Jurnalisme Warga

Naik Kereta Api, Tren Baru Wisata Masyarakat Aceh

Bertambahnya sarana pariwisata Aceh memberikan keuntungan dan peluang peningkatan perekomian masyarakat melalui hadirnya usaha UMKM baru pada jalur pe

Editor: mufti
IST
MUHAMMAD, M.Pd., Wakil Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki) dan Anggota FAMe Chapter Bireuen, melaporkan dari Krueng Geukueh, Kota Lhokseumawe 

Sebagaimana diungkapkan Mustafa atau Waled yang lebih dikenal oleh masyarakat sekitar Stasiun Kutablang, “Sejak trem Krueng Mane-Kutablang diresmikan, alhamdulillah usaha saya sangat maju, rata-rata masyarakat yang mendatangi stasiun singgah di sini untuk membeli jajanan dan minuman. Bersih rata-rata saat ini per hari laku 300.000-500.000 rupiah. Kalau pada hari libur bias mencapai 1.000.000-1.500.000 rupiah per harinya.”

Bagi sebagian masyarakat Aceh kelahiran tahun ‘70-an sebetulnya tidak asing dengan ativitas kereta api di Aceh. Sejarah mencatat bahwa KAA terus beroperasi hingga masa-masa keemasan PJKA pada tahun 1974-1976. Sedangkan yang kelahiran di atas ‘80-an belum pernah menikmati masa keemasan pengoperasian kereta api di Aceh sehingga kehadirannya sangat ditunggu-tunggu dan menjadi obat rindu dengan hadirnya kembali KA Cut Meutia saat ini. Maka, tidak mengherankan jika kehadiran KA Cut Meutia disambut antusias oleh masyarakat Aceh dengan membawa sanak keluarganya untuk merasakan sensasi naik gerbong besi tersebut.

Meskipun pengoperasian KA Cut Meutia masih berlum sepenuhnya memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat Aceh, tetapi bagi masyarakat Kutablang (Bireuen) dan Krueng Geukueh (Aceh Utara) sudah mulai merasakan manfaatnya.

Di lapangan, dari satu stasiun ke stasiun lainnya, sudah mulai terlihat aktivitas siswa yang menaiki kereta api pulang sekolah. Bahkan, di kalangan perempuan yang melaksanakan aktivitas hariannya seperti berbelanja ke Pasar Krueng Geukueh sudah mulai menggunakan jasa transportasi KA Cut Meutia yang masih murah meriah.

Fakta ini tentu saja memberikan isyarat kepada pemerintah pusat bersama Pemerintah Aceh untuk lebih serius menangani penambahan trem KAA yang menghubungkan seluruh Aceh untuk kepentingan memajukan konektivitas antarwilayah berbasis kereta api dan memajukan perekonomian bahkan pariwisata Aceh.

Bagaimanapun, masyarakat Aceh sampai saat ini masih menjadikan kereta api sebagai salah satu moda transportasi massal yang berguna dan menekan mahalnya ongkos transportasi massal saat ini. Kesempatan ini tentu saja cukup baik dan perlu dianalisis oleh pemerintah untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan menekan tingkat emisi yang sebettulnya masih tergolong baik di Aceh.

Di sisi lain, anggapan masyarakat terkait keberadaan KA Cut Meutia sebagai mode wisata transportasi juga menjadi kesempatan baik bagi pemerintah untuk memajukan pariwisata Aceh yang sebelumnya didominasi oleh pariwisata laut dan pegunungan yang kerap menciptakan kerusakan lingkungan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Bertambahnya sarana pariwisata Aceh memberikan keuntungan dan peluang peningkatan perekomian masyarakat melalui hadirnya usaha UMKM baru pada jalur perlintasan kereta api.

Pada sektor pendidikan, keberadaan KA Cut Meutia disambut baik oleh guru-guru pendidikan anak usia dini (PAUD) wilayah Bireuen dan Aceh Utara. Guru dan siswa memanfaatkan pengoperasian KA Cut Meutia sebagai sarana pembelajaran bagi siswa yang selama ini hanya mengenal kereta api lewat gambar-gambar di buku.

Saat ini, beberapa sekolah di perlintasan rel KA Cut Meutia sering memfasilitasi dan mendampingi siswa-siswinya untuk merasakan langsung sensasi naik kereta api dan menjelaskan secara detail terkait kereta api sebagai bagian dari transportasi massa yang masih digunakan baik di Indonesia maupun di luar negeri kepada siswa.

Selain itu, kesempatan itu tentu juga bermanfaat bagi siswa untuk berwisata atau tur kereta api dalam rangka menambah wawasan siswa sebagai bagian dari proses pembelajaran. Naik kereta api asyik, tut-tut-tut, siapa mau ikut?

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved