Pengungsi Rohingya
PBB Naikkan Jatah Makan Pengungsi Rohingya dari Rp 31 Ribu Jadi Rp 155 Ribu per Orang
PBB resmi menaikkan jatah makan pengungsi Rohingya dari 2 USD (Rp 31 ribu) menjadi 10 USD (Rp 155 ribu) per orang.
Penulis: Sara Masroni | Editor: Muhammad Hadi
"San merupakan penyebab utama kekurangan gizi di kalangan anak-anak yang tinggal di kamp-kamp tersebut," tambahnya.
Kini, semakin banyak warga Rohingya yang pergi bersama anak-anak mereka pada tahun 2023, naik perahu untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Hal ini seiring memudarnya harapan untuk kembali ke Myanmar atau dimukimkan kembali dan kehidupan di kamp pengungsi semakin sulit, kata kelompok bantuan.
Hingga 30 November, 3.468 warga Rohingya melakukan perjalanan perahu yang berisiko pada tahun lalu.
Hampir setengah dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, kata WFP. Sebagian besar menuju Indonesia atau Malaysia.
“Anak-anak kami kekurangan gizi. Setidaknya kami sekarang dapat membeli bahan-bahan pokok dan memberi mereka makan,” kata pengungsi Rohingya Shafiqur Rahman, ayah dari seorang putra berusia dua tahun.
Baca juga: VIDEO Momen Abu Mufayyas Anak dari Pengungsi Rohingya Bacakan Ayat Suci Alquran
WFP mengatakan masih ada kesenjangan pendanaan sebesar $61 juta untuk menaikkan jatahnya menjadi $12,5.
“Kenaikan ini tidak akan cukup karena harga kebutuhan pokok meroket. Tapi ini masih bagus,” kata Mohammad Taher, seorang pengungsi Rohingya di Cox’s Bazaar.
“Dunia tidak boleh melupakan kita. Mereka harus maju dan membantu kita semampu mereka,” pungkasnya.
Cerita Warga Lampineung Setelah Rohingya Sebulan di Balee Meuseuraya Aceh
Sementara di sisi lain, sudah sebulan pengungsi Rohingya ditempatkan sementara di Balee Meuseuraya Aceh (BMA) Banda Aceh sejak tiba pada Senin (11/12/2023) lalu.
Berbagai cerita pun disampaikan oleh warga yang tinggal tepat di sekitar Gedung BMA Lampineung itu.
Salah seorang warga Gampong Kota Baru, Kecamatan Kuta Alam mengatakan, sejauh ini belum ada informasi terkait para pengungsi Rohingya yang berbuat onar dan bersinggungan langsung dengan masyarakat setempat.
"Belum ada ya, karena memang mereka dijaga ketat oleh polisi dan ada garis batas yang tidak boleh dilewati," kata warga setempat yang tidak ingin disebutkan namanya saat ditemui Serambinews.com, Minggu (7/1/2024).
Secara umum, pengungsi Rohingya berdasarkan pantauannya rutin melaksanakan shalat berjamaah walau tidak semua.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.