Idul Adha 1444 H

Idul Adha 2023 Tak Sama dengan Arab Saudi,Apa Boleh Ikut Jadwal Idul Adha Makkah? Ini Penjelasan UAS

Terkait dengan perbedaan waktu perayaan Idul Adha di Indonesia dan Arab Saudi, Ustad Abdul Somad menjelaskan, hal itu terjadi karena setiap daerah

Penulis: Yeni Hardika | Editor: Amirullah
YOUTUBE/USTADZ ABDUL SOMAD OFFICIAL
Ustadz Abdul Somad alias UAS. 

SERAMBINEWS.COM - Umat muslim di Indonesia pada tahun ini kembali merayakan Idul Adha di dua waktu berbeda.

Hal itu terjadi dikarenakan penetapan awal masuknya bulan Dzulhijjah 1444 H atau Dzulhijjah 2023 masehi.

Perbedaan penetapan tanggal 1 Dzulhijjah 1444 H itu menyebabkan perbedaan dalam merayakan Hari Raya Idul Adha 2023.

Organisasi Muhammadiyah mengawali bulan Dzulhijjah tahun ini pada Senin (19/6/2023).

Hal itu sebagaimana tertuang dalam Maklumat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2023 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1444 H.

Dengan demikian, Hari Raya Idul Adha 1444 H menurut Muhammadiyah jatuh pada Rabu, 28 Juni 2023.

Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan, 1 Dzulhijjah 1444 H jatuh pada Selasa (20/6/2023) hari ini.

Keputusan itu didasarkan dari hasil pemantauan hilal di 99 titik di seluruh wilayah Indonesia, kemudian dilanjutkan dengan rapat sidang isbat yang tertutup untuk umum.

Baca juga: Resmi, Pemerintah Tetapkan Idul Adha 2023 Jatuh Pada 29 Juni, Bagaimana Dengan Arab Saudi?

Dengan demikian, Idul Adha 2023 menurut pemerintah jatuh pada Kamis, 29 Juni 2023.

"Sidang isbat secara mufakat bahwa 1 Zulhijah 1444 Hijriyah jatuh pada hari Selasa tanggal 20 Juni 2023 Masehi," ujar Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi usai memimpin Sidang Isbat Penetapan Awal Zulhijah di kantor Kemenag, Jakarta, Minggu (18/6/2022), dikutip dari Kompas.com.

"Dan hari raya Idul Adha jatuh pada hari Kamis, 29 Juni 2023 Masehi," imbuh dia.

Tak hanya berbeda dengan ormas Muhammadiyah, jadwal Idul Adha 2023 yang ditetapkan pemerintah Indonesia ini juga berbeda dengan yang ditetapkan oleh pemerintah Arab Saudi.

Melansir GulfNews, Pemerintah Arab Saudi secara resmi menetapkan, Idul Adha 2023 atau 10 Dzulhijjah 1444 H jatuh pada Rabu, 28 Juni 2023.

Adapun awal Dzulhijjah 1444 H menurut pemerintah Arab Saudi jatuh pada Senin (19/6/2023).

Perbedaan penetapan Hari Raya Idul Adha 2023 ini seringkali menimbulkan perdebatan di kalangan masyarakat.

Perbedaan penetapan ini juga mungkin membuat sebagian masyarakat bingung, terutama berkaitan dengan jadwal menunaikan ibadah puasa Arafah.

Seperti diketahui, bahwa puasa Arafah dikerjakan pada waktu yang bersamaan dengan ibadah wukuf yang dilakukan oleh jamaah haji di padang Arafah, Makkah, Arab Saudi.

Baca juga: Link Live Streaming Hasil Sidang Isbat Penetapan 1 Dzulhijjah dan Idul Adha 2023,Diumumkan Malam Ini

Lantas, bagaimana sikap masyarakat muslim di Indonesia?

Apakah boleh jika merayakan Hari Raya Idul Adha mengikuti waktu di Makkah?

Mengenai perbedaan jadwal Hari Raya Idul Adha antara Indonesia dan Arab Saudi ini sebenarnya sudah pernah dibahas oleh pendakwah Kondang Ustad Abdul Somad.

Penjelasan itu disampaikan dai berdarah melayu tersebut melalui sebuah unggahan di akun Instagram resminya, saat menanggapi perbedaan hari raya Idul Adha 2022 yang juga berbeda dengan Arab Saudi saat itu.

Berikut penjelasan Ustad Abdul Somad soal alasan perbedaan waktu Hari Raya Idul Adha di Indonesia dan Arab Saudi yang telah dirangkum Serambinews.com.

Termasuk sikap masyarakat muslim Indonesia terhadap perbedaan waktu tersebut, apakah sebaiknya menigkuti keputusan pemerintah atau mengikuti jadwal Idul Adha di Arab Saudi.

Alasan beda waktu Idul Adha Indonesia dan Arab Saudi

Terkait dengan perbedaan waktu perayaan Idul Adha di Indonesia dan Arab Saudi, Ustad Abdul Somad menjelaskan, hal itu terjadi karena setiap daerah atau negara memikili mathla' masing-masing.

"Makkah tu punya mathla' sendiri, Pekanbaru (Indonesia) punya mathla' sendiri," terang dai yang akrab disapa UAS tersebut sebagaimana dikutip dari unggahannya di Instagram pada 1 Juli 2022.

Perbedaan inilah, jelas UAS, yang membuat waktu di masing-masing negara berbeda serta mempengaruhi waktu pengerjaan ibadah.

Dengan demikian, masyarakat di Indonesia tidak bisa mengikuti waktu di Makkah.

Baca juga: Usulan Libur Idul Adha 2023 Menjadi 2 Hari Sudah Dibahas Pemerintah, Apakah Disetujui?

"Makkah punya syuruq sendiri, Pekanbaru punya syuruq sendiri. Tak sama," tulis Ustad Abdul Somad.

"Mana bisa kita ikut Makkah. Kalau kita di Pekanbaru ikut Makkah. Berarti shalat zhuhur kita jam 15.30 Wib," lanjutnya.

Adapun yang dimaksud dengan mathla’ yaitu saat terbitnya hilal di suatu wilayah (negara).

Mengutip laman almanhaj.or.id seiring dengan perjalanan bulan dan matahari, pergantian siang dan malam, menyebabkan perbedaan terbitnya hilal di masing-masing wilayah.

Karena perbedaan ini, maka tidak mustahil memunculkan perbedaan dalam menentukan pelaksanaan perkara-perkara ibadah, seperti puasa, hari ‘Id ataupun haji, serta aktifitas ibadah lainnya.

Mengapa Arab Saudi lebih dahulu rayakan Idul Adha daripada Indonesia?

Lantas jika mathla' tersebut mempengaruhi waktu di masing-masing wilayah, mengapa Arab Saudi lebih dahulu merayakan Hari Raya Idul Adha daripada Indonesia?

Dijelaskan Ustad Abdul Somad, bahwa dasar penentuan waktu untuk mengerjakan ibadah dengan penentuan penanggalan itu berbeda.

Dasar penentuan waktu shalat, kata UAS, menggunakan waktu berdasarkan perjalanan matahari.

Sementara dasar penentuan penanggalan menggunakan hilal (bulan).

Baca juga: Amalan Zulhijjah, Kapan Puasa Arafah? Ini Jadwalnya, Lengkap Niat Puasa Tarwiyah dan Keutamaannya

Baca juga: Kapan Jadwal Puasa Arafah 2023? Ini Jadwal Puasa Sunnah Dzulhijjah 1444 H, Simak Juga Keutamaannya

"Waktu sholat pakai waktu matahari, kita di timur lebih dulu. Kalau awal bulan tu ikut Hilal, bulan yang di barat lebih dulu,' terang UAS.

Lalu bagaimana dengan puasa Arafah yang dikerjakan pada waktu bersamaan dengan wuquf di Arafah?

Dikatakan UAS, ibadah puasa Arafah yang dikerjakan umat muslim di Indonesia, tetap mengikuti math'la daerah masing-masing.

"Wuquf ikut apa? Ikut tanggal 9. Tanggal 9 ikut apa? Ikut tanggal 1. Tanggal 1 ikut apa? Ikut hilal. Jadi puasa tu tanggal 9, bukan tanggal 8, bukan pulak tanggal 10. Ikut mathla' daerah masing-masing" jelasnya.

Pernah terjadi pada zaman Rasulullah

Ustad Abdul Somad juga menambahkan, pebedaan waktu perayaan Idul Adha ini bukan hanya terjadi pada zaman modern saat ini.

Perbedaan ini juga pernah terjadi pada zaman kerasulan Nabi Muhammad Saw.

"Kuraib dari Madinah ke Syam. Di Syam mereka melihat Hilal malam Jum'at. Ibnu Abbas di Madinah melihat Hilal malam Sabtu," tulis UAS.

"Syam dengan Madinah aja beda mathla', apalagi Makkah dengan Pekanbaru," sambungnya.

(Serambinews.com/Yeni Hardika)

BACA BERITA LAINNYA DI SINI

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved