Salam
Ini Bukti Aceh Masih Dermawan
PEMERINTAH Aceh menyerahkan donasi masyarakat Aceh untuk membantu korban gempa Turkiye yang terjadi pada Februari 2023 lalu.
PEMERINTAH Aceh menyerahkan donasi masyarakat Aceh untuk membantu korban gempa Turkiye yang terjadi pada Februari 2023 lalu. Donasi senilai Rp 11 miliar ini diserahkan oleh Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki, yang diwakili Kepala Badan Pe-nanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Dr Ir Ilyas MP, kepada Duta Besar (Dubes) Republik Turkiye untuk Indonesia, Prof Dr Talip Küçükcan, di Kedubes Turkiye, kawasan Kuningan Timur Setiabu-di, Jakarta Selatan, Kamis (24/8/2023).
“Ini merupakan penyerahan akhir donasi yang terhimpun. To-talnya 11 miliar rupiah yang bersumber dari berbagai kalangan masyarakat di seluruh kabupaten/kota di Aceh,” kata Ilyas. Do-nasi itu, sambungnya, merupakan bantuan dari pemerintah dan seluruh masyarakat Aceh yang digalang Pemerintah Aceh melalui BPBA bersama Serambi Indonesia, Bank Aceh, dan Forum PRB Aceh, sejak pertengahan Februari 2023 lalu, atau beberapa hari setelah bencana gempa Turkiye.
Awalnya Pemerintah Aceh menargetkan total sumbangan rakyat Aceh ini bisa mencapai angka Rp 15-20 miliar. Angka ini sangat ke-cil jika dibandingkan dengan bantuan Turkiye kepada rakyat Aceh saat gempa dan tsunami pada akhir tahun 2004 silam. Saat itu, Tur-kiye membantu Aceh sekitar 75 juta dolar AS atau Rp 1,125 triliun.
Meski tidak mencapai target, tapi rakyat Aceh telah menunjuk-kan pengorbanan dan semangat besar untuk membantu saudara di Turkiye. Dokumen berita di Serambinews.com merekam jelas, bagaimana orang Aceh berbondong-bondong mengumpulkan har-tanya untuk disumbangkan melalui dompet “Donasi Aceh Untuk Turki” yang diumumkan setiap hari di Harian Serambi Indonesia.
Dari anak-anak yang membongkar celengan, hingga ada warga Pidie Jaya yang rela melelang sepeda onthel Gazelle berusia 131 tahun lalu miliknya. Begitulah di antara bukti kedermawanan rak-yat Aceh dalam membantu korban gempa Turkiye.
Kedermawanan dan semangat untuk membantu sesama me-mang telah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Aceh, dari era Kesultanan hingga sekarang. Coba saja telusuri di in-ternet, betapa banyak sumbangan dan pengorbanan rakyat Aceh kepada Republik Indonesia, di masa awal kemerdekaan.
Pesawat C-47 Dakota yang menjadi cikal bakal Garuda Indonesia, serta emas di puncak Monumen Nasional (Monas) adalah secuil bukti kedermawanan dan pengorbanan Aceh untuk Republik ini. Tidak hanya para saudagar kaya, rakyat kecil di Aceh pun banyak berkontribusi me-nyumbang emas yang disimpannya secara sukarela.
Kedermawanan rakyat Aceh ini bahkan menjadi contoh teladan bagi Dompet Duafa dalam mengetuk hati para penderma untuk peduli kepada sesama. Dalam salah satu artikel di tabungwakaf. com, pengelola Dompet Duafa menulis bahwa jejak kedermawan-an rakyat Aceh ini terekam sejak era Kesultanan Aceh.
Pada abad ke-17 Masehi (1672), ratu Kesultanan Aceh Darus-salam, Sri Ratu Zakiatuddin Inayatsyah memberikan tanda mata berupa tiga kinthar emas murni, tiga rathal kamper (kapur ba-rus), kayu cendana, binatang pencari kopi terbaik yaitu musang atau luwak (musang) dan juga beberapa hadiah lain sebagai ben-tuk dukungannya kepada penguasa Mekkah Syarif Barakat yang tengah berbenah diri membangun kota Mekkah terutama masjid-masjid yang memiliki nilai sejarah Islam.
Bukan hanya itu, ada banyak tanah wakaf orang-orang Aceh di Mekkah. Semua harta wakaf dari masyarakat Aceh masih terca-tat rapi di Mahkamah Syariah Arab Saudi, diantaranya rumah Wa-kaf di kawasan Hayyi al-Hijrah Mekkah, wakaf Aceh di jalan Suq Al Arab di Mina dan masih banyak lagi.
Donasi Rp 11 miliar untuk Turkiye, menjadi bukti terbaru bah-wa semangat kedermawanan masih terawat di Aceh. Semangat ini harus senantiasa kita jaga. Karena sifat dermawan merupa-kan sifat terpuji yang memiliki kekuatan untuk mendekatkan diri kepada Allah, memperkuat hubungan dengan sesama manusia, serta menjauhkan kita dari azab neraka.(*)
POJOK
Aceh serah donasi Rp 11 miliar ke Turki
Alhamdulillah, semoga tidak terlambat sangat
Mahasiswa desak Pemerintah Aceh cabut izin PT BMU
Semoga ada solusi terbaik untuk semuanya
Tiga tahun ART disiksa majikan di Malaysia
Mungkin ini yang orang bilang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Entahlah
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.