Dayah di Labuhan Haji Makmur dari Bisnis Air Mineral

HASAN BASRI M. NUR, Dosen UIN Ar-Raniry dan Anggota Tim Efektif Perubahan pada Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah Aceh, melaporkan dari Labuhan Haji, Aceh Selatan

Koperasi Serbausaha (KSU) Sawah Liek milik Dayah Darul Ilham Labuhan Haji, Kabupaten Aceh Selatan, memiliki unit bisnis yang sangat produktif. Koperasi di dayah ini rutin memproduksi air mineral dalam bentuk cup (gelas).

Air kemasan produksi koperasi ini sangat diminati pasar. Pendapatan dari bisnis air mineral ini digunakan untuk membiayai semua kegiatan proses belajar-mengajar (PBM) pada dayah tersebut.
Air bersih untuk bisnis mineral ini diambil dari mata air yang memancar dari celah batu besar yang terdapat di gugusan pegunungan Leuser, tepat di belakang kompleks dayah.

“Terdapat sebuah batu besar dalam kompleks di belakang dayah ini. Batu tersebut memancarkan air jernih yang tiada henti,” ujar Teungku Ar-Razi, Pimpinan Dayah Darul Ilham Labuhan Haji dalam pertemuan dengan tim dari Dinas Koperasi dan UKM Aceh, beberapa waktu lalu.

“Air bening yang terus memancar dari celah batu di pegunungan inilah yang menjadi sumber air mineral ini. Air ini sangat jernih dan sejuk,” lanjut Teungku Ar-Razi.

Ditambahkannya, sebagian air itu dialirkan untuk kebutuhan masyarakat setempat. Sebagian lagi dialirkan untuk kebutuhan pemandian serta tempat-tempat wudu santri dan santriwati di lingkungan dayah.

Setiap hari koperasi ini mampu memproduksi 1.600 dus (kotak) air mineral ukuran cup. Produknya dipasarkan oleh sales ke toko-toko di seputaran Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya, mulai dari Kota Fajar hingga Manggeng.

“Hasil dari usaha ini kami gunakan untuk membiayai operasional dayah, termasuk membayar tagihan listrik setiap bulan. Santri/wati di sini tak dikutip iuran apa pun. Mereka umumnya dari keluarga kurang mampu,” ungkap Teungku Ar-Razi.

Dayah Darul Ilham yang terletak di Dusun Sawah Liek Gampong Padang Bakau, Kecamatan Labuhan Haji, ini memiliki 200-an santri dan santriwati. Dayah ini berhaluan tradisional (salafi), tidak memiliki sekolah atau madrasah umum. Santri terbanyak yang belajar di dayah ini berasal dari Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil.

Beberapa tahun lalu dayah ini terakreditasi B dari Dinas Pendidikan Dayah Aceh. Namun, dalam proses akreditasi terbaru, dayah ini ditetapkan akreditasi C. Pimpinan dayah sendiri mengaku tak paham pola penilaian dari Dinas Pendidikan Dayah Aceh sehingga dayah ini turun peringkat akreditasinya.

Melalui proses islami

Air mineral kemasan gelas (cup) produksi Koperasi Sawah Liek milik Dayah Darul Ilham ini diberi nama “Asyfiat”. Dari nama ini mengandung harapan agar menjadi obat bagi orang yang meminumnya.
Air mineral ini diproses secara islami, baik dari sisi kebersihan, kesucian, kehalalan hingga adab (etika) pekerja dalam memulai prosesnya.

“Petugas yang bekerja dalam produksi air mineral harus mengambil wudu sebelum mulai bekerja, membaca Surah Al-Fatihah tiga kali dan berzikir. Tujuannya untuk mendapatkan keberkahan dan kesehatan bagi orang yang meminumnya,” ujar Teungku Ar-Razi.

Air mineral ini telah memiliki sertifikat halal dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Jadi, konsumen tak perlu ragu untuk mengonsumsinya.

“Sebelum memulai usaha ini, kami membawa sampel untuk uji coba pada sebuah laboratorium di Bogor, Jawa Barat. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik dan layak dikonsumsi manusia,” cerita Ar-Razi.
Mesin produksi air mineral dibeli dari uang kerja mengecor bangunan milik masyarakat yang dilakukan santri dan guru dayah beberapa waktu lalu. Pihak dayah dan santri sepakat untuk mengumpulkan uang dari hasil kerja santri bersama teungku dayah untuk membeli mesin produksi air mineral dan berada di bawah wadah koperasi.