Pupuk Subsidi

Penyerapan Pupuk Subsidi dan Nonsubsidi Rendah, Dampak dari Elnino dan Kemarau

Petani yang datang ke toko beli pupuk, tidak lagi per sak, atau per karung (50 Kg), melainkan sudah kiloan atau

Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
FOR SERAMBINEWS.COM
Petani memperlihatkan pupuk urea subsidi untuk digunakan pada tanaman padi. 

Laporan Herianto l Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM - Para pedagang pupuk di Aceh Besar menyatakan, memasuki musim tanam gadu pada bulan Juli 2023 ini, permintaan pupuk subsidi jenis urea dan NPK, maupun pupuk non subsidi, jenis yang sama, volumenya masih sangat rendah.

“Petani yang datang ke toko beli pupuk, tidak lagi per sak, atau per karung (50 Kg), melainkan sudah kiloan atau beli pupuk kemasan 1 Kg,” kata Ibnu, pedagang pupuk subsidi dan non subsidi di Pasar Lambaro, Aceh, Besar Kamis (6/7).

Baca juga: Jamaah Haji Aceh Kloter 2 Mendarat Pagi Tadi, Dua Orang Ditunda Kepulangan Karena Sakit

Ibnu mengatakan, pedagang pupuk subsidi maupun non subsidi yang ada di Pasar Lambaro, Aceh Besar ini, hanya melayani beberapa gampong saja dan jumlah kuota pupuk subsidinya, sangat terbatas sekitar 5 – 10 ton, untuk satu musim tanam.

Sejak bulan Juni hingga Juli 2023 ini, sudah masuk musim tanam gadu, dimana curah hujan yang turun dari langit ke bumi, volumenya menurun drastis, sehingga membuat luas lahan sawah irigasi yang akan ditanami padi, dan komoditi pangan lainnya, jadi terbatas, karena suplai air ke sawah irigasi teknis milik petani, kata Ibnu, dari bendungan irigasi, telah menurun drastis, dampak dari musim kemarau (Elnino).

Akibat dari musim kemarau itu, kata Ibnu, areal sawah irigasi yang akan ditanami padi sudah pasti luasnya menurun drastis, kondisi tersebut, membuat permintaan pupuk subsidi maupun non subsidi, ikut berkurang.

Padahal, pada musim kemarau ini, harga pupuk subsidi, ungkap Ibnu,  telah menurun. Misalnya pupuk ure non subsidi, pada musim tanam rendeng tiga bulan lalu harganya di atas Rp 400.000/sak (50 Kg), kini sudah turun menjadi Rp 380.000/sak. Begitu juga pupuk NPK, harganya telah menurun dari Rp 850.000/sak, menjadi Rp 650.000/sak, tapi pembelinya masih sepi. Sedangkan harga pupuk subsidi tetap. Urea Rp 2.250/Kg, NPK Rp 2.300/Kg dan NPK formula khusus  (pupuk tanaman kakao) Rp 3.300/Kg.

Ibnu mengungkapkan, di wilayah Lambaro dan Blang Bintang, lahan sawah irigasi yang telah diolah oleh petani setempat, masih sedikit, akibat dari suplai air irigasi ke areal persawahan di Lambaro dan Blang Bintang, sudah menurun drastis.

Petani yang lahan sawahnya jauh dari saluran pembagi air irigasi, kata Ibnu, mereka tidak ingin berspekulasi dengan iklim, risikonya cukup besar. Petani akan mengalami kerugian besar, jika tanaman padinya mengalami kekeringan dan puso.

“Volume curah hujan telah menurun drastis, makanya hingga kini, banyak petani yang belum mengolah sawahnya untuk ditanami, padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya,” ujar Ibnu.

Kabid Sarana dan Prasarana Distanbun Aceh, Ir Nurlaila MT yang dimintai konfirmasinya terkait penyerapan pupuk subsidi mengatakan, sampai 30 Juni 2023 kemarin, jumlah pupuk subsidi urea dan NPK yang sudah disalurkan kepada petani melalui E-RDKK, baru mencapai 89.627,50 ton, atau sebesar  40,50 persen dari kuota yang diberikan pusat sebanyak 221.321,53 ton.

Pupuk urea, baru tersalur 46.348,10 ton atau sebesar 39,20 persen dari kuota yang diberikan 118.224,13 ton dan pupuk NPK 43.279,40 ton, atau sebesar 44,40 persen dari alokasinya 97.476,66 ton, sedangkan untuk pupuk NPK Formula khusus dari alokasi 5.620,74 ton, sampai bulan Juni kemarin belum ada penyaluran, karena belum ada permintaan dari petani coklat.

Penyerapan pupuk subsidi sebanyak 89.627,50 ton tersebut, kata Nurlaila, penyerapan pada musim tanam rendeng/hujan Januari – April 2023. Sedangkan untuk penyerapan pupuk subsidi untuk musim tanam gadu/kemarau ini, menurut laporan para distributor dan penyalur di berbagai daerah masih sangat rendah, dengan alasan petani padi masih banyak yang belum mengolah lahan sawah teknisnya, dengan alasan suplai air dari bendungan irigasi, pada musim tanam gadu/kemarau ini, debit airnya menurun.

Petani padi, baru mau menebus kuota pupuk subsidinya melalui E-RDKK, kata Ir Nurlaila MT, setelah mereka mengolah sawahnya. Pada musim tanam gadu/kemarau ini, karena airnya sedikit, banyak petani yang belum mengolah sawahnya.

Kabid Produksi Distanbun Aceh, Safrizal yang dimintai penjelasannya mengatakan, pada musim tanam padi gadu (kemarau) ini, lahan sawah irigasi yang diolah petani, umumnya yang dekat dengan saluran pembagi. Sedangkan yang lokasi sawahnya jauh dari saluran pembagi, petaninya, tidak mengolah sawahnya untuk di tanami padi.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved