Info Kesehatan Aceh

Tanda dan Gejala Awal Difteri, Disebabkan Oleh Bakteri, Racunnya Bisa Menyebar ke Jantung dan Saraf

dr Hinki menjelaskan, racun yang dihasilkan oleh bakteri penyebab difteri dapat menyebar melalui aliran darah.

Penulis: Yeni Hardika | Editor: Agus Ramadhan
Kolase/Tribunnews
Ilustrasi - Waspada Wabah Difteri yang Sebabkan Kematian. 

SERABINEWS.COM - Penyakit difteri merupakan satu dari penyakit menular yang patut diwaspadai.

Seseorang yang terserang difteri perlu segera mendapat perawatan.

Jika tidak, penyakit ini bisa berpotensi menimbulkan komplikasi pada penderitanya, bahkan berisiko menyebabkan kematian.

Selain itu, difteri juga bisa menular dengan cepat hanya melalui kontak fisik dengan penderitanya atau barang yang terkontaminasi, dan melalui percikan ludah dari batuk atau bersin yang tidak sengaja terhirup.

Oleh sebab itu, masyarakat perlu mengenali tanda-tanda atau gejala difteri agar penanganan dapat segera dilakukan.

Terutama bagi para bunda atau ibu, sangat penting mengetahui apa saja gejala yang menunjukkan penyakit difteri, karena penyakit ini lebih rentan menyerang anak-anak di bawah 5 tahun.

Untuk diketahui, isu difteri hingga saat ini masih menjadi perhatian sejumlah negara, tak terkecuali Indonesia yang jumlah kasusnya terus meningkat seiring tahun.

Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, sejak 1 Januari hingga 4 November 2017, dilaporkan ada sebanyak 591 kasus difteri yang ditemukan dengan 32 kematian di 95 Kabupaten/Kota di 20 Provinsi di Indonesia. 

"Sementara pada kurun waktu Oktober – November 2017 ada 11 provinsi yang melaporkanan terjadinya KLB Difteri di wilayah kabupaten/kota-nya," sebut Kemenkes, dikutip dari laman resminya.

Baca juga: Ternyata Begini Cara Difteri Menular, Orang Tua Wajib Waspada

Satu diantara 11 daerah yang ditetapkan berstatus KLB Difteri yakni Aceh.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh mencatat, sebanyak 30 kasus difteri ditemukan sepanjang 2022. Tiga diantaranya dilaporkan meninggal dunia.

Jumlah kasus difteri sedikit mengalami peningkatan pada tahun ini.

Per November 2023, kasus difteri yang dilaporkan sebanyak 33 kasus dengan angka kematian sebanyak 2 orang.

Untuk menekan kasus penyebaran difteri, penting bagi masyarakat mengenali gejalanya.

Sehingga penanganan terhadap penderita serta penyebarannya bisa segera dilakukan.

Tanda dan Gejala Awal Difteri

Menurut Kemenkes, gejala difteri muncul 2 sampai 5 hari setelah seseorang terinfeksi bakteri penyebab difteri.

Dalam beberapa kasus, penderita difteri juga mungkin tidak mengalami dan menunjukkan gejala apa pun.

Sementara sebagian penderitanya bisa mengalami gejala ringan yang menyerupai flu biasa.

Gejala difteri yang paling khas adalah terbentuknya lapisan abu-abu tebal pada tenggorokan dan amandel.

Selain lapisan abu-abu di tenggorokan, penderita difteri juga mungkin mengalami gejala batuk, suara serak dan sakit tenggorokan.

Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr Munawar SpOG menjelaskan sebanyak 94 persen kasus difteri mengenai tenggorokan daerah tonsil dan faring.

Baca juga: Apa Penyebab Difteri? Simak Langkah-Langkah Pencegahannya, Ingat! Penyakitnya Sangat Mudah Menular

Pada keadaan lebih berat yang memang sering terjadi di Aceh, penyakit ini dapat ditandai dengan kesulitan menelan, tidak bisa makan, hanya bisa minum sedikit-sedikit, sesak napas, stridor atau suara kasar/serak, dan pembengkakan pada leher yang tampak seperti leher sapi (bullneck).

Adapun gejala difteri lain yang dapat muncul meliputi:

1. Demam lebih dari 38 derajat celcius.

2. Nyeri atau sakit saat menelan

3. Leher membengkak akibat pembengkakan kelenjar leher.

4. Sesak napas disertai bunyi.

Penyebab Difteri

Difteri adalah penyakit yang menyerang sistem pernapasan atas dan tenggorokan.

Kondisi ini menyebabkan selaput jaringan mati dan menumpuk di tenggorokan dan amandel.

Akibatnya, penderita difteri mengalami kesulitan bernapas dan menelan.

Dr.dr.Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), ahli infeksi tropik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan, penyakit difteri diakibatkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae.

Kuman difteri menyebar melalui percikan air liur di udara, misalnya bersin dan batuk, sehingga amat mudah menular. Jadi, pasien difteri harus diisolasi.

"Isolasi juga bertujuan untuk membuat pasien tidak tertular infeksi lain sehingga daya tahan tubuhnya menguat," ujarnya seperti dilansir dari Kontan.co.id.

Menurut dokter yang akrab disapa Hinki ini, difteri mematikan karena bakteri penyebabnya akan menghasilkan toksin dan membentuk membran putih tebal di tenggorokan atau amandel.

Baca juga: Waspada Penyakit Difteri, Ini Penjelasan Dokter dan Cara Mencegahnya

"Membran putih itu dalam beberapa hari akan menutup saluran napas sehingga pasien sesak.

Jika terus turun ke saluran napas bawah, pasien makin susah bernapas sehingga harus dilubangi lehernya untuk memberi jalan napas," kata Hinki.

Komplikasi akibat difteri

Difteri juga dapat menimbulkan komplikasi bagi penderitanya.

dr Hinki menjelaskan, racun yang dihasilkan oleh bakteri penyebab difteri dapat menyebar melalui aliran darah.

Penyebarannya bisa ke bagian tubuh lainnya, termasuk jantung hingga saraf yang berisiko menimbulkan kematian.

Untuk mencegah komplikasi tersebut, pasien harus dibawa ke dokter dalam kurun waktu 72 jam setelah tertular.

"Karena penyakit ini disebabkan oleh bakteri, penangannya dengan diberikan antibiotik dan juga serum antidifteri. Pasien juga harus diisolasi, diberi asupan makanan dan cairan agar kekebalan tubuh kuat. Sementara anggota keluarganya divaksin," ujar Hinki.

Pencegahan Difteri

Penyakit difteri dapat dicegah dengan melakukan beberapa upaya.

Namun satu-satunya pencegahan difteri yang diyakini paling efektif adalah mendapatkan vaksinasi difteri.

Dilansir dari laman resmi Kemenkes, berikut beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah difteri dan penyebarannya.

Baca juga: Ini Gejala Difteri, Bahaya dan Cara Pencegahan Penyakit yang Bisa Mengancam Nyawa Ini

1. Imunisasi DPT

Imunisasi difteri pada anak dilakukan beberapa kali sejak usia bayi.

Imunisasi ini sudah termasuk dalam 15 jenis imunisasi rutin yang merupakan program nasional dari pemerintah.

Imunisasi difteri yang diberikan dalam bentuk kombinasi, terdiri dari vaksin difteri, vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis), atau disebut imunisasi DPT yang dibagi menjadi dua tahap, yakni imunisasi dasar dan lanjutan.

Imunisasi dasar wajib dilakukan dengan pemberian vaksin DPT-HB-Hib sebanyak tiga dosis ketika bayi berusia 2, 3, dan 4 bulan.

Vaksin ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, meningitis, dan pneumonia yang disebabkan oleh Haemophylus influenzae tipe B.

Setelah menerima 3 dosis imunisasi dasar DPT-HB-Hib, dilanjutkan dengan 1 dosis imunisasi lanjutan DPT HB-Hib pada bayi saat berusia 18 bulan.

Kemudian imunisasi difteri lanjutan diberikan sebanyak tiga kali bagi anak usia sekolah dasar.

Imunisasi difteri lanjutan ini mencakup 1 dosis imunisasi DT pada anak kelas 1 SD, dan imunisasi Td pada anak kelas 2, dan 5.

Tidak hanya pada anak-anak, imunisasi juga perlu dilakukan oleh orang dewasa.

Sebab kekebalan dari vaksin lama kelamaan akan berkurang, serta tidak menutup kemungkinan orang dewasa bisa menjadi carrier (pembawa) kuman difteri tanpa menunjukkan gejala.

Sebagai vaksin penguat atau tambahan bagi orang dewasa biasanya diberikan pada usia produktif (15-39 tahun).

Baca juga: 76 Persen Penderita Kasus Difteri di Aceh Tak Imunisasi

Baca juga: Kasus Difteri di Aceh Terus Meningkat, Penyebabnya Karena Rendahnya Cakupan Imunisasi pada Bayi

2. Konsultasi dengan Dokter

Konsultasikan dengan dokter jika anak belum mendapatkan vaksin DPT, terutama jika sudah berusia lebih dari 7 tahun

3. Antibiotik

Selain untuk mengatasi difteri, antibiotik juga dapat diberikan pada orang yang kontak dekat dengan penderita sebagai pencegahan.

Pencegahan difteri juga dapat dilakukan dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta menerapkan protokol kesehatan terutama memakai masker dan menjauhi kerumunan.

Jika mendapati anak mengalami gejala penyakit difteri, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk segera mendapatkan penanganan. (*)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved