Hamas Serang Tel Aviv dengan Rentetan Roket, Balasan atas Serangan Israel di Kamp Pengungsi Gaza

Koresponden AFP melihat puluhan serangan udara selama 30 menit pada Kamis pagi ke arah kamp Al Shati dan di utara Jalur Gaza.

Editor: Faisal Zamzami
AHMAD GHARABLI / AFP
Orang-orang mencoba memadamkan api di mobil menyusul serangan roket dari Jalur Gaza di Ashkelon, Israel selatan, pada 7 Oktober 2023. Kelompok militan Palestina Hamas telah melancarkan "perang" melawan Israel, kata Menteri Pertahanan Yoav Gallant, setelah rentetan roket ditembakkan dari Jalur Gaza ke wilayah Israel pada 7 Oktober. 

Dia mengklaim, anggota kelompok teroris Hamas saat ini masih berusaha menyusup ke Israel melalui laut.

Dalam serangan tersebut, Hamas membunuh 1.200 penduduk Israel yang kebanyakan merupakan warga sipil. Termasuk ke dalam sasaran teror adalah pemukiman penduduk dan sebuah festival musik elektronik.

Hamas dilaporkan masih menyandera sekitar 150 warga sipil Israel yang saat ini dikabarkan ditawan di Jalur Gaza.

Inisiatif negosiasi dari Turki

Nasib sandera yang ditahan Hamas kini sedang dinegosiasikan oleh sejumlah pihak, terutama Turki dan Palang Merah Internasional.

 Inisiatif tersebut diperintahkan Presiden Recep Tayyip Erdogan, kata seorang sumber di pemerintahan seperti dilansir kantor berita AFP.

"Mereka sedang menegosiasikan pembebasan sandera," kata dia.

Upaya serupa dilancarkan Komite Internasional Parang Merah (ICRC) yang berusaha memediasi antara Hamas dan Israel.

"Sebagai penengah yang netral, kami siap melakukan kunjungan humaniter, memfasilitasi komunikasi antara sandera dan anggota keluarga dan mengakomodasi setiap pembebasan nantinya," kata Fabritio Carboni, Direktur Timur Tengah di ICRC dalam sebuah pernyataan pers.

ICRC mendesak "kedua pihak untuk mengurangi penderitaan warga sipil."

Menurut Carboni, perang antara Hamas dan Israel telah mengorbankan warga sipil. "Derita kemanusiaan yang muncul dari eskalasi ini sangat mengerikan," kata dia.

Sikap nonkompromi

Kegentingan bertambah ketika Israel menghentikan pasokan energi dan air minum ke Jalur Gaza. Pada Rabu (11/10), otoritas lokal mengaku hanya punya cadangan bahan bakar untuk beberapa jam.

Menurut ICRC, terputusnya aliran listrik akan berakibat fatal. Hal ini "berisiko bagi bayi di dalam inkubator atau pasien manula yang bergantung pada tabung oksigen. Prosedur cuci darah terhenti dan foto X-Ray tidak bisa dibuat," tulis Carboni.

"Tanpa listrik, rumah sakit akan berubah menjadi kamar mayat," pungkasnya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved