Berita Aceh Timur

Jembatan Penghubung Antar Desa di Aceh Timur Nyaris Putus, 700 Warga Terancam Terisolir

"Kalau putus ini masyarakat akan terisolir karena ini jembatan ini penghubung desa kami, akses lain sangat jauh mencapai 42 Km lebih, kami harus ...

Penulis: Maulidi Alfata | Editor: Nurul Hayati
Foto: Kepala Desa Srimulya.
Masyarakat Desa Srimulya, Kecamatan Peunaron sedang mengangkut sawit melawati jembatan penghubung, Rabu (3/1/2023). 

"Kalau putus ini masyarakat akan terisolir karena ini jembatan ini penghubung desa kami, akses lain sangat jauh mencapai 42 Km lebih, kami harus memutar lewat  Langsa," paparnya.

Laporan Maulidi Alfata |  Aceh Timur

SERAMBINEWS.COM, ACEH TIMUR - Jembatan rangka baja yang menghubungkan Desa Srimulya, Kecamatan Peunaron, dengan Desa Rantau Panjang Bedari, Kecamatan Simpang Jernih, nyaris putus. 

Jembatan sepanjang 71 meter ini juga menjadi jalur utama menuju lokasi pembangunan Suaka Badak Sumatera,  Rabu, (3/1/2024).

Sumarlin, Kepala Desa Srimulya, saat dikonfirmasi Serambinews.com, menjelaskan bahwa jembatan yang dibangun pada tahun 1992 dan diresmikan oleh Wakil Presiden Suharto yaitu yaitu Sutriso, mengalami kemiringan sejak tahun 2018. 

Akibatnya, abutment jembatan ambruk, membuatnya hampir putus.

"(Jembatan) mulai miring pada tahun 2018, tapi karena tidak ada penanganan sampai nyaris putus karena abutmentnya ambruk," tuturnya.

Selain keadaan konstruksi yang miring, lantai jembatan yang terbuat dari kayu juga sudah lapuk dan keropos menyebabkan kendaraan roda empat tidak dapat melintas.

"Saat ini, kendaraan roda empat tidak dapat lewat, hanya roda dua yang bisa melintas, dan bahkan beberapa pengendara roda dua mengalami kecelakaan ringan," ungkap Sumarlin.

Kondisi jembatan yang tua dan rusak ini, memaksa masyarakat menggunakan sepeda motor untuk segala aktivitas. 

Baca juga: Jembatan Penghubung Desa di Aceh Jaya Putus Total

Distribusi hasil bumi seperti getah karet, sawit, dan pinang juga harus diangkut menggunakan sepeda motor, meskipun memakan waktu yang lama.

Sumarlin menyebutkan, jembatan ini merupakan akses vital bagi sekitar 700 jiwa penduduk Desa Srimulya dan Peunaron. 

Jika terputus, mobilitas masyarakat akan lumpuh total dan warga akan terisolir.

Sumarlin mengungkapkan bahwa jika jembatan benar-benar terputus, maka masyarakat harus menempuh akses jalan sepanjang 42 Km melalui Langsa untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mengangkut hasil bumi.

"Kalau putus ini masyarakat akan terisolir karena ini jembatan ini penghubung desa kami, akses lain sangat jauh mencapai 42 Km lebih, kami harus memutar lewat  Langsa," paparnya.

Ia menambahkan, kemiringan jembatan sudah sangat parah dan sulit untuk dilewati warga.

"Apalagi kala musim hujan begini, air sungai bahkan naik hingga ke jembatan, kami khawatir akan roboh," ungkapnya.

Sumarlin dan masyarakat setempat, telah melakukan upaya permohonan perbaikan kepada pemerintah.

Namun hingga saat ini, tidak ada tindakan perbaikan yang dilakukan.

Masyarakat Desa Srimulya mendesak pemerintah atau instansi terkait untuk segera merenovasi jembatan rangka baja tersebut, mengingat risiko kecelakaan dan terisolasi jika tidak segera diatasi.

"Kami minta pemerintah untuk melihat kondisi jembatan di desa kami dan memperbaikinya. Kondisi ini sangat memprihatikan, masyarakat harus melewati jembatan yang sudah sangat rusak dan sering memakan korban jiwa jika hujan, dan jika putus total kami akan terisolir," ucap Sumarlin. (*)

Baca juga: Ambruknya Jembatan Penghubung Gampong Kliet dan Leubok Pempeng Menyulitkan Akses Warga

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved