Berita Banda Aceh
22 Tahun Panglima GAM Berpulang dan Kisah Bungong Nanggroe Usai Peristiwa Berdarah
Dalam sebuah operasi prajurit TNI Rabu 22 Januari 2002, keberadaan Tgk Lah terendus. Tgk Lah dikepung bersama istri dan pengawalnya.
Penulis: Subur Dani | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dua puluh dua tahun silam, tepatnya 22 Januari tahun 2002, sosok paling dikagumi masyarakat Aceh, yakni Tgk Abdullah Syafi'i menghembuskan napas terakhirnya usai baku tembak dengan aparat TNI di kawasan Jim-jim, pedalaman Pidie (sekarang Pidie Jaya).
Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu meninggal bersama istrinya, Cut Fatimah, termasuk dua pengawal setianya dalam pertempuran sengit tersebut. Kala itu, Tgk Lah--begitu Ia akrab disapa--adalah sosok paling diburu oleh aparat keamanan negara.
Ia bersama pengikutnya diuber lantaran menjadi pucuk pimpinan tertinggi dalam mengomandoi prajurit GAM di seluruh Aceh. Tgk Lah menggerakkan pasukan hingga mengatur strategi perang melawan Indonesia.
Dalam sebuah operasi prajurit TNI Rabu 22 Januari 2002, keberadaan Tgk Lah terendus. Tgk Lah dikepung bersama istri dan pengawalnya.
Baca juga: Pria Ini Diringkus Polisi di Yogyakarta, Pelaku Sodomi Bocah di Rumah Dinas Wakil Bupati Langkat
Baku tembak pun tak terhindar, Tgk Lah mencoba bertahan dengan perlengkapan seadanya hingga ia bersama istri dan dua pengawalnya tertembak timah panas prajutrit TNI.
Kepergian Tgk Abdullah Syafi'i hari itu ditangisi oleh prajurit GAM, tak terkecuali masyarakat Aceh. Sebab, sosoknya yang sederhana, murah senyum, taat ibadah, dan kebaikan lainnya, cukup terpatri di hati masyarakat Aceh kala itu.
Tertembaknnya Abdullah Syafi'i dengan istri dan pengawalnya langsung tersebar hingga ke seantero penjuru hingga ke elite GAM di luar negeri. Di Aceh sendiri, GAM menyatakan hari berkabung hingga 44 hari.
Fardhu kifayah jenazah Tgk Lah, istri, dan dua pengawalnya dilakukan oleh masyarakat Aceh secara berbondong-bondong.
Gema selawat, isak tangis dan kumandang takbir mewarnai momen penguburan jenazah Panglima Teungku Abdullah Syafi’i dan istrinya Cut Fatimah (50), beserta dua orang pengikutnya, Teungku Muhammad Ishak dan Daud Hasyim, di desa Blang Sukon Cubo, Kecamatan Bandar Baru Pidie, Kamis 24 Januri 2023.
Baca juga: Beda Dengan Pilpres 2019, Kini Petinggi Eks Kombatan Kompak Dukung Prabowo-Gibran
Keempat jenazah tersebut dikebumikan dalam satu liang lahat berukuran yang berada persis di belakang rumah Abdullah Syafi’i.
Cerita berpulangnya Tgk Abdullah Syafi'i bagai mimpi bagi sebagian masyarakat Aceh saat itu. Meski benar dan sudah tersiar melalui surat kabar, masih ada masyarakat yang seakan tak percaya.
Di balik kisah meninggalnya Tgk Abdlullah Syafi'i, ada satu kisah yang mungkin tidak banyak diketahui oleh masyarakat Aceh. Yaitu kisah sebuah lagu yang tercipta sehari setelah Tgk Lah meninggal dunia atau sehari setelah peristiwa berdarah itu.
Adalah lagu berjudul Bungong Nanggroe, sebuah kidung dengan syair Aceh dipersembahkan khusus atas peristiwa meninggalnya Panglima GAM paling disegani itu.
Lagu itu dipopulerkan oleh Grup Musik Nyawoeng--grup musik etnik Aceh yang menulis banyak lagu tentang kondisi Aceh saat konflik. Konon, lagu-lagu mereka sempat dilarang beredar pada masa-masa itu.
Bungong Nanggroe diciptakan oleh Tgk Yusdedi atau Bang Bos--nama punggung. Mungkin tak banyak yang tahu, Tgk Yusdedi yang mencipta lagu Bungong Nanggroe itu, saat ini menjabat sebagai Ketua Majelis Adat Aceh (MAA).
Produser Nyawoeng, Johari Samalanga membenarkan, bahwa lagu Bungong Nanggroe adalah lagu yang didedikasikan kepada Tgk Abdullah Syafi'i.
Baca juga: Jelang Pemilihan Presiden, Begini Pesan Buya Yahya untuk Pemilu 2024, Catat Nih Para Timses!
"Benar, itu lagu untuk Abdullah Syafi'i," kata Joe kepada Serambinews.com. "Lagu itu dibuat oleh si Bos, Ketua MAA saat ini," tambah Joe.
Lagu itu, kata Joe, direkam tanggal 23 Januari 2002 atau sehari setelah Tgk Lah meninggal dunia. "Saya minta Si Bos untuk membuat lagu kepada Tgk Lah saat hari meninggalnya Tgk Lah. Lagu itu kami rekam di Jakarta," kata Joe.
Lagu Bungong Nanggroe, menjadi salah satu lagu hits masa itu dalam album World Music From Aceh - Nyawoung.
Album itu, merupakan kompilasi syair-syair Aceh dengan hanya menggunakan instrumen tradisi Aceh, seperti rapa-i, gendrang, dan serunee kale.
"Di album itu juga ada karya-karya seniman lain yang berbeda-beda, termasuk Pak Uki dan seniman lainnya," kata Joe.
Selain sebagai pencipta, Tgk Yusdedi atau Bang Bos juga melantunkan langsung lagu Bungong Nanggroe dalam album tersebut. Komposisi lagu ini terbilang unik. Awal lagu dibuka dengan Oud Gitar dan hamming Bang Bos dengan khas Aceh.
Dentuman rapa-i dengan ritmik khas bersemangat dimulai dari awal hingga akhir lagu.
Namun, nadanya minor di bagian verse hingga chorus menggambarkan lagu sebagai lagu yang dinyanyikan oleh orang yang kehilangan seseorang yang paling dicintai.
Lirik Aceh dengan sastra yang khas dalam lagu ini sebagian menceritakan kondisi Aceh saat itu. Pada bagian chorus terkandung wasiat-wasiat Tgk Abdullah Syafi'i.
"Adak pih tan long adak pih tan long di dalam di dalam nanggroe, meuhat ka sampoe meuhat ka sampoe ajai troh ajai troeh teuka,"
"Bek sampoe layee bek sampoe layee hai bungoeng hai bungong nanggroe, Tuhan peusampoe tuhan peusampoe ban pinta ban pinta gata,"
Dua bait lirik bagian chorus di atas bisa disebut sebagai wasiat Tgk Abdullah Syafi'i yang kira-kira jika diterjemahkan bermakna; meski saya sudah tiada karena ajal telah tiba, sungguh kalian jangan bersedih.
Kelak, Allah akan mengabulkan semua permintaan.
Saat pertama tercipta, lagu itu berjudul "22 Buleun 1" yang bisa diartikan sebagai tanggal dan bulan kejadian tertembaknya Tgk Lah yakni tanggal 22 bulan Januari. Namun, judul itu urung digunakan mengingat lagu-lagu Nyawong sebelumnya sempat dilarang.
"Situasi waktu itu ngeri sedap, dan Bos belum siap. Pas diputar profil Abdullah Syafi'i di TV, Si Bos baru terinspirasi, mengambil kata-katanya dari pesan Abdullah Syafi'i yang ditayang. Profil sekilas itu ditayang malam tanggal 22 Januari," pungkas Joehari Samalanga.
Berikut lirik lagu Bungong Nanggroe yang didesikasikan atas kepergian Panglima GAM Tgk Abdullah Syafi'i.
"Meukrue seumangat meukrue seumangat, poe bintang po bintang timue
Cahya jih hu, cahya jihu oh malam
oh mlam jula
Beuthat beureudok beuthat beureudok deungon geu hai lah geulanteu
Kon meuhat teungku khon meuhat teungku rhot ujeun hai ujeun raya...
Ka gadoeh saboeh ka gadoeh saboeh po tanglong po tanglong nanggroe
Nyak bungong geutho nyak bungong geutho badee ba hai lah beurosa
Adak pih duroh adak pih duroeh
leukang bak lah bak lah tangke
sayang boh hate sayang boh hate
meuganto meuganto teuma
Meukrue seumangat meukrue seumangat po bintang po bintang timue
Cahya jih hu hu cahya jih hu oh malam oh malam jula
Beuthat beureudok beuthat beureudok deungon geu hai la geulateu
Kon meuhat teungku khon meuhat teungku rhot ujeun hai ujeun raya
Adak pih tan long adak pih tan long di dalam di dalam nanggroe, meuhat ka sampoe meuhat ka sampoe ajai troh ajai troeh teuka
Bek sampoe layee bek sampoe layee
hai bungoeng hai bungong nanggroe, Tuhan peusampoe tuhan peusampoe ban pinta ban pinta gata
Umpama kayee umpama kayee meu dheun jih hala jih ramphak, cukop meuhalak cukup meuhalak timoeh di dalam nanggroe
Dak jipoet angen dak jipot angen lom patah lom meusibak ukheu meu pacak ukheu meupacak lam asoe lam asoe bumoee"
===
Seperti diketahui, Tgk Abdullah Syafi'i adalah pucuk pimpinan GAM, seorang panglima yang selama bertahun-tahun melakukan perlawanan dengan Indonesia dan mengatur strategi perang di desa-desa hingga belantara seluruh Aceh.
Dalam sejarah perjuangan GAM, Teungku Abdullah Syafi'i dikenal sebagai sosok yang selalu memancarkan kharismanya sebagai panglima yang disegani. Ia bukan hanya disegani oleh prajurit GAM, tapi juga dicintai oleh masyarakat Aceh pada umumnya.
Tgk Lah tak hanya terkenal karena ketegasannya dalam garis perjuangan, melainkan juga karena kehangatan serta kesantunan yang ia tunjukkan kepada rakyat Aceh. Pribadi yang sederhana dan bersahaja, membuat masyarakat Aceh cinta kepadanya.
Tak hanya itu, Tgk Lah juga dikenal sebagai sosok yang taat beribadah dan selalu mengedepankan ajaran-ajaran Islam dalam melakukan pergerakan bersama GAM.
Sifatnya yang santun, membuat orang tidak pernah marah kepadanya dan bila ia berbicara berisi nasihat dan bijaksana.
Pantas saja, kepergian Tgk Abdullah Syafi'i ditangisi rakyat Aceh dan GAM kala itu menyatakan berkabung selama 44 hari. Meski sudah lama tiada, namun sosok Tgk Lah masih sangat melekat di hati dan pikiran masyarakat Aceh, terutama para eks kombatan GAM yang pernah berjuang bersamanya.
Saban tahun, para eks kombatan memperingati meninggalnya Teungku Lah dengan berbagai cara.
Bahkan tak sedikit pula, masyarakat Aceh yang memposting ulang foto almarhum di medsos saban 22 Januari.
Sebulan sebelum meninggal dalam baku tembak, Tgk Lah pernah menulis sebuah wasiat yang baru diketahui usai dirinya tiada.
"…jika pada suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya telah syahid, janganlah saudara merasa sedih dan patah semangat. Sebab saya selalu bermunajat kepada Allah SWT, agar menasyhidkan saya apabila kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin memperoleh kedudukan apa pun apabila negeri ini (Aceh). Merdeka!”
Itulah wasiat terakhir Panglima Gerakan Aceh Merdeka Abdullah Syafi’i yang gugur dalam kontak senjata di kawasan perbukitan Jim-jim, Kecamatan Bandarbaru, Kabupaten Pidie pada 22 Januari 2002.
Wasiat yang dibuat sebulan sebelum ia syahid itu, seolah sebuah pertanda bahwa perjuangannya akan berakhir.(*)
Pekan Menyusui Dunia 2025 di Banda Aceh Semarak dan Meriah, Dibuka Kak Ana |
![]() |
---|
KPI Aceh Gulirkan Literasi Media Go to School, Ajak Pelajar Bijak Bermedsos |
![]() |
---|
Azhari Cage Kecam Pengoroyokan Warga Aceh Tamiang di Malaysia |
![]() |
---|
Poltekkes Kemenkes Aceh dan Mitra Gelar Peringatan Pekan Menyusui Sedunia 2025 di Banda Aceh |
![]() |
---|
HUT Ke-80 RI, Pangdam IM Ajak Warga Aceh Pasang Ornamen Merah Putih di Tiap Sudut |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.