Info BKKBN Aceh
BKKBN Aceh dan Kanwil Kemenag Aceh MoU dalam rangka penguatan dan pembinaan CATIN
penguatan dan pembinaan kepada Calon Pengantin dalam upaya pencegahan dan percepatan penurunan stunting di Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh melakukan pendandatanganan kerjasama dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Aceh, terkait penguatan dan pembinaan kepada Calon Pengantin dalam upaya pencegahan dan percepatan penurunan stunting di Aceh.
Hasil Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2021, Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia tertinggi angka kasus stunting dengan prevalensi stunting sebesar 33,2 persen atau berada diurutan ketiga tingkat nasional.
Kemudian pada 2022, kasus stunting turun dua digit atau sebesar 2 persen pada 2022 dan menempatkan Aceh pada peringkat kelima tingkat nasional dengan angka 31,2 persen .
Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Safrina Salim membuka dan menutup kegiatan Implementasi Elsimil Tingkat Provinsi Aceh di Hermes Palace Hotel Banda Aceh, dari 23 hingga 24 Oktober 2023.
Dalam acara yang dihadiri Kepala OPD KB dan Kepala Kankemenag 23 kabupaten/kota, Safrina menegaskan, bahwa pencegahan stunting dapat dilakukan bersama dan bekerjasama dengan melakukan pencegahan dari hulu.
Yaitu melalui Calon Pengantin, melakukan penguatan dan pembinaan, serta memantau kesehatan Catin sebelum menikah dan hamil.
Baca juga: Percepatan penurunan Stunting BKKBN Aceh perkuat kerjasama dengan BPS Aceh
Sebab kata Safrina Salim, jika stunting hanya dipikirkan penurunan angka kasusnya saja, maka akan lahir bayi stunting baru.
Jelasnya, stunting akan memberikan dampak pada tingkat kecerdasan anak dibawah rata-rata usianya.
Selain itu juga anak akan rentan terhadap penyakit, sehingga menurunkan produktivitas yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan di dalam masyarakat.

“Kita akan kehilangan generasi emas, SDM unggul. Generasi kita akan kalah saing sebab stunting berkaitan erat tidak saja kepada kesehatan tetapi juga tingkat kecerdasan anak yang menurun.
Jika kita tidak bertindak cepat dan tidak peduli, belum sempat kita menurunkan stunting, maka akan lahir anak-anak stunting baru. Itu mengapa tindakan pencegahan juga perlu menjadi perhatian kita bersama,” tutur Safrina Salim.
Lanjutnya, kekurangan gizi pada kasus stunting dapat terjadi sejak bayi di dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir, atau sering disebut sebagai 1.000 hari pertama dalam kehidupan.
Namun, jelasnya, dampak stunting ini baru akan terlihat setelah anak berusia dua tahun. Pada anak dengan pertumbuhan normal, sel otaknya berkembang baik dengan cabang yang panjang.
Baca juga: Aceh Utara Sediakan Dana Pilkada Rp 50 Miliar, Ketua KIP: Kekurangan Akan Dipenuhi
Pada anak stunting, sel otaknya berkembang terbatas, bercabang tidak normal, dan memiliki cabang yang lebih pendek daripada anak normal.
Selanjutnya, Safrina Salim mengatakan, berdasarkan Perpres 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, intervensi gizi spesifik, yakni intervensi yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan.
Kemendukbangga/BKKBN Aceh Gelar Lomba Mural Quick Win Sambut HUT Ke-80 RI |
![]() |
---|
Peduli Stunting, Kemendukbangga/BKKBN Beri Penghargaan Kepada Kejaksaan Tinggi Aceh |
![]() |
---|
Temui Kepala BNNP Aceh, Kampung KB & Kampung Bersinar Bakal Diintegrasikan |
![]() |
---|
Aceh Telah Wisuda 1097 Siswa S1 dan S2 di Sekolah Lansia |
![]() |
---|
Kaper BKKBN Aceh dan Ketua PKK Aceh Ikut Mengantar MBG ke Ibu Hamil dan Menyusui di Banda Aceh |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.