Salam
Genosida di Depan Mata
Para demonstran di Washington DC mengarahkan kemarahan mereka kepada Presiden AS Joe Biden, menuduhnya sebagai biang kerok terjadinya genosida terhada
Di berbagai belahan dunia dilakukan demonstrasi menentang operasi militer yang dilakukan Israel di Gaza tanpa pandang bulu. Di Jakarta, sejumlah elemen masyarakat menggelar Aksi Bela Palestina di kawasan Monas pada Minggu (5/11/2023). Demonstrasi ini tidak hanya dihadiri warga biasa. Pejabat negara seperti Ketua DPR RI Puan Maharani, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, bahkan Bacapres Anies Baswedan ikut menghadiri. Sebagian pendemo bahkan berasal dari luar Jakarta. Mereka berbondong-bondong ke Monas sebagai aksi solidaritas ke bangsa yang mungkin paling tak beruntung nasibnya di dunia, Palestina.
Di berbagai negara kawasan Arab, bahkan Eropa, sudah berlangsung aksi serupa. Bahkan demonstrasi itu sudah berlangsung di pusat kekuasaan dunia dan dipandang sebagai negara yang harus ikut bertanggung jawab dalam perang di Palestina, yakni Amerika Serikat. Negeri ini tidak hanya mem-back-up Israel secara militer, tetapi juga mendukung secara ekonomi. Miliaran dolar diplot setiap tahun untuk kelangsungan negara Yahudi itu. Pada Sabtu lalu, puluhan ribu orang berkumpul di ibu kota Amerika Serikat untuk menuntut gencatan senjata di Gaza ketika Washington terus menolak seruan mengakhiri perang meskipun jumlah korban tewas makin meningkat. Dan aksi ini merupakan yang kesekian kali dilakukan untuk mendesak Pemerintah AS menghentikan dukungan militer dan ekonomi ke Israel yang memungkinkannya membantai warga Palestina tanpa jeda.
Para demonstran di Washington DC mengarahkan kemarahan mereka kepada Presiden AS Joe Biden, menuduhnya sebagai biang kerok terjadinya genosida terhadap warga Palestina. “Biden, Biden, Anda tidak bisa bersembunyi. Anda melakukan genosida,” teriak para pengunjuk rasa.
Para ahli PBB telah memperingatkan meningkatnya risiko genosida di Gaza di tengah pemboman tanpa henti yang dilakukan Israel. Konvensi PBB mendefinisikan genosida sebagai tindakan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan, secara keseluruhan atau sebagian, suatu kelompok nasional, etnis, ras, atau agama, termasuk pembunuhan dan tindakan untuk mencegah kelahiran.
Biden memang telah mendesak Israel ‘meminimalkan’ korban sipil, namun dia memberikan lampu hijau ke Israel untuk terus membombardir Gaza. Bagaimana mungkin korban sipil bisa diminimalkan jika bombardir terus dilakukan, sementara bantuan kemanusiaan ditahan masuk.
Dalam operais militer, Israel tidak hanya menghancurkan Hamas, tetapi menembak siapa saja. Mulai dari ambulans yang membawa orang sakit, rumah sakit, orang yang antre makanan, bahkan anak-anak. Proses pembunuhan itu bukan hanya berlangsung dalam dua tiga pekan terakhir ini, tetapi sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam. Kecuali itu, Israel juga memblokade bantuan kemanusiaan, listrik, dan segala kebutuhan hidup warga Gaza.
Namun, seperti juga yang sudah berlangsung bertahun-tahun, negara-negara yang pro pada kemanusiaan ini hanya bisa melongo, tidak bisa berbuat apa-apa. Tetangga Palestina dan negara-negara Islam lainnya yang mendukung Palestina hanya bisa menatap dan menyaksikan kebrutalan itu. Paling-paling yang bisa dilakukan hanya mengecam, berdemo, berdoa, mengirim bantuan kemanusiaan, atau seruan memboikot produk-produk Israel. Ya, hanya sebatas itu, untuk saat ini.
Karena memang tidak ada lagi logika dan hati nurani, ketika kutukan datang dari seluruh dunia, bangsa tersebut masih bisa tenang-tenang saja.
Pada akhirnya, kita hanya bisa memohon kepada Allah SWT agar warga Palestina diberikan kekuatan dan ketabahan.
Kita meyakini Allah SWT menciptakan alam semesta ini lengkap dengan hukum-hukumnya. Hukum alam semesta akan terus bekerja. Jika ada pembunuhan membabi buta terhadap orang-orang tak berdosa, maka akan ada reaksi alam semesta untuk merespons pembunuhan itu. Sejarah membuktikan, alam selalu punya cara sendiri untuk menghukumnya, pada waktu yang sudah ditentukan.(*)
POJOK
Pembukaan PKA-8 meriah
Alhamdulillah
Oesman Sapta: Aceh harus diberi penghargaan yang sesuai
Selama ini sesuai dengan kemauan pusat, pak ya?
Dubes Palestina Bangga pada Indonesia
RI juga pernah merasakan pahitnya penjajahan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.