Kupi Beungoh
Haji, Refleksi Ibadah yang Mentauhidkan Allah
Haji merupakan ibadah yang menampakkan media pembelajaran ketakwaan dan ‘madrasah’ ibadah yang paling urgen.
Nabi menekankan untuk beramal dengan ikhlas serta berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari sifat riya’ (memperlihatkan amal perbuatan kepada orang lain) dan sum’ah (memperdengarkan amal kepada orang lain).
Hadits riwayat Anas ra menyebutkan bahwa Nabi saw. berdoa,
“Ya Allah, Ku tunaikan haji ini, maka jadikanlah hajiku ini tanpa riya’ dan sum’ah”. (HR Ibnu Majah).
Inilah beberapa bukti betapa kentalnya refleksi ketauhidan dalam pelaksanaan ibadah haji, semoga kita semua dan jamaah haji tahun ini mendapat pelajaran berharga dan mendapat predikat haji yang mabrur.
Demikianlah kesadaran yang tertinggi bagi seseorang yang menjalankan ibadah haji bahwa ia sedang mengimplementasikan tauhid dalam kehidupannya.
Berawal dari motivasi untuk Allah, bersama Allah, karena Allah dan hanya untuk Allah semata.
Pertanyaan besar yang terus membayangi para jemaah haji yang baru pulang dari Baitullah adalah apakah nuansa tauhid dan kerja keras untuk Allah akan tetap terpelihara pascahaji?
Ataukah justru sebaliknya, greget ibadah tersebut hanya bersifat sementara dan berskala lokal (musiman) seperti juga semangat ibadah di bulan Ramadhan yang terhenti dengan berakhirnya bulan tersebut ??. Allahu a’lam...
*) PENULIS adalah Ketua Forum Ukhuwwah Qari dan Hafizh Aceh (FUQAHA).
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
BACA TULISAN KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.