Jurnalisme Warga
Lima Kunci Kemakmuran Masjid Jogokariyan
Terletak di tengah perkampungan Jogokariyan Yogyakarta, Masjid Jogokariyan langsung mengadopsi nama kampungnya.
Kotak amal di Masjid Jogokariyan banyak, yaitu tergantung masing-masing program. Kotak parkir, kotak dunia Islam, kotak Jumat (untuk membiayai pengadaan nasi berkah setiap selesai shalat Jumat), dan lainnya. Setiap kotak itu ada tim bendaharanya yang dibentuk dari kalangan jamaah. Umumnya jamaah sibuk dengan tugas masing-masing di masjid ini. Sehingga, 24 jam orang tidak putus terus bergilir datang dan pulang untuk beribadah dan menyelesaikan tanggung jawab masing-masing. Jadi, di masjid ini tidak ada kasus kecurian kotak amal karena selalu ada orang di situ.
Masjid pemberdaya
Masjid Jogokariyan telah melewati tahapan-tahapan yang signifikan. Bila masjid-masjid kita dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, sesuai tahapan dan peringkatnya, maka dapat dilihat sebagai berikut.
Pertama, masjid donasi. Yaitu, masjid yang pengelolaan keuangannya tergantung donasi jamaah atau dengan mengajukan proposal kepada pihak-pihak lain, termasuk pemerintah.
Kedua, masjid mandiri. Yaitu, masjid yang pendanaannya dikelola dari sumber infak jamaah. Di level masjid mandiri ini jamaah diadvokasi agar membawa infak setiap datang ke masjid. Kebutuhan operasional masjid dihitung totalnya lalu dibagi per individu jamaah.
Ketiga, masjid pemberdaya. Pada level ini masjid tidak lagi memerlukan donasi, infak jamaah dan sumbangan melalui proposal untuk menjalankan roda kemasjidannya. Semua dana sudah dapat dicover sendiri oleh masjid.
Dana jamaah seberapa pun yang ada dapat langsung dihabiskan. Inilah rahasia masjid ini dapat mengumumkan saldo nol rupiah.
Hal ini dimungkinkan oleh karena dana jamaah infak sudah langsung teralokasi ke pos program melalui kotak amal khusus masing-masing program sebagaimana dijelaskan di atas.
Dana infak jamaah langsung terdistribusi. Sementara untuk biaya operasional, masjid tidak lagi mengandalkan dana infak, tetapi dana sendiri yang diakumulasi dari keuntungan bisnis yang dijalankan oleh masjid.
Bagaimana masjid Jogokariyan menjalankan bisnis? Adalah dengan cara wakaf produktif. Masjid merancang bisnis yang permodalannya dihimpun melalui wakaf. Manajemennya tentu khusus sesuai ketentuan wakaf. Namun, wakaf itu digunakan secara produktif melalui investasi usaha atau bisnis yang menguntungkan.
Keuntungan sahamnya digunakan untuk membiayai operasional masjid. Sementara dana wakaf itu abadi. Dana waqaf tersebut dipekerjakan untuk men-create keuntungan.
Agar masjid-masjid kita di Aceh segera bertransformasi dari masjid donasi atau masjid mandiri ke masjid pemberdaya, tampaknya banyak hal yang perlu kita pelajari dari Masjid Jogokariyan ini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.