Mihrab

Serambi Mihrab - Kaya Berkah dan Kaya Dimurkai Allah

Kaya Allah adalah kaya yang hakiki, adapun kaya manusia, dalam tanda petik, artinya kaya diperkaya oleh Allah dan diperkaya oleh manusia lainnya.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
Tangkap Layar Youtube SERAMBINEWS
Ketua Umum DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Tgk Mustafa Husen Woyla, S.Pd.I 

Memudahkan urusan dunianya dan setan berkata (menggoda dengan kalimat): Allah maha pengampun dan maha penyayang.”

Tgk Mustafa mencotohkan pada kisah sahabat Nabi Muhammad SAW yang kaya raya dan tepat mengunakan harta pada jalan kebaikan.

Mereka adalah Saidina Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Au,  Az-Zubair bin ‘Awwam,  Thalhah bin Ubaidillah dan Sa’ad bin Abi Waqqash.

“Salah satu ciri orang kaya yang sesuai syariat Islam, yaitu menginfakkan hartanya di jalan Allah SWT dan tidak mengumbar kebaikannya serta tidak pula menyakiti para penerimanya,” sebutnya.

Wakil Pimpinan Dayah Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kalee Aceh Besar ini mengatakan, orang mukmin yang memiliki kekuatan ekonomi itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah SWT.

Dengan harta yang dimilikinya, dia bisa berderma sebanyak-banyaknya. Bisa membantu dana masjid, pendidikan Islam, dakwah, atau tetangga yang membutuhkan.

Banyak sahabat Rasulullah SAW yang kaya harta, lalu kekayaan itu digunakan untuk membantu umat. Misal, Sayidina Utsman bin Affan yang menyumbangkan 300 unta dan 1000 dinar untuk kebutuhan perang Tabuk.

Beliau juga membeli satu-satunya sumur yang ada di Madinah, lalu sumur itu diwakafkan untuk umat Islam.

“Kekuatan ekonomi bisa membantu hati agar menjauhi perkara haram dan kekufuran. Sering terjadi kemiskinan membuat seseorang kehilangan iman. Kita menyadari bahwa dalam hidup ini tak semua yang kita harapkan bisa tercapai,” ujarnya

Tgk Mustafa mengatakan, ada kalanya seseorang ditimpa musibah, dirundung masalah, dan kesedihanm bahkan bisnis tidak jalan, anak istri memiliki banyak kebutuhan, ditambah terjerat dalam kasus penipuan.

“Di sinilah kekuatan hati itu dibutuhkan. Apapun yang menimpa pada orang yang beriman, mesti kuat. Sehingga tetap semangat dan istiqamah dalam barisan orang-orang yang taat,” pungkasnya. (ar)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved