Berita Banda Aceh

Alijullah Hasan Yusuf, Putra Aceh Dijuluki 'Pak Lurah Paris' Beri Seminar Motivasi ke Mahasiswa USK

Ali telah 52 tahun menetap di Perancis. Semasa bekerja di KBRI ia sampai dijuluki sebagai “Lurah Paris” karena sering membantu WNI yang berada di Pari

Editor: Agus Ramadhan
SERAMBINEWS.COM/ALGA MAHATE ARA
Alijullah Hasan Yusuf, penulis buku “Penumpang Gelap” hadir menjadi pemateri dalam seminar yang digelar di ruang VIP Gedung AAC Dayan Dawood, Selasa (31/10/2023). 

Laporan Alga Mahate Ara | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Office OF Internationla Affairs (OIA) Universitas Syiah Kuala (USK) mengadakan seminar motivasi tips dan trik kuliah serta kerja di Eropa.

Kegiatan yang berlangsung di ruang VIP Gedung AAC Dayan Dawood tersebut di hadiri puluhan mahasiswa dari berbagai fakultas di USK Banda Aceh, Selasa (31/10/2023).

Alijullah Hasan Yusuf, penulis buku “Penumpang Gelap” hadir menjadi pemateri dalam kegiatan tersebut.

Ali merupakan warga Blang Paseh, Sigli, Aceh.

Ia merupakan pensiunan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Paris.

Setelah pensiun dia membantu WNI yang ingin berkeliling Paris.

Ali telah 52 tahun menetap di Perancis. Semasa bekerja di KBRI ia sampai dijuluki sebagai “Lurah Paris” karena sering membantu WNI yang berada di Paris.

“Saya sudah hampir 45 tahun menetap di Paris bersama istri saya” ujar Ali.

Baca juga: Tren ‘Flexing’ dan Motivasi Psikologis Pelaku dalam Kajian Literasi

Pada kegiatan tersebut, Ali juga menceritakan bagaimana perjalan hidupnya bisa sampai di Paris, Prancis tersebut.

Ali bercerita setiap malam, ia terpesona oleh pesawat yang lewat.

Deru mesin pesawat dari Bandar Udara Kemayoran mengisi malam-malamnya.

Suara deru Pesawat tersebut menghidupkan mimpinya untuk bisa menjelajahi Eropa dengan pesawat.

Zaman dulu, harga tiket pesawat sangat tinggi dan aturan pengawasan di Jakarta tidak begitu ketat, terutama untuk perjalanan ke Eropa.

Ali pun tidak pernah kehilangan tekadnya.

Ia nekat menggunakan boarding pass bekas untuk mencapai tujuannya.

Pada tahun 1967, Ali berhasil mendarat di Belanda.

Namun, ketika tiba di Belanda, Ali segera dinyatakan sebagai 'penumpang gelap' karena tidak memiliki dokumen resmi.

Akibatnya, ia dipulangkan ke Jakarta dan ditahan.

Baca juga: Kisah Haris, Gen Z di Aceh Rintis Usaha Konter Pulsa dari Tenda Kecil Sampai Bervaluasi Rp 100 Juta

Meskipun mengalami rintangan ini, Ali tak pernah menyerah.

Pada tahun berikutnya, dia nekat lagi, menggunakan boarding pass bekas Rokok untuk terbang ke Eropa.

Kali ini, Ali berhasil mencapai Paris. Di kota mode ini, dia melanjutkan pendidikan sambil bekerja di KBRI Paris.

Ali menghabiskan puluhan tahun hidupnya di kota tersebut, bahkan membentuk keluarga.

Pada Maret 2013, Ali pensiun dari KBRI Paris.

Ali juga bercerita pengalamannya melayani para pejabat tinggi yang ada di Indonesia selama bekerja di KBRI.

"Selama saya di KBRI Paris, saya melayani semua Presiden Indonesia, kecuali Presiden Soekarno," katanya.

"Saya juga sempat melayani Presiden Jokowi pada November 2015, meskipun dalam kapasitas sukarelawan. Hampir semua presiden pernah saya temui kecuali Soekarno" sambung Ali.

Baca juga: Darwati A Gani Berbagi Kisah Saat Ketemu Mantan di Krueng Mane, Netizen Dibuat Penasaran

Dalam kegiatan tersebut ia juga memberikan semangat dan motivasi bagi para mahasiswa untuk berani bermimpi.

“Kita harus berani bermimpi, harus berani merantau jangan tinggal di kampung terus, cari pengalaman, dan hanya terkurung dalam tradisi kampung" katanya.

Suryati, istri dari Alijullah juga hadir menemaninya dalam kegiatan tersebut.

Tak di sangka perempuan berdarah Nias tersebut bisa menyanyikan lagu berbahasa Aceh “Aneuk Yatim” secara benar.

Ia menyanyi diiringi sebuah gitar akustik, dan menjadi pusat perhatian para mahasiswa yang antusian dan mendapatkan tepuk tangan dari para pendengar di sela kegiatan.

Karyanya “Penumpang Gelap” buku yang diterbikan KOMPAS menjadi saksi bagaimana perjuangan pemuda Aceh bisa mencapai mimpinya.

Oleh karena itu, Ali mengajak agar setiap mahasiswa dapat terus mengasah kemampuannya dan memiliki tekad.

Selain itu juga dibutuhkan kedisiplinan keberanian untuk dapat meraih cita-cita.

Kisah Alijullah adalah contoh nyata ketekunan dan keberanian dalam mengejar mimpinya.

Dalam penutupnya, Ali mengutip kalimat bijak dari Soekarno Presiden pertama Indonesia.

“Bermimpilah Setinggil langit, jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara Bintang-bintang” tutup Ali dalam seminar tersebut. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved