Gebyar PKA 8 2023

Lomba Boh Gaca PKA 8, Ini Motif yang Diukir Kota Lhokseumawe, Ada Ornamen Asli Kota Petro Dollar

Nofayana ST. M.AP sebagai Koordinator bidang Putro Phang mengatakan, peserta dari kontingennya (Kota Lhokseumawe) mengukir beberapa motif pada perlomb

|
Editor: Yeni Hardika
SERAMBINEWS.COM/RIZKA AMANDA
Peserta dari kontingen Kota Lhokseumawe ikut dalam lomba Boh Gaca PKA ke-8, Selasa (7/11/2023), di Museum Aceh, Kota Banda Aceh. 

Laporan Rizka Amanda | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Perhelatan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 2023 sudah memasuki hari keempat sejak dibuka pada Sabtu (4/11/2023) lalu.

Serangkaian kegiatan dan perlombaan dalam memeriakan event ini pun terus berlangsung.

Tak terkecuali pada hari ini, Selasa (7/11/2023), yang dimeriahkan dengan perlombaan Boh Gaca.

Boh gaca atau yang diartikan dalam Bahasa Indonesia ialah memakai inai atau henna, menjadi satu dari serangkaian kegiatan yang diperlombakan pada event PKA ke-8.

Berlokasi di Museum Aceh, perlombaan ini diikuti oleh 19 peserta dari perwakilan kontingen Kabupaten/Kota seluruh Aceh, yang berlangsung selama dua hari mulai Selasa (7/11/2023) hingga Rabu (8/11/2023) dan terbagi menjadi dua sesi.

Kota Lhokseumawe juga tak ketinggalan ikut serta dalam perlombaan tersebut.

Ada yang menarik dari ukiran yang digambar oleh kontingen dari Kota Lhokseumawe.

Nofayana perwakilan Kontingen Kota Lhokseumawe mengatakan, dibawah bimbingan Majelis Adat Aceh Kota Lhokseumawe dengan koordinator Bidang Putroe Phang Hj. Nuraini. S.pd, M.pd, timnya mengukir beberapa motif pada perlombaan Boh Gaca di event PKA tahun ini.

Baca juga: 19 Kabupaten/Kota di Aceh Memulai Tradisi Lomba Boh Gaca di PKA-8 2023

Motif tersebut diantaranya motif awan si oen, motif bungong cane' meusagoe, motif pucok reubong, dan motif kubah.

Masing-masing motif tersebut memiliki makna tersendiri, diantaranya sebagai berikut.

1. Motif Awan si Oen

Kata awan si oen, berasal dari bahasa Aceh yang berarti sebongkah awan.

"Motif ini melambangkan kesuburan tanah Aceh serta kemakmuran masyarakatnya," ujar Nofayana saat ditemui Serambinews.com di lokasi perlombaan, Museum Aceh, Kota Banda Aceh, Selasa (7/11/2023).

2. Motif Bungong Cane' Meusagoe

Bungong Cane' Meusagoe berasal dari Bahasa Aceh yang berarti Bunga Sudut berarak, yaitu bunga imajinatif yang dimodifikasi dari motif awan meucanek dan motif bungong sagoe.

Bunga ini memiliki makna sebagai ikatan silaturrahmi yang memperkuat rasa sesama sebagai bentuk kepedulian sosial.

3. Motif Pucok Reubong

Pucok Reubong melambangkan kekuatan yang muncul dari dalam, tekad hati dalam mencapai tujuan, keberuntungan dan harapan.

Baca juga: Jelang Lomba Boh Gaca PKA-8 2023, Museum Aceh Ramai Dikunjungi Wisatawan Mancanegara

4. Motif Kubah

Motif ini melambangkan pintu-pintu masuk dalam Masjid Islamic Centre Lhokseumawe yang Megah nan Agung,

Ciri khas kemegahannya yaitu Mimbar Mesjid Agung Islamic Centre Kota Lhokseumawe.

Nofayana melanjutkan, motif awan si oen, bungong cane' meusagoe dan pucok reubong merupakan ornamen asli dari Kota Lhokseumawe.

Tradisi Boh Gaca

Boh gaca atau berinai sudah tidak asing lagi bagi setiap perempuan di Aceh.

Adat ini sudah menjadi tradisi turun-menurun sejak zaman dahulu hingga sekarang dalam masyarakat Aceh.

Boh gaca dilakukan selama tiga sampai tujuh hari sebelum pernikahan, dan umumnya dipakaikan kepada pengantin wanita Aceh atau dalam adat Aceh disebut Dara Baroe.

Baca juga: Nagan Raya Raih Juara II Lomba Perahu Hias dan Harapan I Lomba Kayoh Jaloe di PKA

Menurut Nofayana, fungsi boh gaca menjelang acara pernikahan memiliki beberapa makna, yaitu:

1. Malam boh gaca disebut juga "mample", atau malam henna dimana pada tangan dan kaki mempelai wanita diberi gambar yang diukir menggunakan henna (on gaca). Bagian kukunya juga diwarnai dengan ekstrak daun nimba.

2. Meminta doa restu pada orangtua dan kerabat.

3. Silaturrahmi dengan keluarga besar.

4. Mendapat petuah tentang pernikahan dan ruamh tangga.

5. Masa pingitan untuk mempelai wanita.

6. Menegaskan status mempelai wanita. Artinya wanita yang akan menikah untuk pertama kalinya.

Baca juga: Aceh Besar Juara Lomba Kayoh Jaloe Jarak 200 Meter di PKA-8, Ungguli Aceh Tengah

Tradisi boh gaca, lanjut Nofayana, dipercayai oleh masyarakat Aceh akan memperkuat aura yang dipancarkan oleh dara baroe ketika duduk diatas pelaminan sehingga lebih mempesona.

Nofayana juga menambahkan, tradisi inai ini hanya dilakukan kepada perempuan yang masih gadis.

Sementara untuk wanita yang sudah pernah menikah lalu bercerai (janda) dan kemudian menikah lagi, maka tradisi ini tidak dilakukan lagi.

"Malam boh gaca dilakukan untuk perkawinan pertama," pungkas Nofayana. (*)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved