga TBS kelapa sawit juga naik di PT. Bangun Sempurna Lestari (BSL) sebesar Rp 50 per kilogram sehingga menjado Rp 2.315 per kilogram. 

Petani kelapa sawit di Subulussalam berharap agar harga TBS di level  melampaui Rp 3.500 per kilogram sehingga mereka dapat merawat tanaman dengan baik. (*)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved