7 Hal Tentang Pengungsi Rohingya, Asal dan Penyebab Semakin Banyak yang Menuju ke Indonesia

menurut catatan UNHCR, Badan PBB yang menangani pengungsi, Tanah Rencong telah kedatangan sebanyak 1.075 pengungsi Rohingya.

|
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Amirullah
For Serambinews.com
Imigran Rohingya itu tiba di Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh dari Kota Sabang pada pukul 18.40 WIB, Rabu (22/11/2023). 

Diikuti dengan Malaysia (157.731), Thailand (91.339), India (78.731) dan terakhir Indonesia (882).

Pengungsi Rohingya terdampar di tepi pantai Ujong Kareung, Kota Sabang, Provinsi Aceh, Selasa (21/11/2023).
Pengungsi Rohingya terdampar di tepi pantai Ujong Kareung, Kota Sabang, Provinsi Aceh, Selasa (21/11/2023). (Foto Dokumen Pribadi)

Meskipun jumlah yang masuk ke Aceh, Indonesia sedikit, tapi dalam satu pekan terakhir gelombang pengungsi Rohingya mengalami peningkatan lebih dari 100 persen dengan jumlah sekitar 1.000 orang, sebagaimana diberitakanBBC News Indonesia, Kamis (23/11/2023).

Sementara itu, dalam laporan BBC News Indonesia pada 2021, Direktur Arakan Project, lembaga advokasi HAM Rohingya, Chris Lewa menilai “Indonesia bukanlah negara tujuan” bagi pengungsi Rohingya dalam mencari perlindungan.

“Namun Indonesia menjadi tempat transit karena tidak bisa mendarat di Malaysia atau tidak bisa sampai ke Malaysia," kata Lewa.

Kasus-kasus pengungsi Rohingya yang kabur di Aceh menguatkan pernyataan ini.

Pengungsi Rohingya yang berada di Malaysia pernah mengatakan kepada BBC, bahwa ia ‘berani membayar Rp 20 juta’ untuk mengirim saudara dari Aceh ke Malaysia.

Sementara itu, Pemerintah Malaysia menyatakan tidak lagi menerima pengungsi Rohingya dalam beberapa tahun terakhir, dan ditegaskan kembali pada 2020 lalu.

Di sisi lain, jumlah pengungsi internal Rohingya di Myanmar sejauh ini sebanyak 2 juta jiwa, dan yang kembali ke negara itu dari pengungsian negara lain sebanyak 89.402 jiwa.

Mengapa gelombang pengungsi Rohingya makin banyak ke Indonesia?

Menurut perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Ann Mayman, ada dua faktor yang kemungkinan akan mendorong gelombang pengungsi ke Indonesia.

Pertama, konflik di Myanmar makin buruk.

“Semua orang berkonsentrasi pada apa yang terjadi di Timur Tengah (Gaza) dan Ukraina, sehingga intensifikasi konflik senjata di Myanmar adalah sesuatu yang hampir tidak diberitakan,” katanya.

Kedua, keamanan di kamp-kamp pengungsian Rohingya di Cox’s Bazar, Bangladesh, semakin memburuk: penculikan, pemerasan, pembunuhan, penembakan, dan serangan.

“Para pengungsi tidak cukup terlindungi di Cox's Bazar. Ada peningkatan dalam insiden-insiden tersebut, sehingga mereka khawatir. Mereka takut. Itulah mengapa kami melihat peningkatan,” jelas Ann Mayman.

Mengapa warga Aceh menolak Rohingya?

Perahu atau boat ditumpangi Rohingya di laut kawasan Gandapura sudah ditarik ke pelabuhan Krueng Geukueh, Aceh Utara.
Perahu atau boat ditumpangi Rohingya di laut kawasan Gandapura sudah ditarik ke pelabuhan Krueng Geukueh, Aceh Utara. (For Serambinews.com)

Gelombang pengungsi Rohingya terus berdatangan ke Aceh, dan mendapat penolakan sebagian warga di sejumlah wilayah.

Azwani (65) mengaku sebagai perwakilan warga di Kabupaten Pidie, mengklaim warga menolak karena keberadaan pengungsi Rohingya melanggar “norma-norma yang telah disepakati”.

“Kedua, masuk mereka ke sini, tanpa konfirmasi dengan pihak setempat. Jangan kan dengan kami desa, dengan Mustika (aparatur desa) pun tidak pernah dibicarakan. Oleh karenanya, kami tidak dianggap pemerintah di (kecamatan) Padang Tiji ini, sehingga kami menolak,” kata Azwani.

Sementara perwakilan warga lainnya, Teuku Muslim mengatakan, "Kami atas nama kemanusian, dia (Rohingya) orang Islam, sudah kami terima. Sekarang sudah cukup kami menerima.”

Kepala Desa Lapang Barat di Kabupaten Bireuen, Mukhtar Yusuf, menolak pengungsi dengan alasan tidak ada tempat yang mendukung para pengungsi di wilayahnya.

”Bukan masalah logistik, tapi masalah tempat. Ini kan tempat orang-orang nelayan aktivitas, saya rasa mengganggu,“ ujarnya.

Sementara itu, perwakilan UNHCR di Indonesia, Ann Mayman menyebut pengungsi Rohingya sebagai “orang Palestina di Asia”.

Pihaknya mengakui ada ketegangan yang terjadi di lapangan.

“Kami menjelaskan alasan mengapa orang-orang melarikan diri. Mereka bukan penjahat. Mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan,” kata Ann.

Sebanyak 514 pengungsi Rohingya yang mendarat secara terpisah disejumlah pesisir daerah Aceh, kini telah ditangani dan ditampung di bekas gedung Kantor Imigrasi kelas II TPI Lhokseumawe di Peuntet Kecamatan Blang Mangat, Jumat (24/11/2023)
Sebanyak 514 pengungsi Rohingya yang mendarat secara terpisah disejumlah pesisir daerah Aceh, kini telah ditangani dan ditampung di bekas gedung Kantor Imigrasi kelas II TPI Lhokseumawe di Peuntet Kecamatan Blang Mangat, Jumat (24/11/2023) (FOR SERAMBINEWS.COM)

Selain itu, kata Ann, sebagai “orang Palestina di Asia”, Rohingya tidak cukup mendapat perhatian yang serupa dengan korban konflik di Gaza.

“Inilah masalahnya. Semua orang memalingkan muka dan menyebut mereka sebagai penjahat, yang sama sekali tidak benar,” katanya.

Dalam keterangannya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, “Kejadian semacam ini akan terus berulang selama akar masalahnya tidak diselesaikan, yaitu masalah Rohingya di Myanmar.”

(BBC News Indonesia/Kompas.com/Serambinews.com-Yeni Hardika)

BACA BERITA LAINNYA DI SINI

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved