Berita Banda Aceh

Nelayan Keluhkan Pendangkalan Kuala Krueng Aceh, Total Sudah Tiga Kapal Karam

Pada saat musim barat, sedimen terbawa masuk ke dalam kuala yang menyebabkan pendangkalan hingga mencapai separuh dari lebar sungai.

Penulis: Indra Wijaya | Editor: Taufik Hidayat
Foto Kiriman Warga
Kondisi Kuala Krueng Aceh yang mengalami pendangkalan. 

Laporan Indra Wijaya | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Panglima Laot Lhok Krueng Aceh, Sofyan Anzib mengeluhkan terkait kuala sungai Krueng Aceh kian mengalami pendangkalan. Akibat pendangkalan tersebut, total sudah tiga kapal tenggelam atau karam di kuala tersebut.

Ia mengatakan, dampak dari pendangkalan kuala krueng aceh sedikitnya telah sebabkan tiga kapal tenggelam. Dari tiga kapal tersebut dua diantaranya kapal nelayan dan satu kapal kayu niaga antar pulau.

Dikatakan Sofyan, kelompok nelayan disana juga pernah melakukan upaya pengerukan sedimen pasir laut secara swadaya. Namun hal ini tidak dilanjutkan karena ada peringatan pihak penegak hukum terkait izin pelaksanaan pengerukan.

"Kondisi ini menjadi dilematis dan membuat kelompok nelayan kecewa, toh mereka harus tetap melaut dengan merencanakan risiko yang dihadapi," kata Sofyan, Jumat (8/9/2023).

Saat ini sendiri lanjut, para nelayan sudah sangat khawatir dalam mengakses Kuala Krueng Aceh tersebut. Pasalnya, kuala itu merupakan satu-satunya akses nelayan disana untuk pergi melaut.

"Dari catatan kami sedikitnya ada tiga kapal yang tenggelam di bibir kuala Krueng Aceh," sebutnya.

Hal tersebut juga menjadi momok menakutkan bagi para nelayan.Ia berharap, perlu ada tindakan dari pihak yang berwenang dalam upaya yang masif menanggapi situasi ini. Untuk itu kelompok nelayan telah melayangkan surat kepada Balai Wilayah Sungai Sumatera-Wilayah I.

Kondisi pada umumnya setiap kuala sungai kurang lebih relatif sama, tentu ada pendangkalan dari sedimentasi. Namun jika dikaji lebih jauh kondisi terbentuknya sedimentasi di bibir Kuala Krueng Aceh juga dipengaruhi dari proyek pembangunan jetty Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Lampulo.

Pasalnya, dampak dari pembangunan break water (tembok laut) PPI yang memanjang tersebut mengakibatkan menumpuknya sedimen pasir laut di sisi breakwater pada saat musim timur. Dan pada saat musim barat, sedimen tersebut dibawa masuk sedikit ke dalam kuala sehingga menyebabkan pendangkalan parah hingga mencapai separuh dari lebar sungai.

Sebagaimana diketahui Kawasan krueng aceh merupakan kewenangan Balai Wilayah Sungai Sumatera – I. Di antara tugasnya antara lain pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai dari perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan dalam rangka konservasi dan pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada sungai hingga pantai.

"Selain kegiatan nelayan, di sepanjang bantaran kuala sungai wilayah krueng aceh terdapat juga kepentingan instansi terkait lainnya seperti Pol Air Polda Aceh, PSDKP, Pos TNI AL Lampulo dan juga Makodam Iskandar Muda," pungkasnya.

Sementara itu, Koordinator Jaringan Koalisi untuk Advokasi Laut Aceh (Jaringan KuALA), Gemal Bakri menanggapi hal ini perlu mendapatkan penanganan yang komprehensif. Pengelolaan wilayah pesisir dapat dilakukan penyesuaian dalam rencana tata ruang yang ada.

Beberapa kegiatan telah diupayakan seperti pembersihan sampah dan pengerukan sedimentasi, namun hal ini dianggap sebagai solusi jangka pendek. "Nelayan mengharapkan ada solusi yang masih dalam mengatasi persoalan ini sehingga tidak lagi menjadi ancaman setiap tahunnya," tutupnya.(*)

Baca juga: Pasokan BBM untuk Nelayan Abdya tak Mencukupi, Kebutuhan Diperkirakan Capai 115 Ton Per Bulan

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved