Berita Banda Aceh

Gubernur Imbau Khatib Jumat Besok di Seluruh Aceh Angkat Peringatan Tsunami Jadi Tema Khutbah

Imbauan itu disampaikan Gubernur Aceh dalam surat Nomor 451/18574 tanggal 21 Desember 2023 Masehi/8 Jumadil Akhir 1445 Hijriah. 

|
Penulis: Jamaluddin | Editor: Mursal Ismail
Serambinews.com/Sari Muliyasno
Kadis Syariat Islam Aceh, Zahrol Fajri SAg MH 

Ketiga, dalam memaknai peristiwa besar nan memilukan itu, tentunya kita juga harus bertekad untuk melakukan perubahan-perubahan yang juga besar di dalam hidup kita. Berserah diri bukan berarti meninggalkan konsep ikhtiar.

Namun sebaliknya, jika musibah itu kita artikan sebagai teguran Allah yang disebabkan oleh sesuatu yang mungkin sudah menyebabkan Allah murka, maka ikhtiar untuk menghadirkan perubahan dalam hidup kita dan menciptakan kondisi yang membuat Allah ridha kepada kita menjadi wajib, walaupun terkadang kita berada dalam kondisi yang membuat kita putus asa.

Keempat, Kerapuhan nilai dalam masyarakat terkadang merupakan konsekuensi dari pudarnya kepedulian kolektif yang dipicu oleh perubahan tatanan kehidupan sosial politik dan budaya.

Akibatnya, masyarakat secara tidak sadar dan secara perlahan tergiring untuk menjadi lebih permisif dan masa bodoh pada hal-hal yang tidak terkait langsung dengan diri mereka.

Akhirnya pudarlah nilai-nilai amar makruf dan nahi mungkar dari sanubari masyarakat serta tumbuhanlah nilai-nilai negatif atau perilaku buruk yang semakin hari semakin sulit untuk disembuhkan.

Baca juga: Safitri Bakar Rumah Orangtuanya di Deli Serdang, Marah Tak Diberi Uang Buat Beli Sabu

Fenomena seperti inilah yang kemudian dapat menyebabkan turunnya teguran atau azab dari Allah yang apabila itu terjadi bukan hanya akan dirasakan oleh orang-orang yang berbuat zalim saja, tapi juga oleh seluruh masyarakat.

Untuk itu, mari kita renungkan dan saling mengingatkan tentang beberapa hal.

Pertama, Mari kita terus mengingatkan sesama akan pentingnya bersabar terhadap musibah, karena setiap musibah adalah takdir Allah yang tidak bisa ditolak.

Yang membedakan adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapi musibah tersebut.

Kedua, Sangat penting untuk selalu belajar dari masa lalu, baik berupa kegemilangan agar dapat diwujudkan kembali maupun berupa malapetaka agar dapat dihindari di masa mendatang.

Allah dalam Al-Qur’an sering menyebutkan bahwa kemenangan hanya milik orang-orang yang selalu melihat keterpurukan di masa lalu.

Baca juga: Putra Aceh Besar Lulus Summa Cum Laude di Maroko, Tesisnya soal Akidah Sesat dan Penanggulangannya

Ketiga, Kita sebagai bangsa harus terus membuat komitmen dan tekad untuk menghadirkan perubahan yang signifikan dalam hidup kita.

Kehidupan muslim tidak boleh stagnan atau malah menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

Terakhir atau Keempat, Kita harus menyadari bahwa kolektifitas sangat diperlukan dalam membangun sebuah masyarakat yang madani.

Kolektifitas bukan hanya berlaku ketika Allah memberikan kemakmuran bagi sebuah Masyarakat, tapi juga berlaku ketika Allah menimpakan musibah kepada mereka. (*)


Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved