Perang Gaza

Iran: Sulit Kalahkan Hamas, Israel Balas Dendam ke Warga Sipil Palestina

Diplomat terkemuka Iran mencatat bahwa anak-anak, perempuan, dan orang tua merupakan 70 persen korban jiwa di Palestina, dan mengecam kebiadaban Israe

Editor: Ansari Hasyim
EPA Via BBC
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian memberikan peringatan mengerikan ke Israel jika tak hentikan serangan ke Gaza. 

SERAMBINEWS.COM - Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian menggarisbawahi bahwa rezim Israel telah berusaha membalas dendam terhadap warga sipil Palestina menyusul kegagalannya melawan kelompok militan Hamas.

Pernyataan tersebut disampaikan Amir Abdollahian dalam pertemuan dengan duta besar asing dan perwakilan organisasi internasional Republik Islam di Teheran.

Diplomat terkemuka Iran mencatat bahwa anak-anak, perempuan, dan orang tua merupakan 70 persen korban jiwa di Palestina, dan mengecam kebiadaban Israel sebagai “genosida” dan “kejahatan perang”.

Dia menunjukkan bahwa Iran akan terus berusaha agar para pelaku kejahatan ini diadili di pengadilan internasional bahkan setelah perang berakhir.

Baca juga: Hamas tak Izinkan Palang Merah Temui Sandera, Minta Militer Israel Tunggu di Perbatasan Rafah Mesir

Amir Abdollahian, sementara itu, mencatat bahwa Amerika Serikat, di satu sisi, meminta Iran untuk mengundang kelompok perlawanan yang membela Gaza untuk menahan diri, dan di sisi lain memberikan dukungan penuh kepada rezim Israel.

Dia menyebut sikap dua sisi AS sepenuhnya paradoks.

Menteri luar negeri Iran mencatat bahwa Iran tidak memiliki kelompok proksi di wilayah tersebut, yang menunjukkan bahwa Republik Islam tidak berhak memberikan tekanan pada kelompok perlawanan.

Sementara itu, ia mengingatkan bahwa AS mengharapkan perlawanan untuk menahan diri, sementara AS tidak berhenti memberikan dukungan militer kepada rezim Israel sepanjang perang bahkan untuk satu jam pun.

Amir Abdollahian juga menunjuk pada apa yang disebut sebagai skema pasca-perang yang dilakukan AS dan Israel di Gaza, mengacu pada saran Washington dan Tel Aviv bahwa wilayah tersebut tidak akan dikuasai oleh gerakan perlawanan Hamas setelah perang tersebut.

Dia menekankan hak bangsa Palestina untuk menentukan nasib sendiri, dan menegaskan kembali usulan Republik Islam bahwa krisis di Palestina harus diselesaikan melalui referendum yang dihadiri oleh seluruh penduduk aslinya.

Baca juga: Pagi Ini Gencatan Senjata Israel-Hamas Dimulai, Ratusan Sandera Dibebaskan

Pada awal Oktober, Hamas melancarkan operasi militer mendadak melalui darat, laut, dan udara melawan Israel.

Kelompok tersebut mengumumkan bahwa hal ini dilakukan sebagai respons terhadap penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina.

Serangan tersebut sejauh ini telah menewaskan lebih dari 1.200 orang dan melukai lebih dari 5.500 orang, menurut pejabat Israel.

Hamas juga mengumumkan pihaknya menyandera antara sedikitnya 200 dan 250 orang.

Menyusul serangan multi-front oleh Hamas, Israel melakukan pemboman besar-besaran di Jalur Gaza, menewaskan lebih dari 14.000 warga Palestina, termasuk sedikitnya 5.800 anak-anak dan lebih dari 3.900 wanita, dan melukai lebih dari 33.000 lainnya, dan meratakan seluruh lingkungan.

Pemboman tersebut, serta perintah pengungsian paksa yang dilakukan oleh Angkatan Darat Israel, juga telah memaksa 1,6 juta orang meninggalkan rumah mereka.

Tel Aviv juga memberlakukan "pengepungan total" terhadap Gaza, memutus pasokan makanan, listrik, bahan bakar dan air. Tindakan ini telah menjerumuskan wilayah yang diblokade tersebut ke dalam krisis kemanusiaan.

Kementerian Kesehatan Gaza telah mengonfirmasi bahwa sistem layanan kesehatan di wilayah yang terkepung telah “runtuh total akibat perang Israel”.

Rumah sakit dan puluhan pusat kesehatan tidak dapat beroperasi karena serangan Israel, menurut kementerian kesehatan di daerah kantong tersebut.

Badan-badan PBB juga telah memperingatkan bahwa situasi kemanusiaan di Jalur Gaza adalah “bencana besar”, dan menyerukan lebih banyak bantuan internasional ketika kondisi memburuk di daerah kantong padat penduduk yang terkepung tersebut.

Para pejabat Iran dalam beberapa pekan terakhir telah memperingatkan bahwa status yang ada di Asia Barat saat ini seperti sebuah tong mesiu yang bisa lepas kendali.

Mereka memperingatkan bahwa jika upaya diplomatik untuk menghentikan serangan Israel tidak berhasil, ada risiko konflik meningkat tak terkendali, dan banyak pemain regional yang ikut serta dalam perjuangan tersebut.

Para pejabat Iran mengatakan gerakan perlawanan Palestina tidak menghadapi kekurangan amunisi dan peralatan militer lainnya dan siap untuk pertempuran panjang dengan Israel dan mereka saat ini sedang mempertimbangkan berbagai pilihan sebagai tanggapan terhadap tindakan agresi dan pemboman tanpa henti rezim Zionis di Jalur Gaza.

Teheran mengatakan sejarah Israel penuh dengan pembunuhan, pembantaian, penyiksaan dan pembunuhan terhadap anak-anak Palestina, dan menggambarkan kekejaman rezim Tel Aviv dan pembantaian terhadap perempuan dan anak-anak Palestina sebagai indikasi kemiskinan Zionis.

Para pejabat Iran mengatakan Tel Aviv telah berjuang selama lebih dari 70 tahun untuk keluar dari krisis identitasnya yang bercampur dengan genosida, penjarahan, pemindahan paksa dan sejumlah tindakan tidak manusiawi lainnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved