Kupi Beungoh

Pentingnya Para Wanita Kembali Pada Fitrahnya Sebagai Istri Dan Ibu Generasi

Kepada para wanita kembalilah kepada fitrahnya,  bahwa wanita itu ibu generasi mengurus suami, manajer dalam mengurus rumah tangga

Editor: Amirullah
ist
Dr. Ainal Mardhiah, S.Ag, M.Ag adalah Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar Raniry Banda Aceh 

Oleh : Dr. Ainal Mardhiah,  S.Ag,  M Ag.

Diam-diam suami menikah lagi, lalu anak-anak bermasalah karena orang tua berpisah,  ada yang lari kepada narkoba, ganja,  pergaulan bebas, atau menghabiskan waktunya diluar rumah, ditempat kawan,  di warkop atau tempat-tempat lainnya.

Yang lari ke pergaulan bebas, lahir anak-anak diluar nikah,  karena tidak sanggup bertanggung jawab, ada yang setelah lahir bayinya di buang.

Siapa yang hendak kita salahkan dalam hal ini. Tentu orang tua yang harus disalahkan, pertama ayah, yang ditugaskan menjaga diri dan keluarganya dari apa neraka.

"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." ( QS. At Tahrim: 6)

Kedua,  ibu sebagai sebagai guru dan sekolah pertama bagi seorang anak.

Baca juga: Inikah Etika dan Moral Politik yang Akan Diwariskan Jokowi untuk Bangsa?

Tidak ada yang bisa menjaga rumah tangga dan anak-anak kita, selain kita sendiri sebagai orang tua.  Para guru, ustadz,  dan orang lain di sekitar kita hanya membantu,  tugas pokok menjaga anak-anak dan keluarga adalah tugas kita orang tua ( ayah dan ibu).

Seorang Ayah, boleh sibuk bekerja mencari uang,  tapi waktu bersama keluarga itu sangat penting agar para istri tidak kewalahan sendiri mengurus rumah, mengingat pekerjaan rumah tangga yang  tidak pernah habis dan masalah yang timbul dirumah pun seiring  perkembangan dan pertumbuhan anak terus bertambah  perlu kekompakan dan kerjasama yang baik antara suami dan istri untuk menyelesaikan, karena rumah tangga itu tanggung jawab keduanya.

Berhubung seorang suami harus mencari nafkah, para istri harus kembali pada fitrahnya sebagai istru, Ibu generasi,  mengurus rumah,  melayani suami dan mendidik anak-anak untuk menyelamatkan generasi dan negeri ini, terutama menyelamatkan agama.

Tugas melayani suami, mendidik anak ini tidak boleh digantikan oleh orang lain, oleh siapapun.  Kasih Sayang seorang ibu, tidak bisa digantikan oleh siapapun,  takkan pernah sama.

Lalu bagaimana dengan para istri yang  bekerja? Apa dia harus keluar atau berhenti dari pekerjaannya?

Baca juga: Asoe Lhok Te Deng Deng, Ureng Tameng Yang Dapat Kerja

Tentu tidak, wanita harus tetap bekerja,  mengingat kebutuhan hidup yang banyak,  perlu biaya yang banyak. Atau untuk berjaga-jaga ketika keuangan sedang tidak membaik,  apa itu pekerjaan suami sedang tidak baik, sedang tidak sehat,  sementara kebutuhan dan belanja rumah tangga tidak berkurang,  tidak bisa kita batasi.

Lalu bagaimana caranya menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan?

Menurut pendapat saya, Pertama, prioritaskan melayani suami, menyiapkan pakaian dan segala keperluannya sampai beliau berangkat kerja,  atau istirahat.

Kedua: jangan pernah mengizinkan orang lain mengurus suami dan anak-anak kita, termasuk orang tua kita sendiri, karena mengurus suami dan anak-anak tugas kita para istri.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved