Bagaimana Sultan Al-Neyadi Astronot Muslim asal UEA Menjalani Puasa Ramadhan di Ruang Angkasa?

Bila puasa di bumi saja durasinya berbeda-beda, lantas bagaimana dengan muslim yang ada di ruang angkasa?

Editor: Faisal Zamzami
NASA via AP
Foto yang disediakan oleh NASA ini menunjukkan astronot muslim asal Uni Emirat Arab (UEA) Sultan Al-Neyadi saat wawancara di Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS) pada Selasa, 7 Maret 2023. 

SERAMBINEWS.COM – Para muslim di seluruh dunia menyambut Ramadhan 2023 dengan sukacita. 

Ibadah puasa selama sebulan menjadi kewajiban sekaligus momen sakral yang sangat sayang untuk dilewatkan.

Durasi puasa dimulai ketika terbit fajar dan tenggelamnya matahari. 

Karena kemiringan bumi dan posisi matahari, waktu dan durasi puasa setiap wilayah di bumi ini berbeda-beda.

Contohnya di Indonesia, durasi puasanya sekitar 13 jam. 

Bila kita bergeser ke Greendland, muslim di sana berpuasa selama 18 jam.

Bila puasa di bumi saja durasinya berbeda-beda, lantas bagaimana dengan muslim yang ada di ruang angkasa?

Di stasiun ruang angkasa internasional (ISS), sekitar 430 kilometer (km) dari bumi, para astronot dan kosmonot melihat 16 matahari terbit dan terbenam dalam sehari. 

Stasiun ini mengorbit bumi.

Di sana, ada astronot muslim bernama Sultan Al-Neyadi dari Uni Emirat Arab (UEA). 

Dia tiba di ISS pada 3 Maret lalu.

Saat ini, Al-Neyadi memiliki misi di ISS selama enam bulan sejak tiba di sana.

Dan misinya kali ini kebetulan bersinggungan dengan Ramadhan yang tahun ini dimulai pada 23 Maret.

 

Baca juga: 4 Astronot AS, Rusia, UEA Tiba dengan Selamat di Stasiun Luar Angkasa Internasional, Ini Profilnya

Dilansir dari CNN, Rabu (22/3/2023), Al-Neyadi sempat memaparkan bagaimana dia akan melwati Ramadhan sebagai astronot muslim yang menjalani misi di ruang angkasa.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved