Prof Sugianto Dikukuhkan Jadi Guru Besar FP USK, Begini Sosok dan Kisah Perjalanan Kariernya

Prof Sugianto bakal dikukuhkan sebagai Guru Besar FP USK pada Rabu (20/9/2023). Begini sosok dan kisah perjalanan kariernya.

Penulis: Sara Masroni | Editor: Amirullah
FOR SERAMBINEWS.COM
Prof Sugianto bakal dikukuhkan sebagai Guru Besar FP USK pada Rabu (20/9/2023). Begini sosok dan kisah perjalanan kariernya. 

SERAMBINEWS.COM - Prof Sugianto bakal dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (FP USK) pada Rabu (20/9/2023). Begini sosok dan kisah perjalanan kariernya.

Diketahui Prof Ir Sugianto MSc PhD akan dikukuhkan sebagai Guru Besar FP USK bidang Ilmu Tanah dengan konsentrasi Kajian Pemanfaatan Teknologi Geospasial.

Dia akan dikukuhkan sebagai profesor bersama empat Guru Besar USK lainnya oleh Rektor USK Prof Dr Ir Marwan, dipimpin oleh Ketua Senat Akademik USK Prof Dr Ir Abu Bakar Karim MS di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam, Banda Aceh.

Sampai di titik ini, perjalanannya tidaklah mudah. Ada sekelumit kisah di balik perjuangan Sugianto meraih gelar guru besar.

Prof Sugianto lahir di Tambunan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Memiliki tujuh saudara kandung, kedua orang tuanya berasal dari Yogyakarta dan Jawa Timur.

Baca juga: Kisah Erfiati, Ibu Tiga Anak Selesaikan Kuliah S3 di UIN A-Raniry & Lulus dengan Predikat Cum Laude

Baca juga: Inovatif! USK Latih Anak-anak RSAN Buat Balsem Cair dari Minyak Nilam

Saat kecil, orang tua Sugianto memutuskan untuk pindah ke Alue Ie Mirah, Julok, Aceh Timur karena dorongan untuk mengembangkan ekonomi keluarga.

Keluarga tersebut kemudian membeli beberapa petak lahan perkebunan berdampingan dengan lahan perkebunan milik negara di daerah tersebut.

 

 

Terinspirasi oleh usaha keluarganya yang berada di lingkungan PT Perkebunan Nusantara I (Persero), Sugianto kecil bercita-cita menjadi seorang Kepala Administrasi Kebun.

Hal ini mendorongnya untuk semakin gigih dalam mengejar cita-citanya melalui pendidikan, meskipun situasi ekonomi daerah itu cukup sulit pada masa itu.

"Bahkan, banyak teman sebaya yang terpaksa putus sekolah untuk membantu ekonomi keluarganya kala itu," ungkap Prof Sugianto.

Baca juga: UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Sejarah, Jumlah Profesor, Jurusan hingga SPP Biaya Kuliah Lengkap

Setelah menyelesaikan SMP di Julok Rayeuk, Sugianto Ikut kakaknya, Supiani, yang menetap di Kota Limapuluh, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara.

Dia melanjutkan pendidikannya ke SMA Negeri I Perdagangan (sekarang menjadi SMA 1 Bandar).

Menamatkan SMA dengan prestasi cemerlang, saat beranjak ke bangku kuliah, Sugianto lulus tanpa tes melalui jalur penerimaan Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) ke Fakultas Pertanian USK.

Meski demikian perjalanan tidaklah mudah, Sugianto mesti menjalani kuliah tanpa pembiayaan penuh dari keluarganya karena kondisi ekonomi saat itu sedang sulit.

Tak mau menyerah, dia pun bekerja paruh waktu sambil kuliah. Bahkan dia selalu menghabiskan masa liburan kuliahnya untuk bekerja di perkebunan keluarganya.

Ia bekerja di perkebunan milik abangnya, Samin, agar dapat mengumpulkan uang untuk menutupi biaya hidupnya di Banda Aceh.

Sugianto dalam menempuh pendidikan juga mendapat bantuan dari teman-teman dekatnya, seperti sahabat karibnya Almarhum Akhyar Nurdin.

Saat itu almarhum Akhyar mengajak Sugianto untuk tinggal di rumahnya.

Meski di rumah teman, Sugianto tidak mau tinggal diam. Ia juga turut membantu usaha orang tuanya.

Berkat bantuan dari banyak pihak, Sugianto dapat terus melanjutkan studinya di USK sampai selesai.

Baca juga: Profil Ova Emilia Rektor UGM 2022-2027, Profesor Pertama Bidang Pendidikan Kedokteran di Indonesia

Baca juga: Kampus Pertama di Aceh, Rektor Launching Program Wakaf Ar-Raniry! Manfaatnya Bisa Bantu Biaya Kuliah

Titik Terang pun Tiba

Situasi sulit yang dihadapi Sugianto sedikit demi sedikit berangsur mereda di akhir-akhir masa perkuliahannya.

Pada dua semester terakhir, dia mendapat beasiswa Tunjangan Ikatan Dinas (TID) dengan perjanjian setelah tamat akan menjadi dosen di USK.

Sekalipun hal ini bertolak-belakang dengan cita-cita masa kecilnya untuk menjadi manajer perkebunan, tetapi kecintaannya pada dunia akademik mulai tumbuh.

"Saya semakin yakin dan memantapkan dirinya menjadi seorang akademisi," ucap Prof Sugianto.

Di beberapa semester terakhir, ia juga mendapat pekerjaan paruh waktu di kampus USK.

Salah satunya menjadi Asisten Laboratorium Biokimia di Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam USK pada periode 1986-1990.

Selain itu, ia juga turut serta dalam beberapa proyek dosen dan penelitian dosen seperti proyek pembinaan transmigrasi di Patek, Aceh Jaya.

Memori itu terekam baik di ingatannya, saat itu Profesor Abdi A Wahab yang merekomendasikannya.

Sugianto akhirnya mendapat gelar sarjana pada Fakultas Pertanian USK tahun 1991.

Setelah itu, ia berjuang untuk diterima sebagai dosen di almamaternya. Usai melalui proses panjang dan tidak mudah, akhirnya ia pun diterima sebagai dosen.

Ia baru saja memulai perjalanan karier akademisinya. Karena setelah itu ia ingin meraih pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Sebagai persiapan, ia mengikuti program intensif Bahasa Inggris di Lembaga Bahasa USK.

Prof Sugianto akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa Overseas Economic Cooperation Fund (OECF) tahun 1994 untuk mengikuti bridging course di University of Western Australia (UWA) dan Post Graduate Diploma.

Berikutnya mendapatkan pendidikan Master of Science di Curtin University, Western Australia, tahun 1995-1997 dan mengabdi kembali sebagai dosen USK.

Pada 2001, Sugianto berhasil memperoleh beasiswa AUSAID (sekarang dikenal dengan Australian Awards) untuk melanjutkan program Doktor di University of New South Wales dan lulus pada tahun 2005.

Sugianto menikahi Zuraida SE MBA PhD, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, USK yang dikenalnya semasa mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Nisam, Aceh Utara.

Sebagai istri yang juga seorang akademisi, Zuraida banyak memberi inspirasi, dorongan, dukungan dan pengorbanan dalam perjalanan karier Sugianto, begitu juga sebaliknya.

Membangun Keluarga

Dari pernikahan mereka dikarunia dua orang putra putri berprestasi yaitu Veneza Aulia Sugianto, lulusan Cum Laude dari Fakultas Teknik USK dan Post-Graduate Diploma dari University of Sydney, Australia.

Kemudian Septian Razi Sugianto, lulusan first degree honors dari Australian National University, Canberra, Australia dan sekarang sebagai mahasiswa master program di University of Eastern Finland.

Sementara Prof Sugianto dalam kariernya pernah dipercayakan sebagai Sekretaris Pascasarjana USK 2007-2010.

Kemudian Asisten Direktur Bidang Kerjasama 2010-2014, Wakil Direktur Bidang Akademik Juli-Desember 2014 dan Wakil Direktur Bidang Kerjasama dan Pengembangan 2014-2017.

Berkat usaha yang dirintis bersama tim selama menjabat beberapa periode tersebut di Pascasarjana USK, Sugianto telah ikut berkontribusi dalam berbagai hal.

Mulai dari menginisiasi, merintis, dan melaksanakan sejumlah proyek kerjasama baik pada level regional, nasional maupun international di USK.

Prof Sugianto juga dipercayakan menjadi sekretaris pertama (dan terakhir) Dewan Pengawas Badan Layanan Umum USK, 2019-2023.

Dan saat ini, selain melaksanakan tugas-tugas akademik seperti mengajar, membimbing dan meneliti, Prof Sugianto juga menjabat Ketua Jurusan IImu Tanah, Fakultas Pertanian USK.

Dalam 10 tahun terakhir, Profesor Sugianto juga mengemban tugas tambahan akademik lain sebagai Chief Editor Aceh International Journal of Science and Technology (AJST).

AJST adalah jurnal bereputasi nasional yang telah terakreditasi Sinta 2 (https://jurnal.usk.ac.id/AIJST).

Selain perannya di USK, Profesor Sugianto pernah menjadi konsultan nasional untuk Food and Agriculture Organization (FAO) pada periode 2006-2008 dalam upaya rekonstruksi di Aceh pasca tsunami 2004.

Selanjutnya, Sugianto aktif dalam memberi kontribusi teknis kepada Pemda Aceh seperti Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh, Bappeda Gayo Lues, Aceh Tengah, Nagan Raya dan Aceh Jaya.

Kontribusi tersebut antara lain terkait dengan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) daerah, masterplan pengembangan kawasan, serta aktivitas lainnya.

Di luar kegiatan akademik dan profesional tersebut, Prof Sugianto terus berusaha menjaga silaturahmi dengan teman-teman seangkatan baik di bangku kuliah maupun SMA serta terlibat aktif dalam kepanitiaan dan kepengurusan organisasi alumni.

Sebagai lulusan dari tiga universitas terkemuka di Australia, Profesor Sugianto juga tergabung dalam perkumpulan alumni Australia atau Aceh Australian Alumni.

Prof Sugianto senang menghabiskan waktu senggangnya di kebun belakang rumahnya, berolahraga dan bermain bersama kucing-kucing kesayangannya atau sekedar bernyanyi di aplikasi lagu sambil bersantai di rumah.

Profesor Sugianto adalah sosok yang tenang, cenderung bekerja sesuai ritme pribadinya tanpa berusaha memaksakan diri, sejalan dengan motto hidupnya “Contribute within your limits” atau “Berbuatlah sesuai dengan kemampuanmu.”

Selain kualifikasi dan kualitas pribadinya, Prof Sugianto mengungkapkan, doa, dukungan, dan bantuan dari semua pihak telah mengantarkannya mencapai gelar profesor ini.

Mereka terutama keluarga besarnya, teman-teman sejawat, para senior bahkan dari kolaborasi dengan mahasiswa hingga alumni yang pernah dibimbingnya

“Ini merupakan bagian integral dalam perjalanan karir saya yang memungkinkannya mencapai professorship seperti saat ini,” ungkap Prof Sugianto.

Dari perjalanan sukses Prof Sugianto, terselip sebuah pesan untuk generasi sekarang, yaitu pentingnya berkontribusi seberapa pun kecilnya.

"Karena kontribusi tersebut bisa memiliki dampak besar dalam mengubah kehidupan seseorang di masa depan," pungkasnya.

(Serambinews.com/Sara Masroni)

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved