Kupi Beungoh
Prabowo dan Mualem, Komitmen Dua Jenderal untuk Aceh
MUZAKIR Manaf (Mualem) menjadi pemegang komando pemenangan Prabowo Subianto pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 untuk Provinsi Aceh
Saya tentu tidak bertanya-tanya kepada Mualem mengapa harus bersama Prabowo lagi. Mualem sudah jelas memiliki sikap kesetiaan yang teramat tinggi.
Pada dua Pemilu sebelumnya, dalam hitung-hitungan politik memang Prabowo kalah dalam Pilpres.
Di semua survei, memenangkan Jokowi sebagai Presiden RI. Kali ini, berbagai survei menempatkan Prabowo sebagai pemenang Pemilu.
Bahkan ia digandrungi kalangan muda, sehingga muncul berbagai jargon kepadanya, seperti Prabowo Gomey dan All in Prabowo-Gibran. Ini sesuatu yang tidak dimiliki menyentuh Prabowo pada Pilpres sebelumnya.
Baca juga: Pernah Gagal 4 Kali, Kata Prabowo Jika Kalah Lagi di Pilpres 2024: Saya Akan Naik Gunung, Pensiun
Berkaca dari situ, maka pada Pilpres kali ini Prabowo bakal menjadi Presiden RI setelah era-Jokowi. Maka apa sebetulnya yang menjadi kebaikan bagi Aceh.
Karena itu, yang saya ingin tahu adalah komitmen yang terjalin antara Prabowo dan Mualem untuk Aceh? Itulah yang saya tanyakan kali ini.
Secara singkat, Mualem menjelaskan bahwa: pertama perjanjian MoU Helsinki perlu berjalan utuh.
“Di situ secara menyeluruh berisi berbagai kebaikan untuk Aceh, semuanya mengarah pada kesejahteraan rakyat Aceh,” kata Mualem.
Baca juga: Mualem Ditunjuk Jadi Dewan Pembina Repnas Saat Deklarasi Prabowo-Gibran
Mualem menyampaikan bahwa yang paling penting saat ini adalah membangun ekonomi Aceh untuk peningkatan kesejahteraan rakyat Aceh.
Selama ini, Aceh terpuruk dalam kemiskininan, dan ini harus diberikan solusi yang cepat.
Salah satu jalannya adalah meningkatkan anggaran Pembangunan Aceh, yaitu memperjuangkan perpanjangan dana Otsus dan meningkatkan jumlahnya.
Peruntukannya sesuai dengan reflek ekonomi rakyat Aceh. Sehingga penggunaan anggarannya membumi dengan Aceh.
Baca juga: Tu Sop Ajak Semua Pihak Jaga Keharmonisan di Tahun Politik
Hal itu dilakukan bersamaan dengan membangun sumber daya manusia di Aceh. Di sini adalah berbicara peningkatan anggaran untuk membangun kekuatan pendidikan.
Pendidikan yang dimaksud, bukan hanya beasiswa untuk pendidikan umum seperti sekolah-sekolah, tetapi juga beasiswa bagi santri-santri di dayah-dayah, serta memperkuat pendidikan vokasi.
Pada Pembangunan SDM tersebut, dibutuhkan sarana dan prasarana seperti lembaga riset dan penelitian, serta sentra teknologi digital semacam Aceh Digital Park.
Pembelajaran Mendalam 'deep learning', Dalam Pandangan Islam Dan Prakteknya |
![]() |
---|
Tarbiyah Jinsiyah: Bukan Hal Tabu, tapi Kebutuhan Mendesak bagi Anak-anak Kita |
![]() |
---|
Teumeunak, Media Sosial, dan Tong Sampah Kebencian |
![]() |
---|
Hari Anak Nasional: Selamatkan Anak dari Kecanduan Gadget! |
![]() |
---|
Hilirisasi Aceh: Dari Pemasok Mentah Menuju Daerah Bernilai Tambah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.