Konflik Palestina vs Israel

Israel Berisiko Hadapi Perang Baru, Tepi Barat di Ambang Ledakan Intifada 3

Meningkatnya kekerasan di Tepi Barat memicu munculnya front peperangan baru yang harus dihadapi Israel dengan intensitas tinggi.

Editor: Faisal Zamzami
ABIR SULTAN / POOL / AFP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memimpin rapat Kabinet di Kirya, yang menampung Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv pada tanggal 31 Desember 2023. --- Tepi Barat berada di ambang ledakan perang baru dengan Israel saat kekerasan meningkat di sana. 

SERAMBINEWS.COM - Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Herzi Halevy, memperingatkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan para menteri perangnya soal peningkatan ancaman di Tepi Barat.

"Tepi Barat berada di ambang ledakan, mengingat masalah ini mungkin berakhir dengan pecahnya Intifada ketiga," kata Herzi Halevy dan perwira senior Israel dalam berbagai kesempatan.

Media Israel, Channel 12 Israel, mengatakan pada Selasa (9/1/2024), petinggi militer Israel secara khusus memperingatkan ledakan di Tepi Barat.

Meningkatnya kekerasan di Tepi Barat memicu munculnya front peperangan baru yang harus dihadapi Israel dengan intensitas tinggi.

Alasan lainnya karena Israel menahan ratusan juta dolar pendapatan pajak milik Otoritas Palestina dan menolak mengizinkan sekitar 150.000 pekerja Palestina kembali bekerja di Israel.

"Tepi Barat berada di ambang ledakan intifada ketiga dan komprehensif karena memburuknya kondisi ekonomi dan pencegahan pekerja untuk bekerja di Israel," kata pejabat senior di lembaga militer Israel.

Intifada adalah pemberontakan Palestina, yang pertama pada 1987-1993 dan yang kedua di tahun 2000-2005.

Ancaman perang baru di Tepi Barat ini juga dipicu oleh peningkatan serangan Israel di kota-kota di Tepi Barat yang diduduki.

Channel 12 Israel mengatakan, operasi militer yang intensif dan tingginya frekuensi serangan, penggerebekan dan penangkapan terhadap warga Palestina di Tepi Barat dapat memicu pertempuran baru.

Laporan tersebut menyebutkan anggota kabinet perang lainnya, Menteri Pertahanan, Yoav Galant, dan Menteri Benny Gantz, juga diperingatkan tentang kemungkinan kerusuhan besar di Tepi Barat.

Pasukan Israel meningkatkan serangan di Tepi Barat, termasuk membuldoser rumah dan fasilitas umum di sana, serta menembaki warga Palestina, termasuk anak-anak di Tepi Barat.

Baca juga: Ratusan Pasien dan Staf Rumah Sakit Al-Aqsa Gaza Hilang, Kondisi Kacau Selama Serangan Israel

 

Makin Banyak yang Terbunuh, Sandera Israel Tegur Netanyahu: Jangan Bohongi Kami

Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ), merilis video seorang sandera Israel, Elad Katzir (47), pada Senin (8/1/2024) malam.

Elad Katzir, yang telah ditahan di tahanan Israel selama tiga bulan, menyampaikan pesan untuk Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

“Bibi Netanyahu, permohonan saya kepada Anda dan semua anggota Knesset: Anda meninggalkan saya dalam penyanderaan, dan Anda membiarkan saya menghadapi nasib kematian untuk pertama kalinya pada tanggal 7 Oktober," kata Elad Katzir dalam video bertanggal 5 Januari 2024.

"Sekarang Anda ingin meninggalkan saya untuk yang kedua kalinya selama tiga bulan di sini di Gaza,” lanjutnya.

Ia mengatakan dia berasal dari Kibbutz Nir Oz dan ditahan oleh PIJ.

Elad Katzir menegur pemerintah Israel yang munafik karena mengatakan kepada keluarganya bahwa mereka melakukan segalanya untuk membebaskannya, padahal itu tidak benar.

"Jangan beritahu keluarga saya bahwa Anda melakukan segalanya untuk mendapatkan saya kembali padahal itu tidak benar," ujar Elad Katzir.

"Kirim saya kembali ke rumah, tinggalkan semua omong kosong kalian. Jangan lupakan kami dan jangan tinggalkan kami di sini," lanjutnya, dikutip dari Al Jazeera.

Ibunya, Hanna, yang juga disandera di Jalur Gaza telah dibebaskan pada November 2023 lalu, dalam kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan untuk pertukaran sandera.

Ia mendesak pemerintah Israel agar berunding dengan Hamas untuk membuat kesepakatan pertukaran sandera yang baru.

"Saya ingin mereka mengembalikan saya dan semua sandera dan menghentikan perang pemusnahan ini," katanya, menyerukan penyelesaian kesepakatan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas.

"Kami hampir mati di sini. Setiap hari ketika perang berlanjut, semakin banyak tentara dan sandera yang mati," tambahnya.

Ia mendesak pemerintah Israel untuk mengupayakan gencatan senjata permanen dan menyelamatkan semua sandera.

"Hentikan perang dan kembalikan para sandera ke tempat asal mereka dan keluarga mereka dalam damai," ucapnya.

Baca juga: Israel Klaim Temukan Pabrik Senjata Bawah Tanah di Gaza, Produksi Mortir Hingga Rudal Jarak Jauh


Keajaiban setelah Selamat dari Pemboman Israel

Elad Katzir mengatakan dirinya masih hidup hingga saat video itu diambil pada Jumat (5/1/2024), adalah suatu keajaiban.

Ia hampir kehilangan nyawanya akibat pemboman Israel di Jalur Gaza.

"Setiap hari saya hidup seperti sebuah keajaiban," katanya, mengacu pada banyaknya kematian sandera akibat serangan udara Israel.

"Saya mendengar di radio hari ini, Senin (5/1/2024), berita pembunuhan sahabat saya, Tamir Hadar yang terbunuh pada 7 Oktober lalu," kata Elad Katzir.

Sebelumnya pada Senin (8/1/2024) pagi, Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengumumkan kegagalan Israel untuk membebaskan seorang sandera di Jalur Gaza setelah bentrok dengan pejuangnya.

 

Hamas Palestina vs Israel

Kekerasan meluas di Tepi Barat setelah Israel melakukan penggerebekan besar-besaran untuk membungkam aksi faksi-faksi perlawanan Palestina di sana, yang mendukung Operasi Badai Al-Aqsa oleh Hamas di Jalur Gaza.

Bentrokan antara faksi-faksi perlawanan Palestina dan pasukan Israel menewaskan ratusan warga Palestina.

Tercatat 340 kematian warga Palestina diTepi Barathingga Selasa (9/1/2023).
Israel juga menangkap lebih dari 4.910 warga Palestina, terhitung sejak penggerebekan yang dimulai pada Oktober 2023 hingga hari ini, Selasa (9/1/2024).

Sebelumnya, Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.

Serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama di kompleks Masjid Al Aqsa, dikutip dari Al Arabiya.

Hamas menculik kurang lebih 240 orang dari wilayah Israel yang berbatasan dengan Jalur Gaza.

Setelah pertukaran sandera selama 7 hari yang dimulai Jumat (24/11/2023), 105 sandera sipil telah dibebaskan; 81 orang Israel; 23 warga Thailand; dan satu warga Filipina, yang ditukar 240 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel, dikutip dari The Times of Israel.

Israel memperkirakan masih ada sekitar 137 sandera di Jalur Gaza.

Jumlah korban jiwa di pihak Palestina di Jalur Gaza terhitung 23.084 hingga Selasa (9/1/2024) dan 1.200 orang tewas di wilayah Israel, yang direvisi menjadi 1.147.

Baca juga: Jadi Andalan Klub Voli Korea, Berapa Gaji yang Diterima Megawati Hangestri Dalam Setahun?

Baca juga: RSUD Bireuen Launching ICU Baru dan Laboratorium Terpadu

Baca juga: Harga Emas Kembali Melemah di Awal Tahun 2024, Logam Mulia Ikutan Turun, Ini Rincian Lengkapnya

 

Tribunnews.com: Tepi Barat di Ambang Ledakan Intifada 3, Israel Berisiko Hadapi Perang Baru

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved