Pojok UMKM

Bermodal Rp 200 Ribu, Muna Menjadi Pengusaha Keripik di Saree

“Modal awal kami hanya Rp 200 ribu. Dari modal sebesar ini kami gunakan untuk membeli kacang kedelai, minyak goreng dan lain-lain,” ujar Muna

Editor: IKL
FOR SERAMBINEWS.COM
Muna (kanan), owner keripik Muqty Saree 

"Saat ini kami menghabiskan bahan baku ubi sekitar 700 kg per hari. Sebagian ubi berasal dari kebun sendiri di Saree, sebagian lagi dari Matang, dan ubi rambat dari Medan,”

MUNA | Owner Muqty Saree, Aceh Besar

SERAMBINEWS.COM, SAREE – Banyak cara menjadi sukses dalam sebuah usaha. Jatuh bangun dalam membina sebuah usaha adalah hal wajar. Keyakinan itu tertanam kuat di benak Muna (48) dan suami yang merintis usaha di puncak pegunungan Saree, Aceh Besar.

Sejak kecil, Muna bercita-cita menjadi penguasa. Terlahir dari keluarga biasa tak menjadi penghalang bagi Muna dalam mewujudkan mimpi. Ia merintis cara berbeda dalam mewujudkan cita-citanya, yaitu harus memiliki ketampilan (skill).

Kebetulan di dekat tempat dia tinggal, Saree, terdapat Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian (SMK-PP), sebelumnya bernama SPP-SPMAN Negeri Saree. Muna memutuskan sekolah di SMK PP. Di sini Muna lebih belajar tentang potensi pertanian dan pengolahannya.

Setelah tamat SMK-PP Saree, Muna tak melanjutkan kuliah ke Banda Aceh. Karena terkendala biaya, Muna memilih untuk tetap tinggal di Saree, Aceh Besar. Setelah SMK-PP Saree tahun 1993, Muna mencoba peruntungan dengan mejadi pengolah keripik. Tapi karena kondisi Aceh yang dilanda konflik berdampak pada mobilitas penduduk agak sepi. Usahanya pun tak berjalan sesuai harapan.

Meski bisnis yang baru dirintis sempat macet, semangat Muna tak pernah memudar. Dia tetap bergerak dan berusaha. Dia yakin bahwa ikhtiar yang dia lakukan akan berbuah manis pada masanya.

Mulai tahun 2004, Muna mulai menekuni bisnis baru, yaitu mengolah kacang kedelai menjadi tempe. Tempe itu kemudian untuk diolah keripik ukuran telapak tangan. Keripik dia masukkan dalam kemasaran plastik untuk kemudian dia tempatkan di kios-kios yang ada di sepanjang tepi jalan raya di Saree.

Keripik tempe olahan Muna disukai pasar. Selain rasnya gurih, tempe ini tak mengandung bahan pengawet. Dari usaha ini, Muna dapat mengasapi dapur, menyekolahkan anak-anak dan sebagian dia tabung.

“Modal awal kami hanya Rp 200 ribu. Dari modal sebesar ini kami gunakan untuk membeli kacang kedelai, minyak goreng dan lain-lain,” ujar Muna saat ditemui di Saree beberapa waktu lalu.

Usaha milik Muna ternyata terus berkembang setelah penandatangan MoU Helsinki 15 Agustus 2005. Lalu Lalang manusia yang melewati Saree terus meningkat dari hari ke hari. Permintaan produk usaha, mikro, kecil dan menengah (UMKM) terus mengalami peningkatan.

Keripik Muqty Saree

Setelah modal terkumpul dalam jumlah memadai, Muna dan suami memutuskan ekspansi usaha dari rumah ke tepi jalan raya. Dia sudah membeli lahan di pinggir nasional, kira-kira 2 KM sebelum pusat pasar Saree, jika dilalui dari Banda Aceh.

Di tempat baru ini, Muna dan keluarga memulai usaha baru, yaitu membuat keripik ubi skala besar. Dia memproduksi keripik aneka bentuk: Keripik singkong berbagai rasa, kentang, cakar ayam dan lain-lain. Mereknya: Muqty.

“Saat ini kami menghabiskan bahan baku ubi sekitar 700 kg per hari. Sebagian ubi berasal dari kebun sendiri di Saree, sebagian lagi dari Matang, dan ubi rambat dari Medan,” ujar Muna.

Keripik dan ceker ayam “Muqty” laku keras di pasar. Muna memasarkannya ke Aceh Barat, Aceh Besar, Aceh Utara, selain di Saree.

“Setiap Selasa, pedagang dari berbagai daerah mengambil keripik dan ceker ayam ke sini,” sebut Muna kepada Aswar R Paya saat berkunjung ke tempat usahanya di Saree.

Dari usaha ini, Muna mempekerjakan empat orang karyawati. Muna bersedia berbagi informasi tentang usaha mikro. Dia dapat dihubungi di nomor HP/WA: 081264348355. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved