Mihrab

Jangan Tinggalkan Puasa Jika tidak Ada Udzur Syari'at

“Kecuali apabila orang tersebut baru masuk Islam yang tidak mengetahui hukum tentang puasa atau hidup di daerah pedalaman yang jauh dari para ulama,”

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Taufik Hidayat
FOR SERAMBINEWS.COM
pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Ustadzah Nora Maulida Julia SPd. 

Jangan Tinggalkan Puasa Jika Tidak Ada Udzur Syar'i

SERAMBINEWS.COM - Ketika bulan Ramadhan tiba, umat Muslim diwajibkan untuk berpuasa sebulan penuh.

Puasa sendiri tidak hanya dimaknai dengan menahan lapar dan haus. Lebih dari itu, ada begitu banyak hikmah puasa ramadan yang bisa dijadikan teladan dan pedoman hidup sehari-hari.

Pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Ustadzah Nora Maulida Julia SPd mengatakan, barang siapa yang mengingkari kewajiban puasa Ramadhan, maka ia telah menentang syariat.

“Kecuali apabila orang tersebut baru masuk Islam yang tidak mengetahui hukum tentang puasa atau hidup di daerah pedalaman yang jauh dari para ulama,” ungkapnya, Kamis (16/3/2023). 

Sedangkan orang yang tidak berpuasa di bulan Ramadhan tanpa ’udzur (alasan) yang dibenarkan syari’at, selama ia masih meyakini kewajiban puasa tersebut, ia tidak  menentang syariat

“Hanya saja ia telah berdosa dan wajib baginya mengqadha hari-hari puasa yang ditinggalkannya” sebut Ustadzah Nora.

Puasa Ramadhan yang penuh berkah, kata dia, merupakan ibadah agung yang memiliki banyak keistimewaan.

Di antaranya seperti yang disebutkan dalam hadist riwayat al-Bukhari “setiap kebaikan akan dibalas dengan pahala yang berlipat dari sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang membalasnya.”

Hanya menghitung hari saja, umat Muslim diseluruh dunia akan memasuki bulan yang penuh keberkahan, rahmat, dan ampunan.

Menjelang Ramadhan, biasanya banyak diantara umat Islam yang bersuka cita menyambutnya.

Di antaranya, ada yang mempersiapkan diri mulai dari atribut ibadah, mensucikan tubuh di kolam pemandian hingga membersihkan lingkungan kampung dengan gotong royong.

Namun, ketika memasuki bulan ramadhan, ada beberapa hal yang lebih penting disiapkan.

“Yakni ilmu, fisik, batin dan finansial agar  ibadah puasa yang kita kerjakan di bulan Ramadhan lebih produktif dan maksimal,” kata Ustadzah Nora.

Ramadhan Bulan Al-Qur’an

Ramadhan dikatakan juga bulan al-Qur’an. Banyak kaum muslimin ketika datang bulan Ramadhan saling berlomba-lomba dalam kebaikan, diantaranya giat membaca dan mengkhatam bahkan berinteraksi dengan al-Qur’an.

“Di masjid-masjid dan meunasah gampong, suara syahdu tadarrus al-Qur’an beralun-alun terdengar hingga malam terakhir bulan puasa, hal itu tentunya sangat menenangkan batin kita.

Sebenarnya, adakah suatu pengkhususan Ramadhan menjadi bulannya al-Qur’an? Dan mengapa di Ramadhan banyak dari kita lebih intens berinteraksi dengan al-Qur’an dibandingkan dengan bulan-bulan hijriyah lainnya?

“Tentu hal tersebut memiliki sebab, karena al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas antara yang haq dan yang bathil,” jelasnya.

Dikatakan Ustadzah Nora, para ulama salaf juga tidak main-main mengamalkan dan khatam al-Qur’an pada bulan suci ini. Imam Sufyan bin Uyainah rahimahullah mengatakan bahwa, Imam Abu hanifah biasa mengkhatam al-Qur’an di setiap Ramadhan 60 kali khataman.

Lalu Imam Al-Baihaqi rahimahullah mengatakan, Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata,  “Aku mendengar Al-Humaidi mengatakan, ‘Imam Asy-syafi’i biasa mengkhatam al-Qur’an di bulan Ramadhan sebanyak 60 kali khataman”. (Manaqib Asy-Syafi’i; Jilid 2, Halaman 159). (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved