Rohingya

Tak Ada Lapangan Kerja dan Kurangnya Jatah Makanan Jadi Alasan Rohingya Kabur dari Kamp Bangladesh

UNHCR mengungkap, 60 persen kapal pengungsi Rohingya yang melakukan perjalanan laut dari kamp pengungsi Bangladesh memang memilih tujuan ke Indonesia.

Penulis: Yeni Hardika | Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Ratusan warga Rohingya kembali terdampar di tepi pantai di Kecamatan Muara Tiga (Laweung), Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, Selasa (14/11/2023) sekitar pukul 11.30 WIB. 

Di kamp-kamp yang tertutup di wilayah timur Bangladesh, para pengungsi mengeluhkan meningkatnya kekerasan geng.

Selain itu, kurangnya lapangan pekerjaan, tidak adanya kesempatan bersekolah hingga terbatasnya jatah makanan juga disebut menjadi penyebab para pengungsi memilih kabur dari kamp pengusian di Bangladesh dan melakukan perjalanan laut.

Program Pangan Dunia PBB, sumber utama bantuan pangan bagi para pengungsi memang telah memotong nilai uang bulanan di kamp-kamp pengungsian untuk kedua kalinya pada tahun ini.

Badan itu telah menyalahkan kurangnya dukungan para donatur yang membuat mereka harus kembali memangkas uang bulanan bagi para pengungsi.

Kini, para pengungsi dijatah rata-rata USD 8 atau Rp 124 ribu per orang.

“Dalam ketidakpastian masa depan dan dalam situasi berbahaya di kamp-kamp ini, di mana terjadi pemerasan dan kekerasan geng serta kurangnya jatah makanan dan pengangguran serta tidak adanya kesempatan pendidikan, semua hal ini mendorong orang-orang untuk melakukan perjalanan laut yang berbahaya,” kata seorang pengungsi Rohingya, Mohammed Rezuwan Khan dikutip dari VOA.

Dia mengatakan bahwa saudara perempuan dan keponakannya melarikan diri dari kamp dengan perahu tahun lalu, menuju Indonesia, dan mereka semua tahu risikonya.

“Tetapi ketika orang-orang tidak punya pilihan lain, ketika orang tidak dapat melakukan perjalanan dengan paspor seperti orang-orang lain di dunia,"

Baca juga: Fakta-fakta Pengungsi Rohingya: Larikan Diri dari Bangladesh, Satu Orang dapat Rp 124 Ribu per Hari

"Ketika orang-orang tidak memiliki harapan untuk kembali ke Myanmar dalam waktu dekat dalam beberapa tahun mendatang,"

"Ketika orang-orang mengalami banyak penderitaan di kamp pengungsian, maka perjalanan tersebut menjadi pilihan terakhir dan tidak dapat dibatalkan,” kata Khan.

“Ini seperti melempar koin,” katanya. “Mereka bilang, kami akan bertahan atau kami akan mati," ujarnya.

Indonesia jadi tujuan

Melansir Serambinews.com, menurut pengungsi Rohingnya, alasan mereka ingin sekali menuju Indonesia karena negara tersebut masih bersedia menampung mereka dan memberikan kehidupan yang layak.

UNHCR juga mengungkapkan, kapal-kapal pengungsi Rohingya yang melintasi Laut Andaman memang memilih tujuan ke Indonesia.

Jumlah tersebut naik menjadi 60 persen di tahun 2023, dibandingkan tahun 2022 yang hanya 22 persen.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved