Warga Subulussalam Disambar Petir
Korban Sambaran Petir di Subulussalam Selamat Usai Dikubur dalam Lumpur, Ini Data Korban Sejak 2010
Beruntung, korban dapat diselamatkan oleh warga sekitar setelah menanam tubuhnya dalam lumpur selama beberapa menit.
Laporan Khalidin I Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Seorang warga Sosor, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam dilaporkan tersambar petir, Minggu (5/11/2023).
Hal ini akibat cuaca buruk berupa hujan deras, angin hingga petir yang terus melanda Kota Subulussalam setiap petang hingga malam hari.
Beruntung, korban dapat diselamatkan oleh warga sekitar setelah menanam tubuhnya dalam lumpur selama beberapa menit.
Berdasarkan catatan Serambinews.com, intensitas petir di Kota Subulussalam memang sungguh tinggi dan kerap membahayakan masyarakat.
Dalam kurun 13 tahun terakhir puluhan warga menjadi korban petir dan sejumlah di antaranya meninggal dunia.
Bahkan, dalam sepuluh bulan terakhir ini tercatat tiga peristiwa warga disambar petir.
Dari tiga peristiwa korban sambaran petir, satu di antaranya meninggal dunia.
Berikut kami rangkum deretan korban petir di Kota Subulussalam sejak tahun 2010 lalu yang terekam dalam pemberitaan Serambinews.com.
Peristiwa Tahun 2023
Peristiwa sambaran petir mengenai manusia terkini terjadi pada Minggu (5/11/2023) sore. Informasi yang dihimpun Serambinews.com, korban bernama Malik disambar petir saat sedang duduk bersandar di dinding rumahnya.
Video warga yang ditanam dengan lumpur sempat diunggah di media sosial oleh Lia Mamanya Indah dalam akun Facebooknya.
Dalam postingan itu, Lia Mamanya Indah membuat caption, Ibu-ibu, bapak-bapak, kita harus hati-hati baru aja ada orang kena petir.
Saat dikonfirmasi Serambinews.com, pemilik akun facebook Lia Mamanya Indah membenarkan peristiwa warga disambar petir.
Dia menyebutkan korban bernama Malik penduduk Sosor dan merupakan kerabat dari temannya.
Usai terkena petir, korban langsung dilumpuri untuk penyelamatan. “Alhamdulillah korban selamat dan udah,” tulis Lia menjawab pertanyaan wartawan messenger.
Seperti kebiasaan turun temurun masyarakat Kota Subulussalam, pascakejadian sambaran petir di Penanggalan, penduduk sekitar berjibaku memberikan pertolongan dengan cara tradisional.
Korban petir ini ditanam dalam kubangan lumpur dan dilumpuri hingga tersisa kepala dan wajah. Tak hanya itu, warga juga membaluri lumpur dengan es batu dengan tujuan agar semakin dingin.
Menanam atau mengubur tubuh korban sambaran petir dalam tanah berlumpur merupakan kebiasaan turun temurun di masyarakat Kota Subulussalam yang diyakini sebagai penghilang setrum atau bisa petir.
Yah, menanam atau mengubur tubuh korban sambaran petir dalam tanah berlumpur merupakan kebiasaan turun temurun di masyarakat Kota Subulussalam.
Sudah menjadi kebiasaan apabila ada orang yang terkena sambaran petir langsung ditanam dalam lumpur sebagai pertolongan pertama.
Biasanya, para korban baru diangkat dari kubangan lumpur setelah benar-benar menggigil.
Peristiwa Agustus 2023
Seorang warga Cepu, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam menjadi korban sambaran petir saat sedang bertugas memperbaiki jaringan listrik PT PLN Subulussalam, Rabu 9 Agustus 2023 lalu.
Korban disambar petir di kawasan Desa Lae Oram, Kecamatan Simpang Kiri saat hujan melanda daerah tersebut.
Korban berhasil diselamatkan namun harus dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Subulussalam selama tiga hari.
Korban Sambaran Petir Meninggal Dunia
Manjang Bin Mahdi, pria berusia sekitar 25 tahun yang meninggal dunia di Desa Batu Napal, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Sabtu (22/4/2023) dilaporkan meninggal dunia akibat disambar petir.
Informasi yang dihimpun Serambinews.com korban bernama Manjang, warga asal Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat dan menikah dengan warga Batu Napal bernama Riska.
Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 17.00 WIB saat hujan deras disertai petir melanda Kota Subulussalam termasuk Desa Batu Napal lokasi kejadian.
Saat kejadian, korban tengah berada di kamar bersama sang isteri bernama Riska tiba-tiba petir menyambar sehingga mengenai pasangan itu.
Sang isteri yang turut terkena sambaran petir selamat, namun suaminya kritis hingga dilakukan upaya penyelamatan oleh warga.
Penyelamatan dilakukan dengan cara menanam tubuh korban dalam lumpur dengan tujuan agar segera pulih.
Upaya menanam tubuh korban sambaran petir merupakan cara warga yang dilakukan secara turun temurun.
Namun dalam upaya penanaman korban di Batu Napal ini tidak berhasil. Korban akhirnya menghembuskan napas terakhir akibat sambaran petir tersebut.
"Sempat ditanam dalam lumpur tapi tidak tertolong dan akhirnya meninggal dunia," ungkap warga kepada Serambinews.com.
Peristiwa tahun 2020
Kasus sambaran petir terjadi pada Sabtu 29 Agustus 2020 lalu. Seorang remaja meninggal dunia akibat disambar petir saat membantu orang tuanya berada di kebun.
Peristiwa Tahun 2019
Hujan deras, petir menyambar dan angin kencang melanda Kota Subulussalam dan sekitarnya selama empat bulan terakhir ini.
Intensitas petir di Kota Sada Kata itu selama ini memang cukup mengkhawatirkan karena cukup sering mengenai manusia seperti yang terjadi pada Jumat (20/12/2019) sore, tiga remaja putri di Dusun Baitul Makmur, Desa Penanggalan, Kecamatan Penanggalan disambar setrum alam tersebut.
Pantauan Serambinews.com, setiap siang jelang petang langit Subulussalam tampak kelam dan jarak pandang terbatas. Hujan deras mulai turun sekitar pukul 15.00 WIB.
Hujan disertai angin kencang plus gemuruh petir membuat masyarakat setempat was-was.
Musim penghujan bukan hanya membuat warga kuatir bencana banjir dan longsor.
Namun yang tak kalah menakutkannya gemuruh petir karena selama ini guntur kerap menciderai manusia bahkan telah menelan puluhan korban jiwa di kota itu.
Berdasarkan catatan Serambinews.com, dalam sebulan terakhir sudah dua kali petir melukai manusia.
Bahkan sebulan lalu, selain menyambar empat warga, petir juga menyebabkan satu unt rumah di Desa Danau Tras, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam terbakar.
Peristiwa November 2019
Sebanyak empat warga di Desa Danau Tras, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam menjadi korban setrum petir tersebut terjadi, Jumat (22/11/2019) sore.
Selain melukai warga, satu unit rumah di desa tersebut musnah terbakar setelah disambar petir yang terjadi di tengah hujan deras tersebut.
Satu unit rumah yang terbakar adalah milik Muhammad Sabdaruddin (40) alias Rois. Rumah berukuran sekitar 5X5 meter ini rata dengan tanah setelah disambar petir.
Tidak ada harta benda apapun yang dapat diselamatkan kecuali pakaian di badan korban. Pemilik rumah pun selamat setelah dievakuasi tetangganya beberapa saat sebelum peristiwa tersebut.
”Cuma baju di badan lah yang bisa diselamatkan selain itu habis. Lantai rumah saja terkelupas dihantam petir,” ujar Muhammad Sabaruddin alias Rois kepada Serambinews.com
Peristiwa 22 April 2018
Dua warga Desa Cepu, Kecamatan Penanggalan, Kota Kota Subulussalam dilaporkan tumbang akibat disambar petir pada, Minggu (22/4/2018) jelang malam tadi.
Akibatnya, kedua korban terpaksa ditanam dalam lumpur hingga dirawat hingga dirawat di RSUD Subulussalam.
Informasi yang dihimpun Serambinews.com, dua warga yang tersambar petir yakni Ramiah Cibro (45) dan Sabarita Cibro (38). Keduanya masih kakak beradik warga Desa Cepu, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam.
Korban disambar petir saat sedang berteduh dari guyuran hujan di warung Bazis, Desa Cepu, Kecamatan Penanggalan.
Hujan deras disertai petir yang saban hari melanda Subulussalam kembali terjadi. Nahas, petir kali ini menyambar warga hingga terkapar.
Peristiwa pada tahun 2016
Seorang warga Desa Cipare-Pare Timur, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam dilaporkan tewas akibat disambar petir. Peristiwa ini terjadi tepat Rabu (4/5/2016) jelang malam. Sementara seorang lainnya kritis hingga dirawat di rumah sakit setempat.
Peristiwa tahun 2015
Insiden serupa juga terjadi yakni seorang warga juga tewas akibat disambar petir. Korban bernama M. Joko Suwito (30) warga Dusun Jambu/Lae Pinang, Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam tewas disambar petir saat berteduh di bawah pohon kelapa sawit, Rabu (21/1/2015) sore.
Sementara tiga rekan sekerjanya dapat diselamatkan setelah ditanam dalam kubangan lumpur oleh warga. Tak hanya itu, sebelumnya juga ada puluhan warga menjadi korban sambaran petir.
Peristiwa 31 Oktober 2013
Empat petugas pengamanan Kantor Komisi Independen (KIP) Kota Subulussalam terkapar akibat disambar petir yang terjadi saat hujan deras dan angin kencang melanda daerah ini.
Peristiwa ini terjadi Kamis (31/10/2013) petang sekitar pukul 16.30 WIB. Akibatnya, keenam korban yang terdiri dari personel kepolisian dan Satpol PP dilarikan ke rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Subulussalam untuk mendapat penanganan medis.
Enam korban yakni dua dari satpol PP adalah . Dedi Dores (23) dan Sarkani (28). Sedangkan empat korban dari personel kepolisian masing-masing Brigadir Fadhlianto (32) Sabhara Polres Singkil, Briptu Riki Arjuna (27) dalmas Polda Aceh, Brigadir Irwanto dan Brigadir Agus.
Saat kejadian, keenam korban sedang duduk beristirahat seraya berbincang-bincang di kantin yang terletak di bagian belakang kantor KIP.
Sekitar pukul 16.00 WIB, hujan mengguyur Kota Subulussalam disertai angin dan kilat yang menyambar-nyambar.
Peristiwa Tahun 2012
Kamis 9 Februari 2012. Petir menyambar delapan warga Kota Subulussalam hingga terkapar. iga dari delapan korban petir sempat ditanam dalam lumpur sebelum diboyong ke rumah sakit.
Menurut keyakinan masyarakat setempat, menanam korban dalam lumpur bisa sebagai penawar sengatan petir.
Empat dari delapan korban sambaran petir tercatat sebagai siswi Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS) Pondok Pesantren Mardhatillah, Desa Tangga Besi, Kecamatan Simpang Kiri.
Mereka adalah Suryanti (15), Nur Lela (15), Nurhayati (14) ketiganya siswi kelas III dan Elvi (8) santri. Selain anak didik, seorang guru pesantren bernama Aslamiah (26) bersama putrinya Hafiza (2) tak luput dari sambaran petir.
Sedangkan dua korban lainnya merupakan penduduk Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri yaitu Heri Jona (18) dan Hamat Sagala (43).
Petugas Ponpes Mardhatillah, Darwin (29) mengatakan, petir menyambar sekitar pukul 15.20 WIB sesaat setelah hujan deras dan angin kencang. Saat itu santri sedang di kantin dan sebagian lainnya di kelas. “Sambaran petir hanya mengenai enam orang, termasuk istri dan anak saya,” kata Darwin.
Korban baru merasakan sengatan panas seperti disetrum setelah 15 menit kejadian. Korban langsung menjerit dan berhamburan minta tolong. “Kami langsung menolong dengan cara menanam korban di dalam lumpur. Setelah itu korban diboyong ke Puskesmas Penanggalan untuk penanganan medis,” kata Darwin
Peristiwa Februari Tahun 2012
Hujan lebat disertai angin kencang yang mengguyur Kota Subulussalam, Rabu (1/2/2012) sore tadi membawa petaka bagi Zulkifli (25), penduduk Jalan Sultan Daulat, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam.
Pemuda yang sehari-hari bekerja di Kantor Kesbangpol dan Linmas Kota Subulussalam itu kritis akibat disambar petir saat sedang mengendarai sepeda motornya di Jalan Pertemuan.
Salah seorang saksi mata, Medan Rayali (33) kepada Serambinews.com mengatakan, peristiwa naas itu terjadi sekitar pukul 16.40 WIB ketika hujan deras mengguyur Subulussalam.
Saat kejadian,korban tengah mengendarai sepmor dari arah Jalan Teuku Umar menuju Jalan Malikussaleh.
Namun ketika sedang melintas di Jalan Pertemuan, menjelang Kantor DPRK Subulussalam tiba-tiba petir menyambar korban.
Melihat kejadian tersebut, Medan bersama sejumlah wargalangsung mengejar memberikan pertolongan dengan melumpuri tubuh korban ke halaman rumahpenduduk setempat. Tubuh korban pun dilumuri dengan lumpur.
Hal itu dilakukan untukmenghilangkan rasa panas yang menyengat tubuh korban akibat sambaran petir.
Peristiwa Desember tahun 2012
Nasib tragis menimpa pasangan suami istri Rusman Banurea (40) dan Megawati bru Samosir (36) Penduduk Jalan Sosor, Lorong At Taubah, Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam. Keduanya tewas mendadak disambar petir saat sedang memperbaiki parabola di belakang rumahnya, Kamis (27/12/2012) sekitar pukul 17.10 WIB.
Kapolres Aceh Singkil AKBP Bambang Syafrianto S.IK yang dikonfirmasi Serambi melalui Kapolsek Penanggalan Iptu Budimansyah di rumah duka membenarkan dua warga di Kecamatan Penanggalan tewas disambar petir.
”Kedua korban adalah pasangan suami istri dan meninggal saat sedang memperbaiki parabola di belakang rumahnya,” kata Kapolsek Penanggalan Iptu Budimansyah.
Sementara Kepala Dinas Penanggalan, Haris Muda Bancin didampingi Tumirin (ipar korban) kepada Serambi menerangkan tragedi sore hari yang membuat pasangan suami istri meninggal dunia tersebut terjadi saat korban Rusman sedang memperbaiki parabolanya yang rusak.
Kala itu Kota Subulussalam dan sekitarnya baru saja diguyur hujan deras diiringi kilat dan gelegar petir yang cukup memekak telinga.
Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba sambaran petir menyetrum tubuh korban yang sedang memegang besi pengatur sinyal parabola.
Putri korban yang melihat ayahnya kesetrum memberitahu pada ibunya. Sang istri pun berusaha membantu suaminya yang kesetrum dengan kondisi lengket pada bagian besi parabola. Naas bagi Megawati yang turut meninggal dunia bersama sang suami.”Si istri sebenarnya mau membantu korban tapi ikut juga kesetrum,” ujar Haris Bancin.
Peritiswa Tahun 2011
Lima warga Dusun I, Desa Sikerabang, Kecamatan Longkib, Kota Subulussalam mengalami luka parah akibat disambar petir, Senin (21/11/2011) sore.
Akibatnya satu dari lima korban, yakni Sumiati (48) terkapar dengan luka bakar yang cukup parah sehingga harus dirujuk ke Puskesmas Penanggalan untuk mendapatkan perawatan secara intensif.
Korban lainnya adalah Depi Haryati (10) murid kelas IV Sekolah Dasar (SD), Ruhiyat (33), Dewi Kurnia (28) dan Nandang (32).
Kepala Desa Sikerabang, Jimmi didampingi unsur muspika setempat kepada Serambi Selasa (22/11/2011) mengatakan, musibah tersebut terjadi sekitar pukul 18.00 WIB.
Saat kejadian, Sumiati dikabarkan sedang memetik rambutan bersama keponakannya Depi Haryati di halaman rumah.
”Nggak ada kilat tiba-tiba ada suara petir dengan suara menggelar menyambar tangan saya,” kata Sumiati menceritakan peristiwa yang dialaminya.
Peristiwa Tahun 2010
Hujan deras disertai petir yang mengguyur wilayahKota Subulussalam, Jum’at (14/5/2010) silam membawa malapetaka. Tigawarga Desa Cipare-Pare, Kecamatan Sultan Daulat tersambar petir.Satu korban yakni Dijan (42) dilaporkan meninggal dunia.
Sementara dua warga lainnya masing-masing Lala (50) danNurhasanah (30) mengalami cedera ringan sehingga terpaksa dirawatdi rumah sakit.
Informasi yang dihimpun Serambi, menuturkanperistiwa naas itu terjadi sekira pukul 17.00 WIb saat warga sedangaberistirahat di rumah. “Kejadiannya sekitar pukul 17.00 WIB saat itupetir kuat menyambar,” ujar Alim, salah seorang warga
Upaya tanggap darurat langsung dilakukan, terhadap ketiga korbannamun satu diantaranya tidak dapat diselamatkan. Usai kejadian,kedua korban selamat langsung dilarikan warga ke rumah sakit di Subulussalam.
Menurut warga, dalam sebulan terakhir ini cuaca burukseperti hujan deras disertai angin kencang dan petir melanda KotaSubulussalam.
Peristiwa Maret 2010
Puluhan santri yang mondok di Dayah Raudhatul Jannah, Desa Suka Makmur, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Selasa (16/3/2010) petang sekira pukul 17.00 WIB, disambar petir.
Kendati tidak ada korban jiwa dalam insiden ini namun para korban dilaporkan trauma.
Pimpinan Dayah Raudhatul Jannah, Ust Amrullah yang dikonfirmasi Serambi membenarkan kejadian tersebut.
Menurut Amrullah sedikitnya 23 santri putri dan seorang putra terkena sambaran petir. Pihak dayah menuruit Ustaz Amrullah langsung memberikan pertolongan secara tradissional terhadap para korban dengan cara mengubur tubuhnya ke dalam lumpur.
"Ada dua puluh empat semua kebanyakan perempuan cuma seorang yang putra," terang Amrullah.
Lebih jauh Ustaz Amrullah menjelaskan, saat kejadian para korban sebenarnya berada dalam ruang asrama masing-masing.
Karena itu, petir yang menyambar para santri ini diduga hanya bayangan. selain secara tradisional, kata Amrullah, para korban juga telahg ditangani secara medis.
Namun hingga berita ini disusun, para korban dilaporkan masih dalam kondisi trauma berat.
"Memang sudah sembuh tidak ada yang patal tapi mereka (santri-red) masih trauma," ujar Amrullah.
Data ini hanya sebagian kecil yang tercatat Khalidin Umar Barat, wartawan Serambi Indonesia di Subulusalam.
Ada sejumlah korban sambaran petir yang tidak tercatat termasuk peristiwa era 1994-2008. Intensitas petir di Kota Subulussalam selama ini memang cukup mengkhawatirkan.
Karena itu, masyarakat diminta agar selalu mewaspadai ancaman petir. Setiap hujan turun di daerah ini selalu diwarnai sambaran petir yang menggelegar dan kilat yang menyala-nyala.
Karenanya, ketika musim hujan tiba di daerah itu, petir pun kembali mengancam. Bahkan setiap tahun ada saja warga yang tewas akibat sambaran petir.
Sejauh ini warga juga mengaku tidak tahu di mana lokasi paling aman dari ancaman petir yang tiap hujan turun melanda daerah itu.
Pasalnya, korban yang terkena sambaran petir bermacam tempat bukan hanya di tanah lapang tapi tak sedikit mereka yang berada di dalam ruangan atau rumah.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.