Perang Gaza

Tanggapi Mossad, Hamas tak akan Bernegosiasi Pertukaran Tahanan Kecuali Israel Hentikan Serangan

Hamas menegaskan kembali pendiriannya untuk tidak melakukan negosiasi pertukaran tahanan kecuali agresi Zionis terhadap rakyat kami berhenti untuk sel

Editor: Ansari Hasyim
JACK GUEZ/AFP
Gambar yang diambil dari Israel selatan dekat perbatasan dengan Jalur Gaza pada 9 Desember 2023, menunjukkan asap membubung selama serangan Israel di Gaza di tengah pertempuran yang sedang berlangsung dengan kelompok militan Hamas Palestina. 

SERAMBINEWS.COM - Kelompok pejuang Hamas mengatakan mereka tidak akan melakukan perundingan mengenai pertukaran tahanan lebih lanjut tanpa Israsel mengakhiri serangan ke Jalur Gaza.

“Hamas menegaskan kembali pendiriannya untuk tidak melakukan negosiasi pertukaran tahanan kecuali agresi Zionis terhadap rakyat kami berhenti untuk selamanya,” kata pejabat senior Hamas seraya menambahkan bahwa pesan tersebut telah disampaikan kepada semua mediator yang terlibat.

Komentar ini muncul ketika para pejabat Qatar dan Israel dilaporkan bertemu pada akhir pekan untuk menjajaki kemungkinan dimulainya kembali pembicaraan mengenai pembebasan sandera mereka yang masih ditahan di Gaza.

Baca juga: Keluarga Tawanan Mogok Makan, Minta Netanyahu Hentikan Perang untuk Bebaskan Sandera

Peluang untuk mencapai kesepakatan nampaknya kecil karena kabinet perang Israel dengan jelas menyatakan bahwa mereka tidak mempunyai niat untuk menghentikan pertempuran di wilayah tersebut.

Sementara itu Media Israel melaporkan bahwa kepala agen mata-mata Mossad telah menerima lampu hijau untuk memulai kembali perundingan dengan mediator.

Hal ini terjadi setelah laporan mengatakan bahwa David Barnea akan melakukan perjalanan ke Eropa dalam beberapa hari ke depan untuk bertemu dengan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani untuk kedua kalinya hanya dalam waktu kurang dari seminggu.

Al Thani juga menjabat sebagai menteri luar negeri Qatar.

Dia baru tiba beberapa hari yang lalu di Israel, setelah bertemu dengan Al Thani mungkin untuk membahas dimulainya kembali perundingan.

Ada indikasi sebelumnya bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menghalangi pimpinan Mossad untuk memulai kembali perundingan tersebut, dengan mengatakan bahwa tekanan militer adalah satu-satunya cara untuk membawa kembali para tawanan.

Baca juga: Hamas tak akan Tukar Tawanan Tentara Israel Sebelum Agresi Berakhir, Siap Kembali ke Medan Tempur

Ketika ditanya mengenai hal itu dalam konferensi pers Sabtu lalu, Netanyahu menangkis pertanyaan tersebut.

Namun setelah ketiga tawanan Israel tersebut dibunuh oleh militer Israel, terdapat peningkatan tekanan untuk memulai kembali dialog.

Kabinet Perang Israel tak Peduli Lagi dengan Sandera

Sebelumnya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang memimpin Kabinet Perang Israel, mencegah kepala Mossad David Barnea melakukan perjalanan ke Qatar awal pekan ini untuk mengkaji kemungkinan mencapai kesepakatan lain untuk membebaskan sandera yang ditahan oleh Hamas di tengah berlanjutnya pertempuran di Gaza, saluran penyiaran Israel Keshet baru-baru ini melaporkan.

Menurut laporan tersebut, Menteri Benny Gantz, yang bertugas di Kabinet Perang, percaya bahwa Israel perlu menemukan peluang untuk memperbarui proses tersebut.

Namun Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant yakin perlu menunggu sampai Hamas memberi sinyal kesediaannya untuk berkomitmen pada kesepakatan lain menyusul meningkatnya tekanan militer.

Menanggapi laporan tersebut, Forum Keluarga yang Diculik dan Hilang mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Keluarga para sandera terkejut dengan laporan penolakan permintaan direktur Mossad untuk merumuskan kesepakatan pembebasan para sandera. Keluarga menuntut klarifikasi segera dari perdana menteri dan anggota Kabinet Perang dan segera kembali ke perundingan. Keluarga percaya bahwa para sandera dibunuh oleh teroris Hamas setiap malam. Kami bosan dengan sikap apatis dan tidak adanya tindakan.”

Pernyataan itu menambahkan, “Laporan penolakan permintaan pimpinan Mossad untuk merumuskan kesepakatan pembebasan para tawanan merupakan tambahan dari pengabaian permintaan orang tua untuk bertemu dengan perdana menteri dan menteri pertahanan, yang belum tercapai.

Keluarga tersebut menuntut penjelasan segera dari perdana menteri dan anggota kabinet dan untuk memecahkan kebuntuan dalam negosiasi.

Sementara itu, sumber-sumber Mesir melaporkan kepada surat kabar Qatar Al-Araby Al-Jadeed bahwa Kairo menerima pesan dari pemerintah Israel yang menyatakan keinginannya untuk terlibat dalam negosiasi baru untuk mencapai kesepakatan pembebasan sandera lainnya.

Hal ini mencakup gencatan senjata kemanusiaan, seperti perjanjian sebelumnya melalui mediasi Qatar-Mesir-Amerika.

Menurut laporan itu, pejabat politbiro Hamas Basem Naim membantah adanya negosiasi baru antara mediator dan Hamas mengenai kesepakatan tambahan.

“Sejauh ini pernyataan resmi Hamas,” kata Basem.

Sumber Mesir lebih lanjut mencatat bahwa tampaknya pihak Israel melihat tentangan kuat dari beberapa mediator.

Dia menambahkan bahwa para pejabat senior Qatar tidak puas dengan cara Israel beroperasi dalam beberapa hari terakhir selama putaran terakhir perundingan, dan bahwa para mediator merasa dimanipulasi oleh Israel.

Pejabat Mesir tersebut meyakini dominasi Hamas di Jalur Gaza dan kegagalan operasi IDF untuk menyelamatkan salah satu tawanan Israel mempengaruhi proses negosiasi yang sedang berlangsung.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved