Rohingya

CEK FAKTA - Benarkah Rohingya Sengaja Didatangkan ke Indonesia untuk Pengalihan Isu Palestina?

Faktanya, klaim pengungsi Rohingya sengaja dikirim ke Indonesia agar teralihkan dari isu Palestina tidak sesuai fakta.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
Kominfo
CEK FAKTA - Benarkah Rohingya Sengaja Didatangkan ke Indonesia untuk Pengalihan Isu Palestina? 

CEK FAKTA - Benarkah Rohingya Sengaja Didatangkan ke Indonesia untuk Pengalihan Isu Palestina?

SERAMBINEWS.COM – Gelombang kedatangan pengungsi Rohingya di Indonesia telah menimbulkan berbagai pemberitaan.

Tak jarang, kedatangan pengungsi Rohingya di Indonesia ini telah menimbulkan misinformasi.

Sejak kedatangan pengungsi Rohingya di Indonesia, beredar unggahan di media sosial yang mengeklaim bahwa mereka sengaja dikirim ke Indonesia agar teralihkan perhatiannya dari konflik Israel-Palestina yang masih berlangsung.   

Narasi tersebut beredar di platform Instagram dan telah mendapat respon dari ribuan pengguna.

Baca juga: Serba-Serbi HOAKS Terkait Pengungsi Rohingya: Mulai dari Rusuh di Makassar hingga Masuk Mandalika

Sejumlah imigran etnis Rohingya di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Senin (11/12/2023).
Sejumlah imigran etnis Rohingya di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Senin (11/12/2023). (SERAMBINEWS.COM/HENDRI)

Faktanya, klaim pengungsi Rohingya sengaja dikirim ke Indonesia agar teralihkan dari isu Palestina tidak sesuai fakta.

Dilansir dari laman Kominfo.go.id, adapun faktor yang menyebabkan pengungsi Rohingya melarikan diri ke negara-negara muslim di antaranya Malaysia dan Indonesia adalah karena situasi buruk yang terjadi di kamp Banglandesh.

Di mana ketiadaan mata pencaharian yang layak, geng-geng criminal yang tinggi, dan afiliasi dari kelompok-kelompok bersenjata juga menimbulkan ketakutan bagi para pengungsi.

Baca juga: INFORMASI HOAX - Menlu Retno Marsudi Bersuara Lantang di PBB Minta Rohingya Dipulangkan ke Myanmar

Tak hanya itu, pemotongan jatah makanan pengungsi pada awal 2023 oleh Program Pangan Dunia (WFP) juga menjadi alasan mereka untuk keluar dari jeratan tersebut.

Kementerian Kominfo mengimbau masyarakat untuk berhati-hati ketika mendapatkan informasi yang dapat dimanipulasi atau diselewengkan.

Kominfo pun turut mengimbau agar masyarakat selalu merujuk sumber-sumber tepercaya seperti situs pemerintah dan/atau media pers yang kredibel.

 

Mahasiswa Aceh Sudah Termakan Hoaks di Medsos

Aksi pengepungan dan angkut paksa terhadap 137 pengungsi Rohingya yang dilakukan oleh mahasiswa Aceh pada Rabu (27/12/2023) menyedot perhatian dunia.

Sejumlah kantor berita internasional turut menyoroti dan memberitakan aksi mahasiswa Aceh yang mengangkut paksa pengungsi Rohingya dari basemen Balai Meseuraya Aceh (BMA), Kota Banda Aceh.

Aksi mahasiswa ini turut direspon oleh Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berada di New York, Amerika Serikat.

Melalui kantor berita resminya, News.un.org, aksi mahasiswa Aceh tersebut terjadi karena mereka telah terpapar informasi palsu alias hoaks yang berasal dari media sosial.

“Serangan tersebut bukanlah sebuah tindakan yang terisolasi, namun merupakan hasil dari kampanye online yang terkoordinasi yang berisi misinformasi, disinformasi dan ujaran kebencian terhadap para pengungsi,” lapor PBB, dikutip Rabu (3/1/2024).

Pernyataan PBB tersebut selaras dengan hasil studi Lembaga Ilmu Pengtahuan Indonesia (LIPI) yang dilakukan tahun 2018.

Di mana, Provinsi Aceh menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang tinggi percaya berita bohong atau hoaks.

Provinsi di ujung barat Indonesia ini bertengger bersama Jawa Barat dan Banten dalam percaya hoaks.

Peneliti LIPI, Amin Mudzakir mengatakan, tangkapan informasi yang diterima dari masyarakat berasal dari media sosial.

Baca juga: Rohingya dalam Kacamata Kemanusiaan, Panglima Laot Singgung Mata Dunia saat Bantu Tsunami Aceh

aksi mahasiswa menggeruduk Balai Meuseuraya Aceh, Rabu (27/12/2023), tempat 137 pengungsi Rohingay ditampung sementara.
aksi mahasiswa menggeruduk Balai Meuseuraya Aceh, Rabu (27/12/2023), tempat 137 pengungsi Rohingay ditampung sementara. (SERAMBINEWS.COM/HENDRI ABIK)

Badan PBB urusan Pengungsi (UNHCR) mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa pihaknya sangat terganggu melihat serangan massa mahasiswa di lokasi yang menampung keluarga pengungsi di Banda Aceh itu.

Dalam laporannya, massa menerobos barisan polisi dan secara paksa mengangkut 137 pengungsi Rohingya ke dalam dua truk.

Massa mahasiwa itu kemudian memindahkan mereja ke lokasi lain dan insiden tersebut telah membuat para pengungsi syok dan trauma.

“UNHCR masih sangat mengkhawatirkan keselamatan para pengungsi dan menyerukan kepada otoritas penegak hukum setempat untuk mengambil tindakan segera guna memastikan perlindungan bagi semua individu dan staf kemanusiaan yang putus asa,” kata pernyataan itu.

UNHCR menghimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai kampanye online yang terkoordinasi dan terstruktur dengan baik di platform media sosial.

Penyebaran misinformasi tersebut telah menyerang pihak berwenang, masyarakat lokal, pengungsi dan pekerja kemanusiaan yang menghasut kebencian dan membahayakan nyawa mereka.

“Masyarakat didesak untuk memeriksa ulang informasi yang diposting secara online, yang sebagian besar salah atau diputarbalikkan, dengan gambar yang dihasilkan AI dan perkataan yang mendorong kebencian yang dikirim dari akun bot,” pernyataan PBB.

Rohingya adalah masyarkat mayoritas Muslim yang melarikan diri dari gelombang penganiayaan di Myanmar, negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha. 

Hampir satu juta orang tinggal di kamp-kamp di Bangladesh dan lebih dari 1.000 orang tiba di Indonesia dengan kapal dalam beberapa bulan terakhir. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved