Berita Banda Aceh
MTA: Tak Mungkin PON di Aceh Tanpa Sharing Dana Daerah, Namun Penggunaan APBA Harus Diminimalisir
Hal itu disampaikan oleh Muhammad MTA dalam diskusi Aceh Resource & Development (ARD), bertema “PON XXI Aceh-Sumut Siapkah Kita?” yang digelar di Moor
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Mursal Ismail
Hal itu disampaikan oleh Muhammad MTA dalam diskusi Aceh Resource & Development (ARD), bertema “PON XXI Aceh-Sumut Siapkah Kita?” yang digelar di Moorden Cafe, Pango, Banda Aceh, Selasa (17/10/2023).
Laporan Muhammad Nasir I Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Juru Bicara Pemerintah Aceh, Muhammad MTA, menjelaskan meski PON merupakan program nasional, namun karena even ini dijemput Pemerintah Aceh untuk dibawa ke Aceh, maka tidak mungkin tanpa ada sharing dana daerah.
Namun Muhammad MTA menyebutkan, penggunaan APBA untuk PON harus diminimalisir.
Hal itu disampaikan oleh Muhammad MTA dalam diskusi Aceh Resource & Development (ARD), bertema “PON XXI Aceh-Sumut Siapkah Kita?” yang digelar di Moorden Cafe, Pango, Banda Aceh, Selasa (17/10/2023).
Ia mengatakan, bahwa PON tidak mungkin tidak ada dana sharing dari pemerintah daerah.
Saat ini tinggal bagaimana seluruh komponen di Aceh, baik pemerintah, daerah, DPRA, KONI, bersatu merasionalisasi serta meminimalisir penggunaan APBA.
“Karena tidak mungkin tidak menggunakan APBA, sebab ini program nasional yang dijemput oleh Aceh,” jelasnya.
Baca juga: TERUNGKAP Sosok Istri Polisi yang Selingkuh dengan Mahasiswa, Ternyata Eks Puteri Indonesia
Ia menjelaskan, bahwa bonus yang didapatkan dari tuan rumah adalah pembangunan infrastruktur sarana olahraga.
Ketika Aceh menjadi tuan rumah, memang masih berdarah-darah. Keinginan Aceh menjadi tuan rumah, semangat besar itu tidak mungkin tidak dibarengi oleh konsekuensi logis dari tuntutan.
“Konsekuensi menginginkan program nasional di Aceh, bahwa ada hal yang menjadi sharing dari pelaksanaan. Saat itu ada janji dari kita mengenai akan menanggung sebagian hal,” ujar MTA.
Ia menuturkan, ketika semua stakeholder duduk dan merasionalkan hal ini ke pemerintah pusat, maka itu lebih bagus demi kepentingan Aceh.
Menurutnya, saat ini fiskal APBN juga bermasalah dan berkonsekuensi terhadap pelaksanaan even nasional seperti PON tersebut.
“Rehab berat fasilitas olahraga itu sama dengan pembangunan baru. Aceh pada tahun 2023 mendapatkan Rp 800 miliar dari APBN untuk PON. Sedangkan kekurangan dana Rp1,2 triliun itu bukan penggunaan dana APBA, tapi untuk penyelenggaraan yang belum cukup anggarannya,” ucapnya.
Baca juga: AS Beri Lampu Hijau kepada Israel Lancarkan Invasi Darat ke Gaza
MTA menambahkan, bahwa Pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki, secara substansi menjalankan program pemerintah pusat.
“Gubernur tidak ada dawa-dawi terkait PON. Pj Gubernur langsung eksekusi tindak lanjuti untuk pelaksanaan percepatan PON dengan rapat di kantor Gubernur terkait percepatan penyuksesan PON,” katanya.
“Perhatian besar Pj Gubernur adalah atletnya. Ada kekurangan selama ini terus di backup oleh Pj Gubernur dan PON tidak akan sukses jika atletnya tidak sejahtera,” tambahnya.
Sementara Ketua Komisi V DPRA, M Rizal Falevi Kirani menyebut, bahwa semangat awal menjadikan Aceh sebagai tuan rumah PON sebagai legacy yang ditinggalkan, seperti adanya pembangunan yang tidak dibangun dengan APBA.
“Misalnya seperti venue dan sarana lainnya. Itu sebabnya PON di lobi ke provinsi-provinsi lain, ketika awal pelantikan Irwandi-Nova,” ucap Falevi.
Ia mengklaim tidak sepakat bila PON menghabiskan anggaran APBA.
Baca juga: Seorang Warga Hilang Tenggelam di Muara Kuala Tuha Nagan Raya, Diduga Saat Korban Lari dari Kejaran
Sebab PON merupakan event olahraga nasional, bukan Pora atau Popda yang berstatus event daerah.
“Kami di DPR Aceh, 9 fraksi tidak sepakat penggunaan APBA untuk PON. Karena tidak ada nomenklatur untuk penggunaan pembangunan PON, kalau subsidi 20 atau Rp 100 miliar masih wajar,” katanya.
Politisi PNA ini mengatakan, bahwa dana Otsus Aceh saat ini sudah berkurang dari Rp 8,7 triliun menjadi Rp3,7 triliun. Sementara pembangunan beberapa infrastruktur di Aceh juga dibiayai dengan dana tersebut.
“Kami di Badan Anggaran DPRA juga tidak sepakat APBA untuk membangun infrastruktur PON. Tapi kalau untuk Pelatda silakan diambil,” tegasnya.
Falevi menyampaikan, bahwa komitmen pemerintah pusat membangun sejumlah infrastruktur baru di Aceh tidak dijalankan.
Bahkan, pemerintah kemudian hanya berencana merenovasi venue-venue yang telah ada.
Baca juga: TERUNGKAP Kebohongan Israel Soal Ledakan RS di Gaza, Tuduh Palestina yang Kirim Roket
“Kalau tidak ada pembangunan dan rehab-rehab saja, untuk apa PON di Aceh. Jika menggunakan APBA, kasih saja PON ke daerah lain,” ujarnya.
Wakil Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Aceh, Bachtiar Hasan, mengatakan Pemerintah Aceh melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) sudah membantu anggaran pelatihan daerah (Pelatda) sebesar Rp 32 miliar.
“Dana tersebut setelah di breakdown, maka bisa digunakan untuk Pelatda selama 5 bulan,” ujar Bachtiar dalam diskusi Aceh Resource & Development (ARD), bertema “PON XXI Aceh-Sumut SIapkah Kita?” yang digelar di Moorden Cafe, Pango, Selasa (17/10/2023).
Ia menjelaskan, bahwa ada dua model pelaksanaan Pelatda.
Pertama model Pelatda sentralisasi terpusat yang jumlah atletnya 392 orang. Sedangkan model kedua, desentralisasi sebanyak 50 cabang, dengan jumlah 210 atlet dan pelatih, sehingga total keduanya hampir 600 peserta.
“Anggaran paling banyak alokasinya untuk penginapan, akomodasi dan konsumsi, yang menelan dana hampir Rp20 miliar,” jelasnya.
Baca juga: AKHIRNYA Israel Izinkan Bantuan Kemanusiaan Masuk dari Mesir ke Gaza Usai Kunjungan Biden
Ia menuturkan, bahwa selama Pelatda 5 bulan, atlet Aceh sudah dikirim ke Kejurnas, ada 30 cabang yang mengikuti Kejurnas dan seluruhnya mendapat medali.
“Kita target 60 medali emas yang ditargetkan Aceh di PON ke depan, dan bisa masuk 10 besar peringkat Indonesia,” ujarnya.
Di sisi lain, wartawan olahraga Serambi Indonesia, Imran Thaib, mengakui bahwa hingga kini belum ada regulasi yang jelas dari pemerintah pusat soal dana sharing yang diberikan pada tuan rumah PON.
Ia menjelaskan, saat PON XX 2021 Papua sebagai tuan rumah mendapatkan kucuran anggaran dari pemerintah pusat senilai Rp10,43 triliun. Lalu PON Jawa Barat, dana yang diberikan mencapai Rp 3,1 triliun, dan PON Riau sebanyak Rp1,7 triliun.
“Dari sini bisa dilihat bahwa semua daerah yang berstatus jadi tuan rumah PON, mereka menerima bantuan dana yang diberikan oleh pemerintah, bukan hanya sebatas dana, tapi juga sarana,” ucap Imran.
Menurut Imran, Aceh sudah punya Stadion Harapan Bangsa dan Stadion H Dimurthala di Lampineung dan seharusnya Aceh juga mendapatkan stadion seperti provinsi-provinsi lain yang pernah menjadi tuan rumah PON.
Baca juga: Konflik Palestina-Israel dan Pendidikan Kita
“Nyatanya saat ini bukan mendapat stadion, tapi hanya merehab. Padahal awalnya akan dijanjikan mendapatkan fasilitas, apakah di Kuta Malaka atau di Neuheun yang merupakan tanah Universitas Syiah Kuala, lengkap dengan rumah sakit,” jelasnya.
Ketua SIWO Aceh ini, menyampaikan bahwa jika di daerah lain punya venue utama untuk ajang PON, semestinya Aceh juga harus giat melobi pemerintah pusat.
“Meski mustahil terwujud dengan harus rehab total pembangunan Stadion Harapan Bangsa nantinya harus memenuhi standar internasional. Minimal dimulai dengan pembangunan single seat,” sarannya. (*)
Luncurkan Rumah Qur'an, Wagub Aceh Fadhlullah Apresiasi BSI |
![]() |
---|
Wagub Fadhlullah Dukung Aceh Jadi Tuan Rumah Peringatan Hari HAM Sedunia |
![]() |
---|
KKM Mahasiswa Unida di Gampong Acheh Yan Kedah Malaysia Diakhiri Menikmati Sajian Kuah Beulangong |
![]() |
---|
Kadisdik Aceh dan Kakanwil Kemenag Perkuat Kebiasaan Membaca Qur’an di MAN Model & SMAN 3 Banda Aceh |
![]() |
---|
Perjuangan Terhenti, Jenazah Cahaya, Balita Bocor Jantung Diantar ke Meulaboh |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.