Berita Banda Aceh

Baitul Mal Aceh Launching Buku Rekam Jejak Dua Windu

Baitul Mal Aceh launching buku Rekam Jejak Dua Windu BMA di Grand Aceh Hotel, Selasa (28/11/2023).

|
Penulis: Indra Wijaya | Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Baitul Mal Aceh launching buku Rekam Jejak Dua Windu BMA di Grand Aceh Hotel, Selasa (28/11/2023). Buku yang menceritakan tentang perjalanan lembaga amil zakat itu selama dua dekade tersebut diharapkan dapat terekam dengan baik dan menjadi bagian pengetahuan bersama 

Laporan Indra Wijaya | Banda Aceh 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Baitul Mal Aceh launching buku Rekam Jejak Dua Windu BMA di Grand Aceh Hotel, Selasa (28/11/2023).

Buku yang menceritakan tentang perjalanan lembaga amil zakat itu selama dua dekade tersebut diharapkan dapat terekam dengan baik dan menjadi bagian pengetahuan bersama.

Selain itu launching buku, kegiatan itu juga turut dilakukan bedah isi buku dengan narasumber Prof Dr Nazaruddin A. Wahid, MA, Dr M. Jamil Ibrahim, SH MH MM, Pimpinan Redaksi Serambi Indonesia, Zainal Arifin M Nur diwakili News Manager Serambi Indonesia, Bukhari M Ali dan Ihan Nurdin.

Buku yang dituliskan oleh Hayatullah Zuboidi, Ihan Nurdin, Riza Rahmi, Roly Triwahyudi dan Shafwan Bendadeh itu mendapat respon positif dari para audiens. 

Buku tersebut dibedah secara tuntas oleh para pakar di bidangnya. Ada banyak masukan yang diberikan untuk penyempurnaan BMA ke depannya.

Baca juga: Melompat ke Sungai Saat Dikejar Keluarga, Warga Aceh Selatan Ditemukan Meninggal di Aceh Barat

Anggota Badan BMA, Dr Abdul Rani Usman, MSi dalam sambutannya mengatakan, menunaikan zakat merupakan kewajiban negara dan agama.

Resmi berdiri sejak 1973, Baitul Mal bertujuan untuk melakukan pengelolaan, pengawasan, peningkatan manfaat zakat, infak harta.

“Melalui buku ini kita ingin mensosialisasikan dan mendakwahkan ziwaf kepada muzakki dan mustahik,” kata Rani.

Ia mengatakan, untuk tahun ini pihaknya BMA sudah mencetak enam buku ziwaf yang mana salah satunya tentang rekam jejak BMA.

Diharapkan dengan buku itu masyarakat lebih mengetahui bagaimana sejarah BMA, program apa saja yang ditawarkan.

“Kami mengimbau para muzakki saling memberikan informasi ziwaf kepada muzakki dan mustahik guna mengurangi kemiskinan di Aceh,” pungkasnya.

Baca juga: 2 Oknum TNI Ditangkap karena Terlibat Penyerang Kantor Satpol PP Kota Denpasar, 6 Orang Terluka

Sementara itu salah seorang narasumber Prof Dr Nazaruddin A. Wahid mengatakan, berdasarkan UU No 11 Tahun 2006 zakat kini masuk menjadi pendapatan asli daerah (PAD), kemudian dikuatkan dengan Qanun No 10 tahun 2018. 

Maka kata dia, secara otomatis itu dikelola oleh pemerintah. Menurutnya hal tersebut penting dilakukan penyempurnaan agar lebih baik. 

“Zakat, infaq dan shadaqah menjadi satu pilar penting untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat miskin di Aceh. Karena kita tahu jumlah zakat, infaq dan shadaqah mengalami peningkatan,” kata Nazar. 

Namun kata dia, ia melihat di dalam buku berjudul Rekam Jejak Dua Windu Baitul Mal Aceh itu belum menceritakan permasalahan di atas.

Pasanya secara makro ekonomi, jika masyarakat miskin jumlahnya meningkat, jumlah penerima dari kelompok miskin juga akan meluas.

Hal itu juga akan meningkatkan konsumsi masyarakat itu akan meningkat. Jika itu meningkat, produksi ikut naik dan berimbas kepada pertumbuhan tenaga kerja.

Tahap ketiga ini harus betul-betul menjadi pertumbuhan ekonomi masyarakat miskin di Aceh.

Baca juga: Kerusakan Infrastruktur di Aceh Barat Akibat Banjir Capai Rp 34,5 Miliar

“Tapi saya tidak melihat kemana infaq ini akan dikelola. Untuk wakaf saya melihat sistemnya masih jalan di tempat.

Saya pikir ke depan kita harus menjadi wakaf sebagai instrumen penting dalam pertumbuhan. Apalagi sekarang kita sudah memiliki regulasi wakaf uang,” pungkasnya.

Sementara itu salah seorang penulis buku tersebut Ihan Nurdin mengatakan, bahwa buku tersebut lebih menceritakan bagaimana sejarah berdirinya baitul mal.

Pesan itu nantinya diharapkan akan menjadi bekal bagi orang dimasa depan, kemana akan membawa BMA tersebut.

Dikatakan Ihan, buku itu juga sebagai bentuk legacy terhadap apa telah dilakukan orang yang terdahulu.

Baca juga: Alami Sakit, Perantau Aceh Meninggal Dunia di Malaysia

Selama masa penulisan juga ia mendapatkan informasi baru dan pengalaman baru tentunya.

Menurutnya, segala bentuk laporan pemerintah dapat disajikan dengan bahasa populer sehingga masyarakat lebih mudah memahami.

“Proses yang tidak kami lupakan dalam tulisan ini kami melakukan riset, mulai dari jurnal literasi dan sebagainya. Buku ini meski banyak mengulas dokumen, wawancara juga kami lakukan,” tutupnya

Baca juga: VIDEO Kena Mental Dirujak Netizen Indonesia Secara Massive, IDF Ngadu ke Polisi Israel & Interpol

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved