2 Bocah di Lampung Minta Ayahnya Ditangkap karena Bunuh Ibu, Polisi Wujudkan Permintaan Sang Bocah

Usai menganiaya mantan istri, RP kemudian kabur meninggalkan dua anaknya yang kini diasuh sang nenek, Sulastri.

Editor: Faisal Zamzami
Tribunnews.com/Istimewa
(Kiri) Tersangka ayah pembunuh ibu 2 bocah di Lampung Tengah yang buron sejak 2015 dicokok polisi di Kalimantan Barat. (Kanan) T dan S, kakak beradik di Lampung Tengah yang meminta bantuan Presiden Jokowi dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk menangkap sang ayah yang membunuh ibu mereka. 

Santap sahur sebelum bunuh istri

Sulastri, nenek T dan S menceritakan kronologi pembunuhan pada tahun 2015.

Ia bercerita di hari kejadian, pelaku yang sudah bercerai dengan istrinya datang menginap untuk makan sahur bersama.

Ternyata pelaku kembali mematik pertengkaran keluarga di depan kedua anaknya.

RP kemudian menganiaya IS dan secara spontan mengambil senjata tajam di dapur dan menyerang korban.

Kedua bocah itu pun melihat sang ibu bersimbah darah akibat perbuatan ayahnya.

Sulastri yang saat itu tengah bekerja, terkejut ketika mendengar kabar IS menjadi korban penganiayaan RP.

 
"Saya baru mau mulai bekerja, tahu-tahu saya dipanggil suruh pulang. Setibanya di rumah pukul 21.00 WIB, IS sudah terkapar bersimbah darah di hadapan kedua anaknya," ujar Sulastri.

Korban sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit selama tujuh hari.

"Saya masih sempat merawatnya (IS) saat dirawat di rumah sakit selama 7 hari, sebelum akhirnya meninggal," tambahnya.

Baca juga: Motif Suami Bunuh Istri di Malam Takbiran, Pelaku Bertemu Mertua dalam Kondisi Tubuh Penuh Darah

Menurut Sulastri, saat masih dalam perawatan IS sempat siuman dan Sulastri pun mencoba menanyakan apa yang terjadi padanya.

Namun IS enggan menceritakan peristiwa itu hingga menghembuskan napas terakhir.

"Sang ibu sebelum meninggal hanya berwasiat, jangan sampai T dan S dibawa ayahnya," ungkapnya.

Karena alasan tersebut, sampai kini jika ada yang ingin meminta izin untuk membawa dan merawat dua cucunya, Sulastri tidak mengizinkan.

Sejak peristiwa itu, T yang kini duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar harus membantu Sulastri bekerja sebagai buruh serabutan tebas tebu panggilan.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved