Perang Gaza

Hamas Bersedia Lepas Tawanan Nonmiliter ke Iran, Menukar dengan Tahanan Sipil Palestina 

Komunikasi itu termasuk menanyakan 'pertanyaan sulit' kepada Israel tentang apa yang disebutnya potensi 'konsekuensi yang tidak diinginkan' dari opera

Editor: Ansari Hasyim
SAID KHATIB/AFP
Pejuang Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina (DFLP) berjalan di sebuah terowongan di selatan Jalur Gaza, pada 19 Mei 2023. Israel dilaporkan tengah mengembangkan sponge bombs atau bom spons untuk persiapan berperang dengan Hamas di jaringan terowongan di bawah Gaza. 

SERAMBINEWS.COM - Di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Hamas dan Israel, Menteri Luar Negeri Iran Amir Abdollahian mengungkapkan bahwa para pemimpin Hamas bersedia melepaskan tahanan non-militer dan menyerahkan mereka ke Teheran dengan imbalan tahanan sipil Palestina.

Selain itu, mereka secara aktif menjajaki upaya diplomatik melalui koordinasi dengan Qatar dan Turki.

Tujuannya adalah untuk menjamin pembebasan para tahanan ini dan berpotensi berkontribusi pada peredaan ketegangan.

Dalam pernyataan terkait, Abdollahian seperti dilaporkan albawaba memperingatkan bahwa jika kekerasan yang sedang berlangsung dan apa yang disebutnya sebagai “genosida di Gaza” terus berlanjut, konsekuensinya mungkin tidak hanya terbatas pada zona konflik saja, sehingga menunjukkan bahwa Amerika Serikat juga bisa terkena dampaknya.

Perkembangan ini menandai potensi pergeseran dinamika krisis yang sedang berlangsung.

Baca juga: Genosida di Gaza dan Diamnya Penguasa Arab

Sementara itu Amerika Serikat (AS) meminta Israel untuk menunda invasi darat ke jalur Gaza yang diperkirakan akan memberikan lebih banyak waktu bagi sandera untuk dibebaskan.

Selain itu, penundaan invasi darat itu agar memungkinkan lebih banyak pengiriman bantuan ke Gaza.

Namun, Gedung Putih tidak mengatakan secara terbuka terkait permintaan penundaan invasi darat itu, Senin (23/10/2023).

Diberitakan ABC News, juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby, mengatakan AS telah berkomunikasi dengan Israel sejak awal mengenai strategi dan tujuan dalam menanggapi serangan Hamas.

Komunikasi itu termasuk menanyakan 'pertanyaan sulit' kepada Israel tentang apa yang disebutnya potensi 'konsekuensi yang tidak diinginkan' dari operasi militer yang lebih besar.

Berdasarkan laporan New York Times, pemerintahan Joe Biden disebut ingin mengulur waktu untuk bernegosiasi dengan Hamas mengenai pembebasan para tawanan dan memungkinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan mencapai Gaza.

Para pejabat AS juga disebut menginginkan lebih banyak waktu untuk bersiap menghadapi kemungkinan serangan terhadap kepentingan AS di wilayah tersebut dari kelompok-kelompok yang didukung Iran.

Menurut para pejabat, kemungkinan serangan akan meningkat setelah Israel memindahkan pasukannya sepenuhnya ke Gaza.(*)

Baca juga: Senjata Rahasia Baru Israel untuk Blokir Terowongan Hamas di Gaza, Gunakan Bom Spons hingga Robot

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved