Profesor Ikrar Nusa Bhakti: Gibran tak Memiliki Etika Politik, Harusnya Mundur!

Gibran lanjut dia, semestinya bertanya ke dirinya sendiri apakah ia layak maju sebagai cawapres ketika prosesnya memunculkan kontroversi.

|
Editor: Faisal Zamzami
TRIBUNNEWS/IMANUEL NICOLAS MANAFE
Profesor Ikrar Nusa Bakti saat diwawancarai secara khusus oleh News Manager Tribun Network Rachmat Hidayat di Studio Newsroom Tribun Network, Jakarta, Senin (13/11/2023). Prof Ikrar menyoroti majunya Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sebagai Calon Wakil Presiden mendampingi Prabowo Subianto serta dinamika yang terjadi di tengah pencalonan itu. 

Bahkan di dalam kabinet Bung Karno itu pernah ada seorang menteri itu usianya 25 tahun.

Tapi berapa tahun dia sudah aktif dalam partai politik dalam hal ini Parkindo pada saat itu.

Jadi itulah yang menjadi ukuran-ukuran gitu loh, jangan kemudian dilihat usia saja, tapi juga kematangan dia di dalam organisasi dan juga berpolitik.

Saya contoh lain lah misalnya di Australia ya dia menjadi bendahara negara dalam kabinet yang terpilih pada 1983 itu pada usia 38 tahun.

Umur berapa dia aktif di partai buruk 19 Tahun.

Kapan dia menjadi anggota parlemen dari partai buruh 25 tahun dan kemudian 25 tahun ditambah 13 tahun ya jadi dalam 13 tahun itu dia sudah menjadi menteri bayangan anggota parlemen sekaligus menteri bayangan.

Makanya ketika dia diangkat menjadi bendahara negara ya tentunya dia sudah siap.

Demikian juga Menteri Pertahanan dari partai buruh pada saat itu ya usianya sekitar 38 tahun, tapi mereka sudah berpolitik sejak era muda.

Dan saya juga bisa kasih contoh yang lain banyak anak-anak muda di Indonesia juga yang usianya juga sekitar hampir sama dengan Gibran tapi dia mendapatkan ilmu sudah sampai ke tingkat Psd.

Dia juga kemudian pernah bekerja di lembaga-lembaga keuangan internasional dan sebagainya dan sebagainya.

Itulah yang kemudian kalau kita mau melihat itu apple to apple-nya di situ, dengan kemudian dia gara-gara dia menjadi anak-anak presiden kemudian hari ini dia menjadi apa istilahnya sih anggota AMPI, dua hari kemudian bisa menjadi calon wakil presiden dari Partai Golkar.

Kan lucu, maksud saya lucu nih dia menjadi calon wakil presiden dulu di dalam Partai Golkar, baru dia akan mengalami kaderisasi dari budaya politik dia yang tadinya merah menjadi budaya politik dia yang kuning, jadi itu.

Samalah Adiknya juga demikian ya, Kaesang.

Anda lihat masuk partai hari ini dua hari kemudian dia bisa menjadi ketua umum partai PSI.

Jadi itu apakah itu menjadi contoh bagi anak-anak muda untuk kemudian berpolitik dengan cara-cara yang boleh dikatakan ya tidak santun. Seperti yang dikatakan Kaesang, tidak santai juga.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved