Luar Negeri

Bocoran Kesepakatan Pemulihan Hubungan Arab Saudi dan Iran yang Dimotori China

Sumber Saudi menjelaskan pengembalian hubungan diplomatik tidak berarti akhir dari semua sengketa.

Editor: Faisal Zamzami
Sumber: Arab News
Seorang sumber di Arab Saudi yang mengetahui detail dari negosiasi yang dipimpin oleh China antara Kerajaan Arab Saudi dan Iran memastikan kesepakatan antara kedua negara tersebut adalah kelanjutan dari putaran sebelumnya yang dimulai di Irak pada 2021. 

SERAMBINEWS.COM, RIYADH - Seorang sumber di Arab Saudi yang mengetahui detail dari negosiasi yang dipimpin oleh China antara Kerajaan Arab Saudi dan Iran memastikan kesepakatan antara kedua negara tersebut adalah kelanjutan dari putaran sebelumnya yang dimulai di Irak pada 2021.

Mengenai keterlibatan China, sumber tersebut mengungkapkan Presiden Xi Jinping menyatakan minatnya dalam menjembatani konflik antara Arab Saudi dan Iran saat kunjungannya ke Riyadh pada bulan Desember lalu.

Inisiatif ini disambut baik oleh putra mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, seperti laporan Arab News, Kamis, (16/3/2023)

Sumber Saudi itu mengatakan terjadi terobosan hari Jumat lalu setelah lima hari negosiasi intensif di Beijing yang berlangsung "siang dan malam" yang mencakup tiga pilar utama.

Pilar pertama adalah menghormati kedaulatan negara-negara regional.

Kedua, mengembalikan hubungan diplomatik dalam waktu dua bulan ke depan, yang memberi waktu bagi kedua negara meninjau dan menyelesaikan detail, dan juga bekerja pada logistik pengiriman kembali diplomat.

Pilar ketiga adalah menghidupkan kembali perjanjian bilateral sebelumnya antara Iran dan Arab Saudi, termasuk perjanjian keamanan tahun 2001, yang ditandatangani pada saat itu oleh mendiang menteri dalam negeri Saudi, Pangeran Nayef bin Abdulaziz, dan rekan sejawatnya saat itu, Hassan Rohani.

Baca juga: China Berhasil Damaikan Arab Saudi dan Iran, Amerika Serikat Ketar-ketir hingga Israel Ketakutan

Sumber Saudi menjelaskan pengembalian hubungan diplomatik tidak berarti akhir dari semua sengketa.

Dia memuji China, mengatakan Beijing punya posisi yang unik dalam negosiasi ini dan kesepakatan ini sesuai dengan kepentingan ekonomi dan geopolitik China.

Dia mengatakan banyak orang yang meremehkan ketergantungan besar Iran pada China, yang katanya adalah salah satu dari hanya dua 'teman' yang dimiliki Tehran di dunia (yang lainnya adalah Rusia).

Rincian lain mengungkapkan Riyadh dan Tehran sepakat melakukan komitmen bilateral untuk tidak melakukan agresi, termasuk militer, intelijen, dan siber, juga tidak membantu orang lain atau membiarkan tanah mereka digunakan untuk melakukan serangan semacam itu.

Selain itu, sebuah komite tingkat tinggi trilateral (yang mencakup China) akan bertemu secara berkala untuk mengawasi implementasi kesepakatan tersebut.

Sumber itu juga mengatakan pembicaraan di Beijing tidak mencakup pembicaraan tentang topik yang melibatkan masalah minyak atau nuklir.

Selain itu Iran setuju menghentikan pengiriman senjata kepada sekutu Houthi-nya di Yaman sebagai bagian dari kesepakatan untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan Arab Saudi yang dibroker oleh China, seperti laporan Wall Street Journal, mengutip pejabat AS dan Arab Saudi.

Baca juga: Tujuh Tahun Musuhan, Iran - Arab Saudi Rujuk Ditengahi China, Ini Daftar Negara yang Akan Terdampak

Langkah Iran akan mempercepat upaya baru mencapai perdamaian di Yaman, karena dapat memberikan tekanan pada kelompok militan untuk mencapai kesepakatan mengakhiri konflik.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved