Perang Gaza

Hamas Sergap Pasukan Israel Gunakan Jaringan Terowongan saat Pertempuran Darat Sengit di Gaza

Pejuang Hamas menyergap pasukan penjajah Israel menggunakan jaringan terowongan saat pertempuran darat yang sengit di jalanan Gaza, Palestina.

Penulis: Sara Masroni | Editor: Ansari Hasyim
JALAA MAREY/AFP
ILUSTRASI - Pejuang Hamas menyergap pasukan penjajah Israel menggunakan jaringan terowongan saat pertempuran darat yang sengit di jalanan Gaza, Palestina. 

SERAMBINEWS.COM - Pejuang Hamas menyergap pasukan penjajah Israel menggunakan jaringan terowongan saat pertempuran darat yang sengit di jalanan Gaza, Palestina.

Para pejuang Hamas melakukan penyergapan menggunakan jaringan terowongan bawah tanah menghadapi tank-tank Israel saat pertempuran sengit di daratan.

Militer Israel mengatakan, pasukannya telah maju ke jantung kota Gaza.

Namun kelompok militan Palestina mengatakan, para pejuangnya telah menimbulkan kerugian besar.

 

 

Hamas Rilis Video Pertempuran di Gaza

Laporan The National pada Kamis (9/11/2023) menyebutkan, sayap bersenjata Hamas merilis sebuah video pada Rabu kemarin.

Dalam video tersebut menunjukkan pertempuran jalanan yang intens di samping bangunan-bangunan yang dibom di kota Gaza.

Baca juga: Israel Tuduh Lubang di RS Gaza jadi Terowongan Hamas, Ternyata Hanya Saluran Air

Baca juga: Harga Emas di Banda Aceh Hari Ini Turun per Mayam, Kamis 9 November 2023

Sumber Hamas yang didukung Iran dan kelompok militan Jihad Islam sekutunya mengatakan kepada Reuters, pejuang Hamas menggunakan terowongan tersebut untuk menyerang pasukan Israel.

Sementara para pejabat Palestina menyebutkan, sudah sebanyak 10.569 orang meninggal pada Rabu kemarin.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 40 persen di antaranya adalah anak-anak.

Di sisi lain, Israel mengatakan 33 tentaranya tewas.

Terbaru, Kementerian Dalam Negeri Palestina menyebutkan, sebanyak enam orang meninggal. 

Kemudian yang lain terluka setelah rudal Israel menghantam sebuah rumah di Khan Younis, Jalur Gaza selatan semalam.

Baca juga: Kibarkan Bendera Putih, 50 Ribu Warga Palestina Tinggalkan Gaza Utara, WHO Ingatkan Risiko Penyakit

AS: Gaza Harus Diperintah Palestina Pasca-perang

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken menegaskan pada Rabu kemarin bahwa Gaza pasca-perang harus diperintah oleh Palestina.

Hal itu disampaikan setelah Israel mengatakan akan mengontrol keamanan di wilayah tersebut tanpa batas waktu.

Para pemimpin di Washington telah memulai diskusi dengan para pemimpin Israel dan Arab mengenai masa depan Jalur Gaza tanpa kekuasaan Hamas.

“Tidak ada pendudukan kembali di Gaza setelah konflik berakhir,” kata Antony Blinken saat konferensi pers di Tokyo pada Rabu.

Dia mengatakan, mungkin diperlukan masa transisi pada akhir konflik.

Namun pemerintahan pasca krisis harus mencakup pemerintahan yang dipimpin Palestina dan Gaza yang bersatu dengan Tepi Barat di bawah Otoritas Palestina.

Baca juga: Akibat Serangan Israel, 70 Persen Warga Gaza Tergusur Secara Paksa, 50 Persen Perumahan Rusak

Baca juga: Dokter di Gaza Pingsan Lihat Jenazah 2 Anaknya di Rumah Sakit, Ibunya Juga Terbunuh Serangan Israel

Kesehatan di Gaza Menurun

Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pada Rabu kemarin bahwa jalur Gaza berada pada peningkatan risiko penyebaran penyakit.

Hal itu akibat serangan udara Israel yang telah mengganggu sistem kesehatan dan akses terhadap air bersih dan menyebabkan orang berkerumun di tempat penampungan,

Ketika kematian dan cedera di Gaza terus meningkat akibat meningkatnya permusuhan dan terjadinya kepadatan penduduk yang berlebihan.

“Dan terganggunya sistem kesehatan, air dan sanitasi," tulis WHO.

"Hal ini menimbulkan bahaya tambahan yaitu penyebaran penyakit menular yang cepat. Beberapa tren yang mengkhawatirkan sudah mulai muncul," tambahnya.

Kekurangan bahan bakar di daerah kantong padat penduduk telah menyebabkan pabrik desalinasi ditutup.

Hal ini meningkatkan risiko infeksi bakteri seperti penyebaran diare.

Baca juga: KPK Beri Penghargaan Kepada Wali Kota Subulussalam, Kategori Peringkat Tertinggi MCP ke-5 se Aceh

Baca juga: Usung Konsep Green Building, BSI Tower Diproyeksikan Jadi Financial Center di Indonesia

WHO mengatakan, lebih dari 33.551 kasus diare telah dilaporkan sejak pertengahan Oktober, sebagian besar terjadi pada anak di bawah usia lima tahun.

Kurangnya bahan bakar juga mengganggu pengumpulan limbah padat.

Hal ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangbiakan serangga dan hewan pengerat yang dapat membawa dan menularkan penyakit secara cepat dan luas.

Menurut WHO, hampir mustahil bagi pusat kesehatan untuk mempertahankan tindakan dasar pencegahan infeksi.

Sehingga meningkatkan risiko infeksi yang disebabkan oleh trauma, pembedahan, dan persalinan.

"Terganggunya kegiatan vaksinasi rutin, serta kurangnya obat-obatan untuk mengobati penyakit menular, meningkatkan risiko percepatan penyebaran penyakit," kata WHO.

(Serambinews.com/Sara Masroni)

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved